Namun, Dianti hanya bisa memainkan peran gadis lemah, lalu menunduk sedikit ke arah Rangga dan berkata lembut, "Kalau begitu, aku pamit istirahat dulu ya, Kak Rangga. Kakak juga sebaiknya cepat istirahat."Selesai bicara, dia pun membalikkan tubuh dan pergi.Rangga menatap punggungnya yang menjauh, sementara tangannya secara refleks menyentuh jubah yang tadi dikenakan Andini. Sorot matanya makin dalam dan kelam.Sepanjang perjalanan kembali ke kediamannya, Dianti tak mengucapkan sepatah kata pun. Saat tiba di kamarnya, dia baru berkata dengan pelan, "Tutup pintunya."Hati Astuti sontak menjadi tegang, tapi tetap menuruti perintah itu. Dia pun berbalik dan menutup pintu. Namun, saat dia berbalik kembali, Dianti sudah berdiri di belakangnya.Saking dekatnya, Astuti hampir terjatuh karena terkejut. Wajahnya langsung pucat, rasa ketakutan memenuhi mata dan tubuhnya.Melihat ekspresi itu, Dianti justru tersenyum manis, "Dasar gadis bodoh, takut apa?"Sambil tertawa kecil, dia menggenggam ta
Read more