Semua Bab Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati: Bab 471 - Bab 480

486 Bab

Bab 471

Kalingga sebenarnya ingin terlihat ramah sebisa mungkin. Namun, dia tidak menyangka, di balik aura dinginnya yang suram itu, senyuman seperti apa pun justru akan menakuti anak-anak. Anak itu langsung terpaku dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Anak-anak lainnya juga berkumpul dalam satu kelompok dan memandang Kalingga dengan wajah penuh ketakutan.Untungnya, Jabal di sana sudah membeli permen, lalu segera maju ke depan dan membagikan beberapa butir kepada anak-anak sambil berkata, "Jangan takut, jangan takut, Paman cuma mau nanya saja."Permen itu sangat harum dan manis. Anak-anak yang menerima permen akhirnya tidak terlalu takut lagi."Aku dengar dari Tirta!"Tirta menyahut, "Aku diajarin sama Via!"Via menyahut lagi, "Aku diajari nyanyiannya sama Kurnia di ujung jalan!"....Dari satu ke yang lain seperti ini, memang tidak mudah untuk segera menyelidiki semuanya.Jabal melangkah ke depan dan berkata sambil menurunkan suaranya, "Tuan, sebaiknya Anda kembali dulu ke rumah. Hamba ak
Baca selengkapnya

Bab 472

Saat itu juga Malika mengernyit dalam-dalam, lalu menghela napas sambil berkata, "Ibu nggak menyalahkan Andin, semua itu cuma omongan orang luar .... Sudahlah, gosip seperti itu kalau nggak diladeni, lama-lama juga akan hilang dengan sendirinya.""Benar, nggak perlu dihiraukan," ujar Kalingga akhirnya menoleh pada ibunya dan tersenyum tipis."Kalau begitu, Ibu ... aku kembali dulu ke kamar untuk istirahat.""Baik, baik, kamu istirahatlah dulu!" Malika menjawab cepat sambil mengangguk.Namun, setelah melihat Kalingga memberi hormat dan berjalan pergi, raut wajah Malika malah semakin muram.Begitu anaknya pergi cukup jauh, dia langsung menoleh ke pelayan senior di belakangnya. "Ambilkan perjanjian pernikahan antara Andini dan Kalingga sebelumnya. Salin tanggal lahir Andini, lalu kirim ke Master Hardan dari Kuil Amnan untuk diperiksa."Dulu, saat pernikahan itu dijalankan, tanggal lahir keduanya memang tidak pernah dicocokkan. Bagaimanapun, saat itu ada titah pernikahan langsung dari Kais
Baca selengkapnya

Bab 473

"Besok saja kita bicarakan," Kalingga memotong ucapan Andini, lalu berdiri perlahan dan berkata, "Aku baru saja pulang dari istana menghadap Kaisar, agak lelah."Andini juga ikut berdiri. Melihat wajah Kalingga yang tampak letih, dia sadar bahwa sejak pagi pria itu sudah pergi dan baru kembali sekarang. Entah apa yang dibicarakan dengan Kaisar, mungkin memang ada sesuatu yang membuatnya jenuh atau tertekan.Sepertinya memang bukan waktu yang tepat untuk bicara. Oleh karena itu, dia pun mengangguk pelan. "Kalau begitu, Kak Kalingga istirahat saja dulu."Kalingga mengangguk singkat, lalu berbalik menuju kamarnya.Begitu masuk ke ruang dalam, barulah dia sadar bahwa di telapak tangannya masih tergenggam biji persik tadi.Jabal membawa masuk air untuk mencuci tangan Kalingga dan bertanya dengan khawatir, "Tuan sedang mikirin gosip yang beredar di luar sana? Jangan khawatir, Nyonya Andini jarang keluar rumah, seharusnya nggak akan mendengar apa pun dalam waktu dekat. Hamba akan segera mengu
Baca selengkapnya

Bab 474

Usai berkata demikian, Kalingga pun mengangkat pandangannya ke arah Jabal yang berdiri di samping. Tatapannya tampak datar, tidak terlihat ada yang aneh dari luar.Namun, Jabal langsung paham. Dia mengangguk cepat dan menimpali, "Benar, benar! Tabib Riza juga bilang, kaki Tuan sudah lima tahun nggak digunakan. Sekarang tiba-tiba sembuh, tubuhnya pasti belum bisa adaptasi. Nantinya harus dipijat setiap hari supaya pulih sempurna."Tentu saja, lebih baik lagi kalau Nyonya Andini yang memijat.Mendengar penjelasan dari Kalingga dan Jabal, ekspresi Lukman dan Malika akhirnya sedikit lebih tenang.Andini pun merasa masuk akal dengan penjelasan Tabib Riza. Namun, dia tetap berpikir untuk menanyakannya langsung pada tabib ahli itu agar lebih yakin. Apalagi, kalau memang perlu pijatan rutin, bisa jadi si tabib sakti itu punya teknik khusus yang tidak diajarkan oleh tabib biasa.Melihat Andini tampak sedang berpikir, Kalingga tiba-tiba bertanya, "Oh iya, Andin, kemarin kamu bilang ada hal yang
Baca selengkapnya

Bab 475

"Amitabha." Sang biksu muda merapatkan kedua telapak tangan di depan dada dan memberi salam pada pria di hadapannya. "Salam hormat, Jenderal Rangga."Rangga juga membalas salam dengan gerakan yang sama, lalu bertanya dengan suara tenang, "Guru mau ke mana?"Biksu itu menjawab dengan jujur, "Atas perintah Master Hardan, aku hendak mengirimkan surat ke kediaman Jenderal."Rangga mengangguk pelan dan menjawab dengan suara ramah, "Aku juga kebetulan mau pulang ke rumah. Bagaimana kalau Guru ikut bersamaku naik kereta? Biar sekalian kuantar."Biksu muda itu tentu mengenal Rangga, tapi belum pernah melihatnya bersikap begitu ramah sebelumnya. Muncul perasaan curiga di hatinya, tetapi dia berpikir tidak ada alasan untuk menolak karena mereka memang searah.Kakinya sudah sangat pegal karena berjalan dari Kuil Amnan sampai ke tempat ini. Akhirnya, dia kembali merapatkan tangan untuk memberi hormat dan mengucapkan terima kasih, lalu naik ke dalam kereta kuda milik Rangga.Di dalam kereta, semerb
Baca selengkapnya

Bab 476

Setiap tahun mereka selalu melihat tulisan tangan Master Hardan dalam salinan kitab yang dia tulis sendiri. Mana mungkin mereka tidak mengenali tulisan tangannya?Terlebih lagi, mereka juga kenal dengan biksu muda yang datang tadi. Dia adalah biksu muda yang selalu mengikuti Master Hardan sejak kecil. Sampai sekarang, sudah sepuluh tahun lamanya dia menjadi pengikut Master Hardan.Surat itu diserahkan langsung ke tangan Malika oleh biksu itu sendiri. Jadi, mana mungkin surat itu palsu?Andini memang bintang kesialan.Tak heran setelah Andini keluar dari istana, kesehatan Ainun tiba-tiba menurun drastis. Baru saja dijodohkan dengan Pangeran Baskoro, sang pangeran langsung meninggal. Lalu Ainun juga wafat setelahnya. Setelah itu, Byakta yang tidak diketahui hubungannya dengan Andini juga meninggal.Semua yang hanya dekat dengannya saja sudah tewas satu per satu. Kalau begitu, bagaimana dengan Kalingga? Mereka sudah sah menjadi suami istri!Di sampingnya, pelayan senior pun masih merasa t
Baca selengkapnya

Bab 477

Kalingga masuk ke ruangan sambil mendorong kursi rodanya sendiri.Pelayan yang tadi menyampaikan pesan segera memberi salam ketika melihatnya, tapi wajahnya tampak sedikit cemas. "Tapi ... Nyonya di sana ....""Biar aku yang bicara sama Ibu," jawab Kalingga dengan nada datar.Melihat pelayan itu masih belum juga pergi, Kalingga pun mendongak dan menatapnya. Tatapannya dingin, hingga membuat tubuh pelayan itu gemetar ketakutan. "Apa kamu perlu kuantar keluar?"Pelayan itu terkejut dan baru sadar akan situasinya. Kemudian, dia buru-buru mundur dan pergi dengan langkah tergesa-gesa. Melihat pelayan yang lari terbirit-birit, Andini tak kuasa tersenyum sambil menggeleng tak berdaya.Kemudian, dia memandang ke arah Kalingga dan berkata, "Ibumu pasti punya alasan sendiri mengatur semuanya seperti ini. Kalau kamu bersikeras begini, aku khawatir justru akan membuatnya sedih."Tentu saja Kalingga paham maksud ibunya. Semua yang dilakukan Malika sebenarnya demi dirinya. Namun ... apakah karena it
Baca selengkapnya

Bab 478

'Memang ditakdirkan tidak berjodoh!' pikir Andini. Sudut bibir Andini terangkat, membentuk senyum tipis penuh kelegaan. Namun suara Kalingga tiba-tiba terdengar di telinganya. "Andin."Andini tersentak, lalu segera menoleh ke arahnya. Pemandangan yang dilihatnya membuatnya terdiam.Kalingga ... sedang berdiri!Tubuhnya yang tegap, tersembunyi di balik ranting-ranting willow yang menjuntai dan menutupi sebagian wajahnya. Dia mengangkat tangan untuk menepis dedaunan yang menghalangi pandangannya. Sepasang matanya menatap Andini dengan jernih.Andini baru bisa bereaksi, "Kak Kalingga ... kakimu, kenapa ....""Maaf," katanya pelan. "Semuanya ... cuma bohong."Nada bicaranya rendah, tulus, dan alisnya yang tegas menunjukkan penyesalan yang dalam. "Waktu itu aku bohong padamu. Maafkan aku."Alis Andini perlahan berkerut, matanya menunjukkan kebingungan. "Aku nggak mengerti ... kenapa harus berbohong? Apakah ... kemarin waktu di istana, Kaisar mengatakan sesuatu? Apakah kamu takut pelaku yang
Baca selengkapnya

Bab 479

Kalingga berpikir, jika dalam tiga tahun Andini tetap tidak bisa menyukainya, dia akan menepati janjinya untuk membiarkan gadis itu pergi. Tentu saja, jika Andini tidak ingin menunggu sampai tiga tahun, dia pun tidak akan memaksanya.Kalingga hanya sedang berusaha memberi dirinya sendiri sebuah kesempatan.Andini menatap Kalingga dengan tatapan terkejut, pikirannya sudah kacau balau saat ini. Dia tahu, Kalingga selalu memperlakukannya dengan sangat baik. Namun, dia tidak pernah berpikir untuk melangkah sejauh itu dengan Kalingga.Kata-kata Kalingga barusan terlalu mendadak baginya.Tiga tahun.Andini memang pernah berjanji. Namun, waktu telah banyak mengubah keadaan. Sekarang, dia harus mempertimbangkan segalanya dengan lebih hati-hati.Dia tidak ingin melihat Kalingga dan Rangga berselisih. Dia juga tak sanggup membayangkan keluarga Kalingga yang selama ini hangat dan damai, akhirnya terpecah belah karena dirinya.Yang seharusnya dia lakukan adalah pergi. Pergi dan menemukan jalan hid
Baca selengkapnya

Bab 480

Yang tersisa hanya dia ... dan senyumnya.Tak lama kemudian, para pelayan menemukan mereka berdua dan segera menarik mereka ke tepi kolam.Di dalam kamar, Andini duduk di depan meja sambil memegang secangkir teh jahe yang disodorkan oleh Laras dengan penuh semangat."Meski ini musim panas, kalau jatuh ke air tetap bisa masuk angin. Jadi harus diminum!" ujar Laras sambil berjalan ke belakangnya, lalu mulai mengeringkan rambut Andini yang masih lembap.Sambil menyeka, pandangan Laras melirik ke luar jendela, lalu tiba-tiba menurunkan volume suaranya,"Nona ... sepertinya nanti Nyonya Malika akan datang ke sini. Gimana kalau pintu kamar kita tutup saja, lalu bilang kalau Nona sedang nggak enak badan dan sudah tidur?"Andini menyeruput teh jahe hangat itu, lalu memandang Laras dengan heran. "Kenapa? Kalau dia mau datang, ya biarkan saja. Kenapa kamu seperti takut sekali?"Laras mengernyitkan alisnya, lalu mengaku dengan pelan, "Tadi waktu hamba ke kota, hamba dengar sedikit gosip ... katan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
444546474849
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status