All Chapters of Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta: Chapter 141 - Chapter 150

188 Chapters

Bab 141

Tuan besar menarik napasnya dalam-dalam, mengembuskan dengan berat. Ditatapnya Hendrick yang terus memohon, bersimpuh di hadapannya. Sebenarnya, sejak kecil ia hanya menganggap William saja sebagai cucunya. Namun, Nyonya besar selalu mengingatkan, dan harus bersikap adil mengingat Hendrick juga adalah cucu mereka. Namun, Tuan besar menyadari kalau feeling-nya memang benar. Hendrick adalah cucu yang sangat hebat membuat aib, bintang kesialan. “Hendrick, Kakek akan memberikan uang padamu, tapi Kakek tidak bisa memberikan lebih dari pada itu. Tapi, kalau Nenek mu Sudi mbantu, maka aku tidak akan ikut campur. Resikonya juga akan diambil oleh Nenekmu sendiri,” ucap Tuan besar. Pria itu memilih untuk segera bangkit, tidak tahan berlama-lama di sana. Melihat Hendrick membuatnya terluka, seolah merasakan penderitaan William, dan keluarganya oleh sifat Hendrick. Mirip seperti Kelly, iblis yang mel
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 142

Setelah mendapatkan kabar tentang keberadaan Kelly, Hendrick langsung saja menuju ke sana. Beberapa saat kemudian. Hendrick berdiri kaku di depan ranjang tempat ibunya terbaring tak berdaya. Napasnya tersengal, dadanya terasa sesak melihat kondisi Kelly yang lebih parah dari yang ia bayangkan. Wajah ibunya bengkak, memar keunguan hampir menutupi seluruh kulitnya, dan perban di kepala menunjukkan betapa fatalnya luka yang diderita wanita itu. Entah siapa yang berani melakukan semua itu. “Ibu…” Hendrick berbisik, suaranya bergetar. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh, membasahi masker yang menutupi sebagian wajahnya. “Kenapa bisa begini?” Kelly tidak bisa merespons. Matanya tetap tertutup, tubuhnya tak bergerak sedikit pun. Hendrick menelan ludah, lalu dengan cepat ia berbalik, melangkah keluar kamar untuk mencari dokter agar memberikan penjelasan padanya. Namun, saat ia keluar ke koridor, perasaan
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 143

Di kediaman William. Azura membuang napasnya. “Aku mengira kau benar-benar bahagia bersama suamimu itu, Emily. Dugaanku ternyata salah, ya?” ujar Azura. Emily baru saja menyampaikan tentang perasaannya saat ini. “Kalian jelas saling mencintai, tapi kalian memiliki banyak luka dan masalah. Aku tidak tahu sih apakah cinta memang bisa sekuat itu hingga membuat sepasang manusia yang saling mencintai bisa menjadi lebih kuat, namun aku berharap begitu.” Mendengar itu, Emily pun hanya bisa tersenyum kelu. Angin semilir yang menerpa wajahnya menjadi desiran menyejukkan perasaannya. Ada perasaan yang begitu dalam, sulit untuk diungkapkan melalui kata-kata. Azura meraih tangan Emily, menggenggamnya erat. “Emily, apapun keputusan yang akan kau ambil untuk masa depan mu, tentu saja aku akan mendukungnya. Tapi, kau juga harus memastikan bahwa keputusan mu itu ada
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 144

Emily baru saja keluar dari kamar mandi ketika udara dingin menyentuh kulitnya yang halus dan mulus itu. Dengan cepat, ia meraih pakaian yang sudah disiapkan di atas tempat tidur, sementara matanya sempat melirik layar laptopnya yang masih menampilkan adegan dari film romansa kesukaannya yang tadi ia tonton. Tanpa sadar, ia tenggelam dalam pikirannya, membayangkan betapa indahnya kisah cinta dalam film romansa itu. Namun, lamunannya langsung buyar seketika. Pintu kamarnya sedikit terbuka tanpa suara, dan dalam hitungan detik, tiba-tiba sebuah lengan kuat melingkari pinggangnya dari belakang. Emily terlonjak kaget, nyaris menjatuhkan pakaian yang sejak digenggamnya. “W–William?” gumamnya dengan suara sedikit tercekat. Pria itu hanya tersenyum kecil, tanpa memberi kesempatan bagi Emily untuk berkata lebih jauh, tangannya dengan cepat meraih pakaian yang ada di tangan istrinya. Menguasai pergerakan. Em
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 145

Pagi itu, Emily tidak melihat William begitu bangun tidur. Rasanya makin aneh saja hubungan mereka, tapi Emily rasa yang bisa dilakukannya sekarang adalah bersabar. “Sudahlah... Lebih baik aku pergi belanja saja dengan Azura,” ucapnya lirih. Tidak ingin membuang waktu karena merasa kesepian, Emily pun memutuskan untuk segera bangkit. Menuju ke kamar mandi, dan akan segera bersiap setelahnya. Emily langsung keluar dari kamar, berniat menghampiri Azura. Namun, hal itu gagal dilakukannya. “Nyonya,” ucap seorang pelayan yang datang bertepatan dengan Emily keluar dari kamar. “Ada apa?” tanya Emily. “Ada Nyonya besar di ruang tamu, beliau sudah menunggu anda. Katanya, ada hal penting yang ingin beliau bicarakan dengan anda,” ucap pelayan itu lagi. Emily menganggukkan kepalanya. “Baiklah.” Emily duduk dengan tegak, berusaha menjaga ketenangannya di hadapan
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 146

Ucapan Nyonya besar benar-benar tidak bisa dilupakan barang sedetikpun. Karena itu, Emily jadi kehilangan minat untuk pergi berbelanja. Azura menghela napasnya. Saat ini dia dan Emily berada di taman samping rumah. Azura hanya bisa menemani sahabatnya itu yang kini tengah menangis. “Emily, aku mengerti bagaimana perasaan mu. Tapi, aku harap kau jangan terlalu larut dalam kesedihan ini. Bagaimanapun, akan lebih baik kalau kau membicarakan ini dengan William nanti,” ucap Azura. Mendengar saran itu, Emily segera menggelengkan kepalanya. Diusapnya air mata yang masih berjatuhan di wajahnya. “Aku tentu saja sudah tahu seperti apa jawaban yang akan Wiliam berikan. Selain marah, William pasti akan memaksaku untuk terus berada di sisinya.” Azura terdiam. Dia tidak terlalu paham hati manusia lain, tapi anehnya dia seperti merasakan benar emosi yang Emily rasakan saat ini.
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 147

Sebastian membuka matanya. Ia terkejut melihat Hendrick dirantai dengan posisi berdiri. Kejam sekali! Namun, nyatanya dia juga dalam posisi yang sama. “Akhh!” pekik Sebastian, merasai tubuhnya sakit semua. “Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku juga dirantai?” Sebastian kembali mengingat saat terakhir dia sedang berusaha untuk datang ke rumah kedua orang tuanya untuk meminta bantuan. Tapi, di tengah perjalanan dia diserang oleh beberapa preman dan jatuh pingsan karena pukulan keras di punggungnya. ”Siapa yang melakukan ini padaku?!” teriak Sebastian emosi. Seketika itu matanya melihat ke sekeliling ruangan. Adanya Kelly membuat Hendrick kesal. “Sialan! Dasar kau brengsek, Kelly!” teriak Sebastian. “Kau pasti yang menyuruh orang untuk melakukan itu padaku, kan?” Hendrick menggelengkan kepala. Padahal, jelas-jelas Sebastian melihat Kelly sedang dalam kondisi tidak
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 148

Sebastian mencoba untuk bangkit. Untungnya yang dirantai hanya kedua tangannya saja, kakinya tidak. Dia berjalan sempoyongan. Kakinya yang terasa sakit karena ditekuk berjam-jam di dalam lemari, ototnya tegang. Hendrick yang masih gemetaran menatap Sebastian dengan tatapan memohon. “Ayah, aku mohon... bantu aku. Aku takut sekali. Bantu aku, Ayah...” Sebastian tidak terlalu mendengar hal itu, dia fokus mencari kunci dari gembok rantai yang mengikat kedua tangannya. “Ah, itu dia!” ucap Sebastian kala melihat beberapa kunci terikat di dekat jendela. Dengan tergopoh-gopoh pria itu menuju ke sana. Satu persatu kunci dia gunakan untuk membuka gembong di tangannya, akhirnya bisa! Hendrick tersenyum lega. “Ayah, buka gembok ini, sekarang. Tolong, Ayah!” Sebastian menghela napas. Yah... walaupun memang benar dia merasa kesal kepada Hendrick, tetap saja dia tidak bisa t
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 149

“Apa yang Ayah katakan?!” Hendrick melotot tajam. Sebastian berdecih. “Lantas? Kau mau membopong dia ke manapun kau pergi? Ah, terserah kau saja.” Hendrick mengepalkan tangannya. Dia memang tidak mungkin membopong Kelly sepanjang waktu. Bahkan, dia juga merasa kelaparan sekali sekarang, manalah dia memiliki tenaga untuk membopong Ibunya terus. Namun, jelas saja tidak mungkin untuk dia menjadikan Ibunya umpan singa. Hendrick membuang napas kasarnya. “Ayah, sebenarnya kenapa Ayah sangat membenci Ibu sekarang? Ibu adalah orang yang selalu mendampingi dan membantu Ayah selama ini.” Mendengar itu, Sebastian pun tersenyum kesal. “Ibumu melakukan banyak hal jahat. Bahkan, kecelakaan Ibunya William juga dia yang rencanakan. Kalau saja aku tidak ingat sudah mengambil langkah sejauh ini, aku juga tidak mau bertahan dengan wanita gila itu!” Hendrick membuang napasnya. Entah apa yang Ayahnya katak
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 150

“Aku berangkat, ya?” ucap William, lalu mengecup kening Emily. Emily tersenyum, menganggukkan kepalanya. Sebelum William melangkah, Emily menahan pergelangan tangan Pria itu, menahannya sebentar. “William,” katanya pelan. “Hati-hati di jalan. Jaga diri baik-baik. Aku akan sangat merindukan mu.” Emily mengakhiri ucapannya dengan senyuman. Mendengar itu, William tersenyum. Dia membawa Emily ke dalam pelukannya. “Tentu saja. Kau juga jaga diri, jangan lewatkan jam makan. Aku juga akan merindukanmu. Aku akan menghubungimu kalau sudah sampai nanti.” Emily memejamkan matanya, menikmati pelukan itu dibarengi jatuh air matanya. Sebelum William melepaskan pelukannya, Emily segera menyeka air matanya. Pria itu pun meninggalkan kamar. Emily terdiam sambil menatap punggung pria itu hingga makin menjauh, tak lagi terlihat. Bruk! Emily jatuh duduk di lantai. Air matanya sudah tak lagi bisa i
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status