แชร์

Bab 471

ผู้เขียน: Zaina Aulia
Kalingga sebenarnya ingin terlihat ramah sebisa mungkin. Namun, dia tidak menyangka, di balik aura dinginnya yang suram itu, senyuman seperti apa pun justru akan menakuti anak-anak. Anak itu langsung terpaku dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Anak-anak lainnya juga berkumpul dalam satu kelompok dan memandang Kalingga dengan wajah penuh ketakutan.

Untungnya, Jabal di sana sudah membeli permen, lalu segera maju ke depan dan membagikan beberapa butir kepada anak-anak sambil berkata, "Jangan takut, jangan takut, Paman cuma mau nanya saja."

Permen itu sangat harum dan manis. Anak-anak yang menerima permen akhirnya tidak terlalu takut lagi.

"Aku dengar dari Tirta!"

Tirta menyahut, "Aku diajarin sama Via!"

Via menyahut lagi, "Aku diajari nyanyiannya sama Kurnia di ujung jalan!"

....

Dari satu ke yang lain seperti ini, memang tidak mudah untuk segera menyelidiki semuanya.

Jabal melangkah ke depan dan berkata sambil menurunkan suaranya, "Tuan, sebaiknya Anda kembali dulu ke rumah. Hamba ak
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 472

    Saat itu juga Malika mengernyit dalam-dalam, lalu menghela napas sambil berkata, "Ibu nggak menyalahkan Andin, semua itu cuma omongan orang luar .... Sudahlah, gosip seperti itu kalau nggak diladeni, lama-lama juga akan hilang dengan sendirinya.""Benar, nggak perlu dihiraukan," ujar Kalingga akhirnya menoleh pada ibunya dan tersenyum tipis."Kalau begitu, Ibu ... aku kembali dulu ke kamar untuk istirahat.""Baik, baik, kamu istirahatlah dulu!" Malika menjawab cepat sambil mengangguk.Namun, setelah melihat Kalingga memberi hormat dan berjalan pergi, raut wajah Malika malah semakin muram.Begitu anaknya pergi cukup jauh, dia langsung menoleh ke pelayan senior di belakangnya. "Ambilkan perjanjian pernikahan antara Andini dan Kalingga sebelumnya. Salin tanggal lahir Andini, lalu kirim ke Master Hardan dari Kuil Amnan untuk diperiksa."Dulu, saat pernikahan itu dijalankan, tanggal lahir keduanya memang tidak pernah dicocokkan. Bagaimanapun, saat itu ada titah pernikahan langsung dari Kais

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 473

    "Besok saja kita bicarakan," Kalingga memotong ucapan Andini, lalu berdiri perlahan dan berkata, "Aku baru saja pulang dari istana menghadap Kaisar, agak lelah."Andini juga ikut berdiri. Melihat wajah Kalingga yang tampak letih, dia sadar bahwa sejak pagi pria itu sudah pergi dan baru kembali sekarang. Entah apa yang dibicarakan dengan Kaisar, mungkin memang ada sesuatu yang membuatnya jenuh atau tertekan.Sepertinya memang bukan waktu yang tepat untuk bicara. Oleh karena itu, dia pun mengangguk pelan. "Kalau begitu, Kak Kalingga istirahat saja dulu."Kalingga mengangguk singkat, lalu berbalik menuju kamarnya.Begitu masuk ke ruang dalam, barulah dia sadar bahwa di telapak tangannya masih tergenggam biji persik tadi.Jabal membawa masuk air untuk mencuci tangan Kalingga dan bertanya dengan khawatir, "Tuan sedang mikirin gosip yang beredar di luar sana? Jangan khawatir, Nyonya Andini jarang keluar rumah, seharusnya nggak akan mendengar apa pun dalam waktu dekat. Hamba akan segera mengu

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 474

    Usai berkata demikian, Kalingga pun mengangkat pandangannya ke arah Jabal yang berdiri di samping. Tatapannya tampak datar, tidak terlihat ada yang aneh dari luar.Namun, Jabal langsung paham. Dia mengangguk cepat dan menimpali, "Benar, benar! Tabib Riza juga bilang, kaki Tuan sudah lima tahun nggak digunakan. Sekarang tiba-tiba sembuh, tubuhnya pasti belum bisa adaptasi. Nantinya harus dipijat setiap hari supaya pulih sempurna."Tentu saja, lebih baik lagi kalau Nyonya Andini yang memijat.Mendengar penjelasan dari Kalingga dan Jabal, ekspresi Lukman dan Malika akhirnya sedikit lebih tenang.Andini pun merasa masuk akal dengan penjelasan Tabib Riza. Namun, dia tetap berpikir untuk menanyakannya langsung pada tabib ahli itu agar lebih yakin. Apalagi, kalau memang perlu pijatan rutin, bisa jadi si tabib sakti itu punya teknik khusus yang tidak diajarkan oleh tabib biasa.Melihat Andini tampak sedang berpikir, Kalingga tiba-tiba bertanya, "Oh iya, Andin, kemarin kamu bilang ada hal yang

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 475

    "Amitabha." Sang biksu muda merapatkan kedua telapak tangan di depan dada dan memberi salam pada pria di hadapannya. "Salam hormat, Jenderal Rangga."Rangga juga membalas salam dengan gerakan yang sama, lalu bertanya dengan suara tenang, "Guru mau ke mana?"Biksu itu menjawab dengan jujur, "Atas perintah Master Hardan, aku hendak mengirimkan surat ke kediaman Jenderal."Rangga mengangguk pelan dan menjawab dengan suara ramah, "Aku juga kebetulan mau pulang ke rumah. Bagaimana kalau Guru ikut bersamaku naik kereta? Biar sekalian kuantar."Biksu muda itu tentu mengenal Rangga, tapi belum pernah melihatnya bersikap begitu ramah sebelumnya. Muncul perasaan curiga di hatinya, tetapi dia berpikir tidak ada alasan untuk menolak karena mereka memang searah.Kakinya sudah sangat pegal karena berjalan dari Kuil Amnan sampai ke tempat ini. Akhirnya, dia kembali merapatkan tangan untuk memberi hormat dan mengucapkan terima kasih, lalu naik ke dalam kereta kuda milik Rangga.Di dalam kereta, semerb

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 476

    Setiap tahun mereka selalu melihat tulisan tangan Master Hardan dalam salinan kitab yang dia tulis sendiri. Mana mungkin mereka tidak mengenali tulisan tangannya?Terlebih lagi, mereka juga kenal dengan biksu muda yang datang tadi. Dia adalah biksu muda yang selalu mengikuti Master Hardan sejak kecil. Sampai sekarang, sudah sepuluh tahun lamanya dia menjadi pengikut Master Hardan.Surat itu diserahkan langsung ke tangan Malika oleh biksu itu sendiri. Jadi, mana mungkin surat itu palsu?Andini memang bintang kesialan.Tak heran setelah Andini keluar dari istana, kesehatan Ainun tiba-tiba menurun drastis. Baru saja dijodohkan dengan Pangeran Baskoro, sang pangeran langsung meninggal. Lalu Ainun juga wafat setelahnya. Setelah itu, Byakta yang tidak diketahui hubungannya dengan Andini juga meninggal.Semua yang hanya dekat dengannya saja sudah tewas satu per satu. Kalau begitu, bagaimana dengan Kalingga? Mereka sudah sah menjadi suami istri!Di sampingnya, pelayan senior pun masih merasa t

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 477

    Kalingga masuk ke ruangan sambil mendorong kursi rodanya sendiri.Pelayan yang tadi menyampaikan pesan segera memberi salam ketika melihatnya, tapi wajahnya tampak sedikit cemas. "Tapi ... Nyonya di sana ....""Biar aku yang bicara sama Ibu," jawab Kalingga dengan nada datar.Melihat pelayan itu masih belum juga pergi, Kalingga pun mendongak dan menatapnya. Tatapannya dingin, hingga membuat tubuh pelayan itu gemetar ketakutan. "Apa kamu perlu kuantar keluar?"Pelayan itu terkejut dan baru sadar akan situasinya. Kemudian, dia buru-buru mundur dan pergi dengan langkah tergesa-gesa. Melihat pelayan yang lari terbirit-birit, Andini tak kuasa tersenyum sambil menggeleng tak berdaya.Kemudian, dia memandang ke arah Kalingga dan berkata, "Ibumu pasti punya alasan sendiri mengatur semuanya seperti ini. Kalau kamu bersikeras begini, aku khawatir justru akan membuatnya sedih."Tentu saja Kalingga paham maksud ibunya. Semua yang dilakukan Malika sebenarnya demi dirinya. Namun ... apakah karena it

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 478

    'Memang ditakdirkan tidak berjodoh!' pikir Andini. Sudut bibir Andini terangkat, membentuk senyum tipis penuh kelegaan. Namun suara Kalingga tiba-tiba terdengar di telinganya. "Andin."Andini tersentak, lalu segera menoleh ke arahnya. Pemandangan yang dilihatnya membuatnya terdiam.Kalingga ... sedang berdiri!Tubuhnya yang tegap, tersembunyi di balik ranting-ranting willow yang menjuntai dan menutupi sebagian wajahnya. Dia mengangkat tangan untuk menepis dedaunan yang menghalangi pandangannya. Sepasang matanya menatap Andini dengan jernih.Andini baru bisa bereaksi, "Kak Kalingga ... kakimu, kenapa ....""Maaf," katanya pelan. "Semuanya ... cuma bohong."Nada bicaranya rendah, tulus, dan alisnya yang tegas menunjukkan penyesalan yang dalam. "Waktu itu aku bohong padamu. Maafkan aku."Alis Andini perlahan berkerut, matanya menunjukkan kebingungan. "Aku nggak mengerti ... kenapa harus berbohong? Apakah ... kemarin waktu di istana, Kaisar mengatakan sesuatu? Apakah kamu takut pelaku yang

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 479

    Kalingga berpikir, jika dalam tiga tahun Andini tetap tidak bisa menyukainya, dia akan menepati janjinya untuk membiarkan gadis itu pergi. Tentu saja, jika Andini tidak ingin menunggu sampai tiga tahun, dia pun tidak akan memaksanya.Kalingga hanya sedang berusaha memberi dirinya sendiri sebuah kesempatan.Andini menatap Kalingga dengan tatapan terkejut, pikirannya sudah kacau balau saat ini. Dia tahu, Kalingga selalu memperlakukannya dengan sangat baik. Namun, dia tidak pernah berpikir untuk melangkah sejauh itu dengan Kalingga.Kata-kata Kalingga barusan terlalu mendadak baginya.Tiga tahun.Andini memang pernah berjanji. Namun, waktu telah banyak mengubah keadaan. Sekarang, dia harus mempertimbangkan segalanya dengan lebih hati-hati.Dia tidak ingin melihat Kalingga dan Rangga berselisih. Dia juga tak sanggup membayangkan keluarga Kalingga yang selama ini hangat dan damai, akhirnya terpecah belah karena dirinya.Yang seharusnya dia lakukan adalah pergi. Pergi dan menemukan jalan hid

บทล่าสุด

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 498

    Surat itu sangat singkat, tanpa kalimat yang bertele-tele. Dalam pandangan Gita dan Ningsih, itu hanyalah surat biasa.Mereka pun menyerahkannya kepada Rangga. Rangga menerima dan melihatnya sekilas. Matanya yang suram tidak menunjukkan sedikit pun emosi, hanya berkata dengan tenang, "Antarkan.""Baik." Gita dan Ningsih segera pergi.Di sisi lain, tatapan Rangga berubah muram. Dia tahu Andini tidak ingin tinggal di sini. Namun, apa hanya dengan satu surat ini, Andini berpikir bisa meminta seseorang untuk menyelamatkannya? Kenapa dia masih belum mengerti?Rangga yakin, kini tidak ada seorang pun yang bisa membawa Andini pergi dari sisinya,Ketika Laras menerima surat itu, dia langsung terpaku. "Ini memang tulisan tangan Nona!" Suaranya bergetar, matanya memerah karena terharu. Beberapa hari ini, air matanya sudah hampir kering karena cemas.Rama yang membaca isi surat itu pun mengangguk pelan. "Aku nggak mengenali tulisan tangan Nona. Tapi, kalau Nona bilang dia baik-baik saja, berarti

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 497

    Rangga akhirnya pergi, langkahnya goyah seperti seorang prajurit yang kalah perang. Sementara itu, Andini duduk sendirian di dalam ruangan, menatap cahaya lilin yang berkedip. Hingga fajar menyingsing, dia sama sekali tidak mengantuk.Andini berpikir, setelah pertengkaran semalam, Rangga setidaknya akan sadar bahwa dirinya benar-benar tidak ingin terlibat dengannya lagi. Siapa sangka, ketika Gita dan Ningsih datang untuk melayaninya, mereka masih saja memanggilnya nyonya tanpa ragu sedikit pun.Bahkan pada hari kelima, Rangga malah langsung pindah ke kediaman ini. Saat melihat para pelayan membawa setumpuk buku masuk ke halaman, Andini mengerutkan keningnya.Dia mengikuti mereka ke dalam ruang kerja. Di sana, beberapa pelayan tampak sedang menyusun buku di rak, sementara seorang pelayan meletakkan beberapa dokumen di atas meja.Andini meliriknya sekilas, semuanya tentang urusan militer. Hatinya seketika mencelos. Apa Rangga tidak perlu kembali ke barak?Para pelayan yang menyadari keha

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 496

    "Pada akhirnya, aku tetap harus berterima kasih pada Jenderal Rangga karena masih mengingat hubungan masa kecil kita. Kalau nggak, mungkin saat ini aku masih menjadi budak di penatu istana. Aku berterima kasih atas kebaikan dan kemurahan hatimu.""Tapi, tolong jangan katakan kalau keputusan yang telah kamu pertimbangkan matang-matang ini adalah demi aku. Aku nggak sanggup menerimanya."Empat kata terakhir itu bagaikan palu berat yang menghantam keras dada Rangga. Dia melangkah mundur, lalu tersandung kursi di belakangnya dan hampir saja terjatuh.Mungkin karena suara itu cukup keras, Gita dan Ningsih yang menunggu di luar langsung bergegas masuk.Rangga lantas membentak mereka, "Siapa yang menyuruh kalian masuk? Keluar!"Siapa sangka, Gita dan Ningsih malah berlutut bersamaan. "Nyonya, mohon maafkan Jenderal! Beliau benar-benar peduli pada Nyonya! Begitu mendengar Nyonya ingin bertemu, beliau datang tanpa menghiraukan lukanya!""Siapa yang mengizinkan kalian bicara? Keluar!" Rangga kem

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 495

    Bekas luka-luka itu seakan-akan menjadi bukti bisu betapa dalamnya Rangga peduli padanya.Mata Andini tanpa sadar mulai dipenuhi air mata. Tangannya terangkat, menyentuh luka di dada Rangga dengan lembut. Ujung jarinya sedingin bilah pedang.Tiba-tiba, dia bertanya pelan, "Sakit nggak?"Alis Rangga tiba-tiba berkedut. Sakit? Kata-kata ini dulu pernah Andini tanyakan kepada Byakta. Rangga sendiri yang menyaksikan bagaimana setelah itu, Andini dan Byakta berpelukan erat.Kini, rasa sesak yang tidak bisa dijelaskan memenuhi dadanya, membuatnya tak bisa mengucapkan satu kata pun.Saat dia masih tenggelam dalam pikirannya, Andini tiba-tiba mendongak menatapnya. Air mata akhirnya jatuh di pipinya. Suara lembutnya terdengar. "Byakta pasti sangat kesakitan."Andini melihat dengan mata kepala sendiri seberapa besar luka di tubuh Byakta, tepat di area ini. Para prajurit berkata, itu adalah luka yang Byakta dapatkan saat menangkis serangan pedang yang seharusnya mengenai Rangga.Andini membayangk

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 494

    Andini tidak tahu bagaimana Gita dan Ningsih menyampaikan pesan kepadanya, tetapi jelas bahwa Rangga telah salah paham.Alisnya yang indah berkerut tajam, suaranya terdengar rendah. "Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan? Kenapa kamu mengurungku di tempat ini?”Senyuman di wajah Rangga sempat membeku sesaat, tetapi kemudian dia tetap mempertahankan ekspresi lembutnya. Cahaya lilin yang terpantul di matanya yang dalam membuatnya tampak bercahaya."Ini bukan kurungan. Aku hanya ingin ... memberi kita berdua sebuah kesempatan." Kesempatan untuk memulai kembali.Ekspresi Andini justru semakin dingin. Dia menatap Rangga dengan tatapan penuh ejekan. "Kesempatan? Tiga tahun lalu, Jenderal Rangga sama sekali nggak memberiku kesempatan."Tiga tahun lalu, mereka semua berdiri di sisi Dianti, bahkan tatapan galak Rangga saat itu membuatnya tidak punya ruang untuk membela diri.Jika Rangga mencampakkannya 3 tahun lalu, kenapa 3 tahun kemudian Rangga mengurungnya seperti ini?Mendengar Andini meny

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 493

    Tiga hari kemudian, Andini duduk di bawah atap teras. Pelayan di sebelah kiri sedang mengupas kuaci untuknya, sementara pelayan di sebelah kanan sedang memotong semangka untuknya.Sudah tiga hari berlalu, tetapi hingga sekarang dia belum juga melihat Rangga. Namun, setidaknya dia sudah cukup mengenal kedua pelayan ini.Mereka adalah saudara sepupu. Yang di sebelah kiri bernama Gita, yang di sebelah kanan bernama Ningsih.Keduanya bukan berasal dari ibu kota. Kampung halaman mereka jauh di perbatasan. Dulu, Rangga menyelamatkan mereka dari medan perang. Semua keluarga mereka tewas akibat peperangan, jadi mereka ikut Rangga ke ibu kota.Bagi mereka, Rangga adalah penyelamat hidup. Maka dari itu, mereka sangat setia kepadanya dan menuruti semua perintahnya tanpa ragu.Tentu saja, mereka juga sangat hormat kepada Andini. Selama 3 hari ini, mereka merawat Andini dengan penuh perhatian dan selalu patuh. Satu-satunya hal yang tidak mau mereka lakukan adalah memberitahunya di mana dia berada.

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 492

    Namun, tubuh Rangga tiba-tiba oleng ke samping dan jatuh pingsan.Malika terkejut dan langsung berteriak panik, "Cepat! Cepat panggil tabib! Rangga! Rangga! Jangan menakuti Ibu seperti ini!"Pelayan di luar segera masuk dan mengangkat tubuh Rangga untuk membawanya keluar. Malika masih menangis tersedu-sedu sambil mengikuti mereka pergi.Lukman menatap darah yang menempel di cambuk itu, hatinya ikut terasa perih. Pandangannya lantas tertuju pada Laras yang masih berdiri di samping.Lukman hanya bisa menghela napas panjang dan berkata, "Bukannya aku nggak ingin mencampuri urusan ini, tapi kamu sendiri melihat apa yang baru saja terjadi. Lebih baik kamu pulang dulu."Setelah mengatakan itu, Lukman pun pergi, meninggalkan Laras yang masih berdiri di tempat dan menangis dengan penuh kesedihan.Dia tidak menyangka Rangga begitu keras kepala. Rangga bahkan lebih rela dihajar sampai pingsan daripada mengungkapkan di mana Andini berada.Namun, jika memang Rangga yang membawa Andini pergi, sehar

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 491

    Laras akhirnya melihat goresan panjang di batang pohon itu. Dia segera bangkit berdiri dan meraih lengan baju Rama dengan panik. "Pohon plum merah ini ditanam oleh Wakil Jenderal Byakta. Nona nggak mungkin merusaknya! Rama, bagaimana ini? Nona pasti diculik!"Goresan itu pasti ditinggalkan saat nonanya berjuang melawan penculik!Rama juga sangat cemas, tetapi dia segera menenangkan diri. "Begini saja, kamu pergi ke Keluarga Maheswara untuk memberi tahu mereka, aku akan pergi ke Kediaman Adipati untuk mencari Tuan Abimana."Meskipun Andini sudah putus hubungan dengan Keluarga Adipati, dalam situasi seperti ini, Rama yakin Abimana masih akan turun tangan untuk membantu!Sedangkan untuk Keluarga Maheswara, meskipun Andini sudah bercerai dengan Kalingga, mereka seharusnya tidak akan berdiam diri.Kalau tidak, dengan status mereka berdua saja, bagaimana mungkin mereka bisa menyelamatkan Andini?Mendengar itu, Laras mengangguk berkali-kali. Dia segera menyeka air mata, lalu bergegas keluar d

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 490

    Rama tidak menyangka bahwa dirinya bisa mendapatkan kepercayaan sebesar ini dari Andini.Saat itu juga, dia mengangguk dengan penuh keyakinan. "Baik, Nona tenang saja. Dalam 3 hari, hamba pasti menyelesaikan tugas ini dengan baik. Nggak akan ada sepeser pun yang hilang."Mendengar itu, Andini tersenyum. "Bagus."Rama segera memberi hormat dan pergi untuk bersiap.Hati Andini justru terasa semakin dingin. Kata-kata Malika barusan masih terngiang-ngiang di benaknya.Terutama kalimat bintang kesialan dan tidak ada solusi untuk ditangkal. Itu bak pisau tajam yang terus mengiris hatinya secara perlahan.Orang-orang yang paling dekat dengannya pergi satu per satu. Malika mengatakan semua itu gara-gara dirinya.Dada Andini terasa seperti tercabik-cabik, sakitnya begitu menusuk. Dia mengepalkan tangannya erat-erat, menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah menuju taman.Pohon plum merah itu kini sudah tidak lagi gundul seperti saat sebelum dia menikah. Tunas-tunas hijau telah bermunculan, rant

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status