Sajadah dilipat asal dan diletak kasar ke sofa. Tanpa melepas peci dan tidak menukar baju koko serta masih bersarung, Daishin menyambar dompetnya. “Buruan, Shin. Papa khawatir ada apa-apa dengan Osa. Dia itu calon pengantin, biasanya rawan. Jangan sampai ada apa-apa dengannya.” Papa Handy galau luar biasa. Setelah puas mengomeli Daishin, meski tidak maksimal, sebab penampilan anak lelaki saat akan sholat begitu adem, Papa Handy luluh dan hanya marah ala kadarnya. Kemudian duduk gelisah menunggu Daishin menunaikan ibadah wajibnya. Setelah itu dia meminta untuk cepat mencari Osa dan membawa pulang segera. “Iyalah, Pa. Ini sudah mau berangkat akunya ….” Daishin menyahut gusar. Sudah tidak tahu lagi bagaimana perasaannya. Kesal pada papanya, marah pada Osara atau terkejut dengan pernikahan gadis itu yang mendadak. Semua bercampur aduk yang rasanya justru tawar. Dengan mobil keluarga beserta sopir, Daishin meluncur meninggalkan rumah tepat pukul setengah satu dini hari. Menu
Terakhir Diperbarui : 2025-03-25 Baca selengkapnya