Semua Bab Istri Perawan Disangka Janda: Bab 111 - Bab 120

152 Bab

Bab 111

Gadis itu beraroma wangi segar dengan wajah halus tanpa pori dan bibir delima simetris. Hidungnya rapi dan kecil. Mata beningnya membelalak dan panik. “Aku… minta maaf. Tolong jangan apa-apakan aku.” Terbata ucapannya dengan hembus napas tersengal yang segar. Terlihat panik dan takut. “Minta maaf pada polisi …,” sahut Daishin tajam. Mata membelalak itu semakin melebar. “Apa akan melapor polisi? Jangan! Please! Aku… minta maaf padamu, Bos Shin. Aku memang salah. Tapi aku terpaksa melakukan itu semua.” Ucapannya pelan dan jelas. Mengharap jika Daishin bisa diajak bernegosiasi. “Begitu besar kesalahanmu. Tidak sekadar padaku, tetapi pada orang yang kamu janjikan. Aku menanggung malu sangat besar waktu itu. Aku mengganti uang dari lelaki yang sudah membelimu beberapa lipat dan kamu dengan santai pergi tanpa tanggung jawab,” ucap Daishin kasar. Kembali merasa emosi mengatakan hal ini. Ingin sekali mengangkat tubuh kecil itu dan membantingnya di ranjang. “Maaf. Aku salah. Seharusn
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Bab 112

Penjelasan jujur gadis itu memuakkan. Ingin juga rasa hati menampar. Jika lelaki, Daishin sudah memberi banyak bogem mentah. Namun, sebab itu wanita, hati nurani berkata jangan. Hanya …. pada jiwa kelelakiannya yang cenderung semakin menggelegak. “Apa ada namaku dalam lembaran skripsimu?!” desak Daishin terus menahan amarah. “Tidak ada namamu. Tapi…,” ucapan si gadis terhenti. Sepertinya ragu dan takut. Memandang Daishin penuh bimbang. “Tapi apa?!” Daehan membentak tak sabar. Gadis itu seketika menggigit bibir sebelum membukanya. “Kutulis sebagai tokoh referensi adalah Mr. D.” Plak! Sungguh emosi rasanya. Orang luar tanpa izin sudah menjadikannya tokoh dalam tulisan. Dengan inisial nama yang sangat jelas, bahkan diakui sendiri oleh pembuatnya. Kali ini Daishin sangat ingin membuat laporan sebuah kasus. Namun… . “Arrghh!” jerit Daishin. Kali ini memang bukan menampar dinding seperti tadi yang sukses membuat gadis itu terjengkit sebab kaget. Namun, pekikan Daishin tepat di ata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Bab 113

Osara meronta, tapi cengkeraman Daishin di pergelangan tangannya begitu kuat, seperti belenggu besi yang tidak mungkin dilepas begitu saja tanpa bantuan alat berat. Osara sempat berangan andai diri memiliki kekuatan super tiba-tiba. Ah…!Nyatanya, Daishin begitu lama bermain di dua bukit dan puncak dada tanpa Osara mampu memberi perlawanan yang berarti. Ia mencoba mundur, coba bergeser dan coba menghindar. Tapi semua sia-sia belaka. Tubuhnya justru seperti terdorong ke arah pria itu dan serasa kian melekat, terhimpit oleh bodi besar Daishin yang kian menyala nyalang di matanya."Berhenti … cukup …. sudah, Daishin!" Osara memohon dengan suara bergetar. Napasnya pendek, tersengal, dadanya naik-turun karena ketegangan yang menusuk hingga ke tulang.Rasa tegang antara merinding ngeri dan meremang geli. Daishin begitu lihai mempermainkannya. Namun, perasaan segan pada lelaki itu telah hilang sama sekali, berubah rasa jadi takut, terhina dan benci. Daishin menatapnya tajam, rahangnya menge
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Bab 114

Daishin menekan tubuh Osara dengan tubuhnya hingga lebih lekat. Sebelah tangan masih mengunci kedua lengan Osara di atas kepala mungilnya. Sedang tangan lain terus menjelajah di tubuh setengah telanjangg itu dengan sentuhan berkuasa. Napasnya berat, penuh hasrat dan membara. Osara menggigit bibir, tubuhnya mulai melemah karena lelah. "Daishin… cukup," suaranya bergetar, entah karena marah, letih atau arus rasa dari efek sentuhan lembut Daishin yang telah menjalar rata ke seluruh raga. Merasa seperti akan tumbang tidak lama. Namun, Daishin tidak menggubris. Bibirnya masih menelusur naik di leher Osara, sesekali menghirup aroma wangi yang baginya semakin memabukkan.Osara merintih, mencoba menarik tangannya, tapi cengkeraman itu tetap saja sangat kuat. "Daishin… aku pegal…" keluhnya, suaranya yang lirih terdengar merengek menyedihkan. Namun, justru membuat Daishin tidak puas dan tidak berniat menghentikan cumbuannya.Osara menghela napas yang sengal dan susah. "Tanganku sakit… setidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Ban 115

Hujan masih deras mengguyur kota, butiran airnya membasahi jendela kamar hotel dengan sayup suaranya yang selalu khas. Mungkin disertai angin kencang. Sebab pintu yang masih ada teras balkon pun begitu basah dan buram berkabut tebal.Osara duduk di tepi ranjang, menatap sayu pada Daishin yang tertidur pulas di bantal dan masih tanpa berpakaian. Selimut yang tidak menutup sempurna itu hanya sebatas di tengah perut. Napasnya teratur dengan dada kekar yang naik turun bergantian. Begitu tenang seperti tanpa dosa yang baru saja dibuatnya. Hati-hati, Osara beranjak turun ranjang. Ingin segera pergi, tetapi ingat jika diri sedang penuh noda menjijikkan yang belum sempat dibilas sempurna. Hampir tengah malam. Berapa panggilan wajib sebagai seorang muslim yang sudah diabaikannya. Kelewatan, sudah bermaksiat, menghadap Tuhan pun ditinggal. Daishin kurang ajar! Ah, aku begitu kotor.... Osara menghela napas dalam dan memutuskan untuk mandi. Ia berharap air panas bisa membersihkan segala noda
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Bab 116

Daishin duduk di sofa kamar sambil mencengkeram ponsel erat. Mata menatap nanar tetapi kosong ke arah jendela besar yang menampilkan pemandangan angkasa Surabaya dini hari. Abu-abu gelap dan pekat. Osara telah pergi …. Ia menghela napas panjang dan menghembuskan kasar. Kepalan tangan mengeras saat ingat betapa mudah ia lengah dan betapa bodoh ia memberi celah.“Aku bahkan tidak terpikir menanyakan nama dosen dan tempatnya kuliah. Bagaimana aku mengurus? Nomor telepon barunya pun tidak meminta. Kenapa aku ini… mendadak jadi bodoh sekali.”Daishin terus mengumpati dirinya. Sungguh kesal dan sesal. Bukan melulunhutang dan harga diri yang disepelekan, tapi juga Osara kembali menipunya mentah-mentah. Benar-benar tidak tahu diri, tidak mengerti dikasihani. Penipu tetaplah penipu. Arrgh! Osara! Daishin menendang meja sofa hingga vas bunga di atasnya oleng dan tumbang, nyaris jatuh tetapi bertahan di atas meja. Lembaran kertas berlipat yang disimpan di bawah vas pun sedikit terbuka dan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Bab 117

Daishin menggeliat, meregang tubuh saat ponsel di atas meja bernyanyi. Baru disadari masih berada di kamar Osara dan tertidur di sofa. Lembar tiket atas nama Dhiara binti Osara masih erat digenggamnya. Bunyi ponsel yang tadi mengejutkannya dari tidur adalah penanda pesan dari Daehan. “Ngapain aja, Shin? Lama banget di kamar perempuan. Kenapa kabur mulu gadis itu, udah di kamar pun kamu masih kecolongan. Kayak anak baik aja kamu, Shin. Gagal kekein,” Daehan terus terang meledeknya. Daishin mendecak lirih. “Dia kaburnya pas aku mandi, Mas.” Daishin buru-buru membalas jujur. “Ngapain malam-malam mandi?” Balasan itu datang cepat. Daishin tersenyum masam dengan pertanyaan Daehan yang sengaja meledeknya. “Keramas.” Daishin tersenyum lebar kali ini. Jawaban itu diketiknya singkat. Ia tahu Daehan tidak akan puas mengusik. Dan benar saja, balasan datang meski sedikit lama.“Aku gak matiin CCTV, Shin. Yakin kalo kamu bakal mengatasi. Udah lama banget kamu di kamarnya. Biarin saja dia per
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Bab 118

Daehan dan Shanumi melangkah masuk ke lobi hotel setelah perjalanan kembali dari bandara. Mereka baru pulang dari mengantar Daishin yang sudah lepas landas menuju KLIA (Kuala Lumpur International Airways) Malaysia dengan penerbangan kedua terpagi hari ini. Daehan tiba-tiba berhenti. Matanya tertuju pada sosok familiar di meja resepsionis. Tokoh vital yang menjadi topiknya bersama Daishin belakangan ini. Osara…. ya, itu adalah Osara. Mau ke mana gadis itu? “Kenapa, Mas?” tanya Shanumi pada Daehan yang terlihat fokus pada gadis yang sedang transaksi di meja resepsionis. “Gadis itu yang Daishin datangi di kamarnya semalam.” Daehan berbisik. Membawa Shanumi menepi ke sofa di pojok lobi dan duduk sepi di sana. “Yang kabur dari agensi dan membawa uang Daishin sangat banyak?” Shanumi membelalak. Daehan pun mengangguk. Semua hal memang selalu terbiasa dia ceritakan pada istri. Bagaimana lagi, temannya yang selalu siaga ada hanyalah Shanumi. Begitu juga sebaliknya, tidak ada dinding pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Bab 119

Daishin berjalan cepat setengah berlari. Meninggalkan wastafel yang untung tidak lupa ditutupnya walau asal-asalan. Air masih mengalir kecil dari celah lubang kran yang tidak diputar maksimal. “Osara…!” Antara ragu dan galau, Daishin berseru saat pintu taksi sudah menutup. Yakin jika itu memang Osara. Tetapi teras rumah makan begitu ramai akan orang hilir mudik. Hingga membuat langkahnya tidak lancar. “Tunggu, Osara!” serunya lagi. Merasa kembali marah bukan main. Gadis dalam taksi telah menoleh dan memandangnya. Tetapi taksi justru meluncur ke depan dengan cepat. Tentu saja itu sengaja. Kemunculan Daishin yang juga mengejutkan tidak diharap oleh Osara. “Ada apa, Bro?!” Rendra telah mendekat di belakangnya. Ikut memandang taksi yang tinggal bodi belakang saja terlihat. “Mana mobilmu, Ren. Cepat, bantu aku kejar taksi itu!” Daishin panik berbicara. Tidak ada taksi satu pun menyandar di sekitar sana. Yang ditumpangi Osara adalah satu-satunya taksi yng bersabar menunggu ada penumpa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Ban 120

Sebab isi perut yang lebih dari kenyang, karena Daishin tidak berdaya saat mama tirinya mengambilkan makanan. Segan menolak sebab mama tiri terlalu efforts pada hadirnya. Ternyata, semua isi di piring adalah makanan lezat dan sedap belaka buatan sendiri. Dengan kalap isi piringnya pun habis juga. Semua alasan ini membuat Daishin tidur siang dengan waktu sangat lama. Hingga menjelang maghrib dirinya terbangun. Itupun jika tidak dibangunkan dua adik kecilnya yang ingin bersembang setelah lama tidak bertemu. Terakhir mereka mengunjungi Daishin ke Jepang 3 tahun lalu, kala mereka berdua masih berwujud sebagai bayi berusia tiga tahun dan lima tahun. Daehan belum tentu bangun tanpa mereka. “Kalian mainlah. Abang mandi dulu. Habis khitan besok, kalo kamu udah sembuh benar-benar, kubawa kalian ke KLCC. Beli mainan atau makanan apa pun yang sedang kalian ingin!” Daishin menembakkan janji yang disambut berlonjak oleh adik lelaki yang besok ber khitan. Adik satunya adalah perempuan dan bersika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status