All Chapters of Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta: Chapter 131 - Chapter 140

188 Chapters

Bab 131

Kelly berteriak histeris, suaranya menggema di dalam kamar rumah sakit yang terasa semakin sempit, dan sesak. Ia berusaha untuk mengangkat tubuhnya, ingin meraih William, ingin menghentikan apa yang pria itu lakukan saat ini. Tapi tubuhnya yang penuh luka membuatnya hanya bisa meronta tanpa daya. Bahkan membuka mulutnya lebih lebar pun sulit untuk dilakukannya. “Jangan lakukan itu, William! Aku mohon! Jangan sakiti Hendrick! Cukup aku saja, jangan dia!” suaranya parau, putus asa, dan penuh ketakutan. Namun, William hanya tersenyum dingin di sana. Dengan santai, ia menekan tombol panggilan di ponselnya, lalu berbicara dengan suara yang tenang namun menusuk, “Sebarkan videonya sekarang juga. Pastikan menggunakan akun anonim yang sudah terlindungi.” Kelly menjerit lebih keras, tangannya mengepal di atas selimut. “Tidak. Tolong, aku mohon! Jangan lakukan ini! Hendrick anakku satu-satunya!” William menutup telepon
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 132

Johan menatap layar ponselnya dengan tangan yang gemetar. Video ditangannya itu masih berputar, menampilkan sesuatu yang seharusnya tidak pernah ia lihat dengan jelas seperti ini. Wajahnya menjadi pucat, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Julia yang duduk di sampingnya sudah menutup mulutnya dengan tangan, matanya membelalak penuh keterkejutan. Dia tidak menyangka akan melihat itu. “Astaga... Ini tidak mungkin kan...” suara Julia bergetar, hampir tidak terdengar. Johan akhirnya meletakkan ponsel di meja, seolah benda itu bisa membakar habis tangannya kapan saja. Ia mengusap wajahnya kasar, lalu menyandarkan tubuh ke kursi dengan tubuh melemas. Nampak frustrasi wajahnya. “Kita sudah hancur, Julia. Mereka lah yang telah menghancurkan kita,” suaranya lirih, penuh dengan rasa penyesalan. Julia menoleh, tatapannya kosong. “Bagaimana bisa terjadi seperti ini...? Bukankah selama ini kita berusaha k
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 133

“Bajingan! Brengsek!!” Hendrick berteriak histeris, frustrasi merajalela di dadanya. Dia merasa seperti kehilangan segalanya dalam sekejap. Pria yang selama ini dianggap sebagai penyembuh lukanya, satu-satunya tempat dia merasa diterima, ternyata hanya sebuah alat untuk menjeratnya lebih dalam pada kehancuran. Padahal, Hendrick rasakan nyaman yang sangat jelas dengan pasangan penyuka sesama jenisnya itu. “Bisa-bisanya dia melakukan ini padaku?!”Dengan tangannya yang gemetaran, Hendrick berusaha menghubungi pria itu. Namun tidak ada jawaban. Tidak ada kabar tentang keberadaannya. Seolah pria itu telah lenyap ditelan bumi. Saat itulah Hendrick makin tersadar ini bukan hanya sebuah kebetulan. Ini pasti rencana William. “William, ini pasti kau lagi! Sialan kau, William! Aku akan membalas mu!”Hendrick mengamuk. Dia membanting segala benda yang ada di kamarnya. Cermin pecah, kaca berhamburan, meja da
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 134

Emily tertegun melihat William berdiri di ambang pintu. Saat Emily akan keluar dari kamar untuk menemui Azura, William juga akan masuk kamar. “Kau—” Belum sempat Emily mengatakan apapun, William langsung memeluknya erat. Emily terdiam, membiarkan William memeluknya seperti yang diinginkan. “Aku merindukan mu,” ucap William lirih. Mendengar itu, Emily pun membalas pelukan William. “Apa sudah selesai?” tanyanya. William menganggukkan kepalanya, tapi tidak melepaskan pelukannya dari Emily. “Tentu saja belum. Tapi, aku juga tidak mau kalau kita terlalu lama tidak bertemu.” Emily pun tersenyum. “Ini baru dua hari, kan?” “Baru dua hari, katamu? Dua hari itu seperti dua abad untukku, Emily.” Segera William melepaskan pelukannya. Membawa Emily masuk ke kamar. beberapa saat kemudian. Emily terdiam dalam dekapan William, merasakan betapa eratnya genggaman pri
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 135

Emily terdiam sebentar. “Tidak. Aku memang hanya ingin pergi ke dapur sebentar.” Pada akhirnya, William pun hanya bisa membiarkan Emily pergi ke dapur. Begitu Emily keluar, William duduk di pinggiran tempat tidur. Pikirannya benar-benar kacau, bahkan mengungkapkan perasaannya saat ini dia sudah tidak lagi mampu. Tentu saja dia paham apa yang dipikirkan Emily. Namun, William sendiri tidak mampu memenangkan kekhawatiran Emily untuk saat ini. “Emily... aku benar-benar sedang dalam kondisi yang tidak baik sekarang. Maaf. Mungkin sikap ku akan menyakitimu beberapa waktu belakangan ini. Tapi, aku berharap kau bisa sedikit lebih sabar menghadapi ku sampai aku benar-benar mampu mengendalikan diriku dengan baik,” ucap William, lirih. Emily melangkah keluar dari dapur dengan perasaan sedikit ragu untuk kembali ke kamar. Seorang pelayan tiba-tiba saja datang, lalu memberitahunya bahwa Julia datang dan ingin berbica
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 136

Emily menghela napas panjang, perasaannya bercampur aduk mendengar rencana kedua orang tuanya setelah semua yang terjadi. “Pedesaan? Ayah dan Ibu apa benar-benar yakin?” Emily mengulang dengan suara pelan, kepalanya menunduk. “Jadi, Ibu dan Ayah benar-benar ingin meninggalkan semua ini begitu saja?” Julia pun mengangguk. “Kami tidak punya pilihan, Emily. Semua sudah hancur. Perusahaan, nama baik keluarga, bahkan hubungan kami denganmu juga.” Julia menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. “Kami sadar kami telah melakukan banyak kesalahan. Kami tidak ingin menjadi bebanmu. Beternak dan bertani adalah satu-satunya cara bagi kami untuk hidup dengan tenang tanpa harus menyusahkan mu lagi di masa depan.” Emily menggigit bibirnya, ia menahan air mata yang hampir jatuh. “Aku minta maaf… Aku benar-benar tidak bisa berbuat banyak untuk membantu kalian.” Julia tersenyum lemah, “Tidak, Emily. Kau sudah melakukan lebih dari cukup untuk kami. Lagip
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 137

Malam itu, William dan Emily berbaring tanpa adanya pembicaraan apapun. Saling memunggungi, sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Emily dengan kegelisahan, ketakutan, dan harapan akan keselamatan keluarganya. Sementara William yang juga memikirkan banyak hal. “Aku ingin tidur...” batin William. Sudah dua jam berpura-pura tidur, nyatanya masih segar matanya. Begitu juga dengan Emily. Di dalam hatinya, ia berharap Tuhan akan sedikit kasihan sehingga hati William luluh, dan tidak terlalu kejam kepada kedua orang tuanya. Entah selama apa mereka terus bergulat dengan pemikirannya, hingga pada akhirnya mereka merasa ngantuk, dan mulai tertidur. Esok harinya, di kediaman Sebastian. Sebastian duduk di dalam mobilnya, menatap layar ponselnya dengan tatapan penuh perasaan amarah. Kali ini, dia tidak akan menahan
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 138

Kelly masih terbaring di tempat tidur rumah sakit, tapi tubuhnya semakin penuh luka dan rasa sakit yang luar biasa. Ia bahkan tidak bisa lagi menggerakkan satu saja jarinya dengan baik. Seluruh tubuhnya seperti remuk redam, bukan hanya karena kecelakaan yang dialaminya, tetapi juga akibat kemarahan Sebastian yang tidak terkontrol. “Sa... kit...” keluh Kelly, tak berdaya. Pria itu awalnya masih bersabar, menanyainya dengan nada dingin tentang keberadaan surat rumah dan barang-barang berharganya yang dicuri Kelly. Tapi wanita itu justru semakin keras kepala, dan terus saja menyalahkan William atas semua ini, seolah-olah William yang telah mengambil semuanya. Sebastian tidak bodoh. Ia tahu Kelly hanya berusaha mengalihkan kesalahan agar selamat dari amukannya. Namun, kesabaran Sebastian juga sudah pasti ada batasnya. Saat Kelly tetap bungkam, Sebastian mulai menunjukkan betapa marahnya dia karena itu. I
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 139

William duduk santai di ruang kerjanya, segelas wine merah berputar di tangannya, sementara tatapannya terpaku pada layar besar yang menampilkan rekaman CCTV di rumah sakit tempat Kelly berada. Bibirnya melengkung membentuk seringai penuh kemenangan, merasa terhibur dengan yang dia lihat. Di layar itu, Sebastian tampak kehilangan kendali, tengah melampiaskan amarahnya pada Kelly yang masih terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit. Wanita itu nyaris tidak bisa bergerak, tubuhnya semakin penuh dengan luka, wajahnya pucat, dan matanya memancarkan ketakutan yang begitu jelas. “Ah… lihatlah,” gumam William, suaranya dipenuhi kepuasan. “Dulu kalian begitu kompak menjatuhkan ku, mencoba untuk menyingkirkan ku. Sekarang? Saling menghancurkan seperti ini.” Sebastian mencengkeram dagu Kelly dengan kasar, wajahnya dipenuhi kemarahan yang membara. “Dimana surat rumah ku itu, Kelly?!
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 140

Emily menghela napas lega setelah menekan tombol ‘kirim’ di layar ponselnya. Semua tabungan yang ia kumpulkan selama ini telah ia transfer kepada kedua orang tuanya, sepenuhnya. Kini, ia hanya berharap mereka bisa memulai hidup yang lebih baik di pedesaan, jauh dari intrik dan keserakahan yang dulu menguasai hati mereka. Tatapannya beralih ke jendela, memandangi langit senja yang perlahan berubah menjadi gelap. Dalam hatinya, Emily merasakan sedikit lebih ringan. Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, tetapi ia tahu bahwa ini adalah yang terbaik untuk semuanya. Ia jelas tidak ingin membalas dendam, meskipun luka yang ditorehkan keluarganya masih ada. Sementara itu, Sean sudah membuat keputusannya sendiri. Pria itu akhirnya menerima tawaran dari Tuan Xavier untuk bergabung dengan perusahaan miliknya.Namun, bukan sebagai petinggi atau pemimpin, melainkan sebagai karyawan biasa, memulai semuanya dari bawa
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status