Share

Bab 146

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-02-28 21:01:56

Ucapan Nyonya besar benar-benar tidak bisa dilupakan barang sedetikpun.

Karena itu, Emily jadi kehilangan minat untuk pergi berbelanja.

Azura menghela napasnya.

Saat ini dia dan Emily berada di taman samping rumah.

Azura hanya bisa menemani sahabatnya itu yang kini tengah menangis.

“Emily, aku mengerti bagaimana perasaan mu. Tapi, aku harap kau jangan terlalu larut dalam kesedihan ini. Bagaimanapun, akan lebih baik kalau kau membicarakan ini dengan William nanti,” ucap Azura.

Mendengar saran itu, Emily segera menggelengkan kepalanya. Diusapnya air mata yang masih berjatuhan di wajahnya. “Aku tentu saja sudah tahu seperti apa jawaban yang akan Wiliam berikan. Selain marah, William pasti akan memaksaku untuk terus berada di sisinya.”

Azura terdiam. Dia tidak terlalu paham hati manusia lain, tapi anehnya dia seperti merasakan benar emosi yang Emily rasakan saat ini.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Febrianty Izhar M
syukurin........lanjut Thor.......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 147

    Sebastian membuka matanya. Ia terkejut melihat Hendrick dirantai dengan posisi berdiri. Kejam sekali! Namun, nyatanya dia juga dalam posisi yang sama. “Akhh!” pekik Sebastian, merasai tubuhnya sakit semua. “Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku juga dirantai?” Sebastian kembali mengingat saat terakhir dia sedang berusaha untuk datang ke rumah kedua orang tuanya untuk meminta bantuan. Tapi, di tengah perjalanan dia diserang oleh beberapa preman dan jatuh pingsan karena pukulan keras di punggungnya. ”Siapa yang melakukan ini padaku?!” teriak Sebastian emosi. Seketika itu matanya melihat ke sekeliling ruangan. Adanya Kelly membuat Hendrick kesal. “Sialan! Dasar kau brengsek, Kelly!” teriak Sebastian. “Kau pasti yang menyuruh orang untuk melakukan itu padaku, kan?” Hendrick menggelengkan kepala. Padahal, jelas-jelas Sebastian melihat Kelly sedang dalam kondisi tidak

    Last Updated : 2025-03-01
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 148

    Sebastian mencoba untuk bangkit. Untungnya yang dirantai hanya kedua tangannya saja, kakinya tidak. Dia berjalan sempoyongan. Kakinya yang terasa sakit karena ditekuk berjam-jam di dalam lemari, ototnya tegang. Hendrick yang masih gemetaran menatap Sebastian dengan tatapan memohon. “Ayah, aku mohon... bantu aku. Aku takut sekali. Bantu aku, Ayah...” Sebastian tidak terlalu mendengar hal itu, dia fokus mencari kunci dari gembok rantai yang mengikat kedua tangannya. “Ah, itu dia!” ucap Sebastian kala melihat beberapa kunci terikat di dekat jendela. Dengan tergopoh-gopoh pria itu menuju ke sana. Satu persatu kunci dia gunakan untuk membuka gembong di tangannya, akhirnya bisa! Hendrick tersenyum lega. “Ayah, buka gembok ini, sekarang. Tolong, Ayah!” Sebastian menghela napas. Yah... walaupun memang benar dia merasa kesal kepada Hendrick, tetap saja dia tidak bisa t

    Last Updated : 2025-03-01
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 149

    “Apa yang Ayah katakan?!” Hendrick melotot tajam. Sebastian berdecih. “Lantas? Kau mau membopong dia ke manapun kau pergi? Ah, terserah kau saja.” Hendrick mengepalkan tangannya. Dia memang tidak mungkin membopong Kelly sepanjang waktu. Bahkan, dia juga merasa kelaparan sekali sekarang, manalah dia memiliki tenaga untuk membopong Ibunya terus. Namun, jelas saja tidak mungkin untuk dia menjadikan Ibunya umpan singa. Hendrick membuang napas kasarnya. “Ayah, sebenarnya kenapa Ayah sangat membenci Ibu sekarang? Ibu adalah orang yang selalu mendampingi dan membantu Ayah selama ini.” Mendengar itu, Sebastian pun tersenyum kesal. “Ibumu melakukan banyak hal jahat. Bahkan, kecelakaan Ibunya William juga dia yang rencanakan. Kalau saja aku tidak ingat sudah mengambil langkah sejauh ini, aku juga tidak mau bertahan dengan wanita gila itu!” Hendrick membuang napasnya. Entah apa yang Ayahnya katak

    Last Updated : 2025-03-01
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 150

    “Aku berangkat, ya?” ucap William, lalu mengecup kening Emily. Emily tersenyum, menganggukkan kepalanya. Sebelum William melangkah, Emily menahan pergelangan tangan Pria itu, menahannya sebentar. “William,” katanya pelan. “Hati-hati di jalan. Jaga diri baik-baik. Aku akan sangat merindukan mu.” Emily mengakhiri ucapannya dengan senyuman. Mendengar itu, William tersenyum. Dia membawa Emily ke dalam pelukannya. “Tentu saja. Kau juga jaga diri, jangan lewatkan jam makan. Aku juga akan merindukanmu. Aku akan menghubungimu kalau sudah sampai nanti.” Emily memejamkan matanya, menikmati pelukan itu dibarengi jatuh air matanya. Sebelum William melepaskan pelukannya, Emily segera menyeka air matanya. Pria itu pun meninggalkan kamar. Emily terdiam sambil menatap punggung pria itu hingga makin menjauh, tak lagi terlihat. Bruk! Emily jatuh duduk di lantai. Air matanya sudah tak lagi bisa i

    Last Updated : 2025-03-02
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 151

    Azura berlarian ke sana ke mari. Mencari keberadaan Emily yang tak kunjung ia temukan keberadaannya. Gedung lima lantai itu telah satu persatu Azura telusuri, kakinya bahkan sampai gemetar hebat, namun Emily masih belum diketemukan. “Emily!” panggil Azura frustrasi. Padahal, Azura juga sudah meminta bantuan penjaga pusat belanja. Hasilnya tetap nihil. Tidak ada pilihan lain, Azura harus siap menerima resiko dari kelalaiannya. Ia menghubungi William. Namun, panggilan telepon darinya juga tak dapat terhubung. Mungkin William masih di pesawat. “Ya ampun!” Azura menangis. Akhirnya, dia berlari keluar gedung, kembali mencari keberadaan Emily. Wanita itu benar-benar tidak ingin menyerah, terus berteriak memanggil Emily. Berharap sahabatnya itu diketemukan. Sudah satu jam, Azura hampir menyerah. Dia memutuskan mendatang

    Last Updated : 2025-03-02
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 152

    William berdiri di ruang tamu megah milik Nyonya Besar, matanya menyala penuh amarah yang seolah memuncak. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan diri agar tidak menghancurkan sesuatu. Tapi kesabarannya sudah benar-benar habis. “Di mana Emily? Katakan!” suaranya menggema di ruangan yang hening, penuh dengan kemarahan yang tertahan sejak tadi. Nyonya Besar duduk di kursinya dengan anggun, tatapannya tetap tenang meski William jelas-jelas tengah berada di ambang ledakan. Dengan suara dingin, ia berkata, “Emily pergi karena keinginannya sendiri, William. Sudah seharusnya kau menerima keputusan wanita itu.” Brak! William menggebrak meja kayu di depannya, membuat gelas teh yang belum tersentuh bergetar. “Jangan bicara seolah Nenek tidak ada hubungannya dengan ini! Aku tahu Nenek lah yang membuat Emily pergi!” Nyonya Besar menghela napas panjang sebelum mengangkat tongkatnya dan mengh

    Last Updated : 2025-03-02
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 153

    William terus mengendarai mobilnya, berharap akan dapat menemukan Emily. Pencarian sudah dilakukan selama 24 jam lebih. Hasilnya masih nihil. Brak! William memukul setir kemudinya. Perasaannya tidak pernah sefrustrasi ini. “Emily, beraninya kau melakukan ini padaku?!” teriak William. “Padahal, aku rela menekan diriku untuk tidak menyakiti keluarga mu, tapi kau malah tidak tahu diri!” teriaknya. Bukk bukk bukk. William terus memukuli setir kemudi. “Ahh!!!! Bajingan!” teriaknya lagi. Tapi, beberapa detik setelahnya William terisak. “Maafkan aku, Emily. Harusnya aku lebih jujur dengan apa yang aku rasakan belakangan ini. Aku memang ingin sekali menyakiti kedua orang tuamu, tapi setiap kali melihatmu, aku takut kau akan membenciku. Maaf... sekarang aku benar-benar sudah merelakan perbuatan orang tuamu terutama Ibumu. Jadi, kumohon kembali padaku, aku mohon...” Namun, suaranya dan kalimat yan

    Last Updated : 2025-03-03
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 154

    William duduk di lantai, di pojok kamarnya. Sudah dua hari pencarian Emily terus dilakukan, tapi hasilnya masih saja tetap sama. Ia pun terpaksa menuruti ucapan James yang memintanya untuk istirahat dulu. Dua hari ini William masih belum makan, tidur, bahkan minum. Jalan saja William sudah sempoyongan. Namun, kembali ke rumah membuatnya semakin merindukan Emily. Ia terus menatap tempat tidur yang biasa digunakan Emily dengannya. “Emily, apa kau benar-benar pikir aku akan melepaskan mu? Tidak. Apapun caranya, aku pasti akan menemukan mu. Baiklah... asalkan aku tahu kau pergi karena marah, aku akan sedikit lega. Tapi, aku tetap saja takut ada orang jahat dan tidak bertanggung jawab ingin merebut mu dariku,” ucap William pilu. William bangkit, ambruk di atas tempat tidur. Ada pakaian terakhir Emily yang belum di cuci. William memeluk baju itu sambil menghirup aromanya.

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 280

    Sudah dua minggu berlalu. Elle kini benar-benar seperti kehilangan harapan. Kabar tentang Lavine sama sekali tidak ada, seolah pria itu lenyap begitu saja dari dunia. Nomor ponsel Lavine tetap tidak bisa dihubungi, bahkan lewat jalur lain pun tidak membuahkan hasil apapun. Rose sempat mencoba menghibur Elle, mengatakan mungkin Lavine pergi untuk alasan pribadi. Tapi di hati kecilnya, Elle tahu ini lebih dari sekadar ‘pergi tanpa pamit.’ Ada sesuatu yang terjadi, tapi entah apa itu. Setiap malam, Elle duduk di ruang tamu apartemennya, menatap layar ponsel yang kosong. Pesan terakhir dari Lavine tetap utuh, tidak bertambah sama sekali. Di kantor, Elle memang tetap tampil profesional. Namun mereka yang mengenalnya dengan baik, seperti Rose dan beberapa staf dekat, bisa melihat ada perubahan di mata Elle. Tatapannya sering kosong, sering kali terdiam lama tanpa ia sadari.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 279

    Elle berlari menyusuri bibir pantai, memanggil-manggil nama Lavine dengan suara parau. Pasir basah mengotori kakinya, dan ombak kecil terus menerpa kakinya yang makin gemetar. Malam semakin larut, suasana pantai yang tadinya meriah berubah sunyi dan mencekam. Rose yang mengejar dari belakang segera mengambil ponselnya. Dengan tangan yang bergerak gugup, ia menghubungi pusat keamanan setempat. “Ini darurat!” seru Rose kepada petugas yang mengangkat telepon. “Kami telah kehilangan seseorang. Kami butuh bantuan pencarian segera di sekitar area pantai!” Petugas itu segera mengonfirmasi laporan Rose dan mengerahkan beberapa anggota tim penyelamat yang memang sudah bersiaga di lokasi acara tersebut. Sementara itu, Elle terus mencari, matanya nanar menatap setiap sudut pantai. “Lavine, jawab aku...! Dimana kau sekarang...” Elle hampir menangis. Dia terus berlarian,mencari ke manapun yang bisa di jangkau.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 278

    Dengan luka di lengannya yang terus mengalirkan darah, Lavine tetap berusaha tenang. Ia tahu, jika membuat keributan, orang-orang di area barbeque bisa panik dan suasana akan menjadi kacau. Ia menekan lukanya dengan kain yang ia temukan di sekitar tempat sampah, lalu menyusuri lorong belakang penginapan menuju jalan alternatif ke kamarnya. “Badjingan itu... jangan harap kau bisa mengelak kali ini,” batin Lavine. Langkahnya cepat dan sigap meski tubuhnya terasa lemas. Beberapa kali ia berhenti untuk memastikan tidak ada lagi yang mengikutinya. Begitu sampai di kamar, ia langsung mengunci pintu dan menahan napas sejenak, berusaha memproses apa yang barusan terjadi. Sebelum melakukan yang lain, ia cepat mengambil ponselnya, menghubungi Jordi. “Jemput aku sekarang. Seseorang mencoba untuk membunuhku. Aku di pantai...” Setelah selesai menghubungi Jordi, Lavine membuka laci dan mengambil kotak P3K yang tersedia di kamar itu, l

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 277

    Lavine terbahak-bahak melihat bagaimana Elle terus-menerus mual sambil memegangi perutnya yang sakit. Cara Lavine mengendarai boat sebelumnya memang sangat ekstrem dan tidak stabil, membuat Elle kewalahan menahan rasa pusing dan mual. Elle menoleh dengan wajah kesal, lalu memukul lengan Lavine pelan. “Kau sengaja ya melakukan itu, biar aku muntah?” gerutunya. Lavine hanya tertawa makin keras sambil mengangkat tangan, pura-pura minta maaf. “Sumpah, aku cuma ingin memberikan sebuah pengalaman seru!” katanya, masih dengan nada menggoda. “Tapi, sepertinya terlalu seru untukmu, ya? Hahaha.....” Elle menghela napas panjang, lalu duduk kembali sambil menenangkan perutnya. “Pengalaman seru katamu... aku hampir mati mabuk laut,” gumamnya pelan. Lavine hanya bisa tersenyum geli, menatap Elle yang masih cemberut tapi dalam hatinya justru terlihat manis saat marah-marah seperti itu.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 276

    Elle tersenyum kecil tanpa sadar, matanya mengikuti setiap langkah Lavine yang berjalan dengan santai mendekatinya. Pria itu tampak sangat berbeda dari biasanya, setelan santainya kali ini justru membuatnya terlihat semakin menarik. Celana pendek berwarna netral, kemeja polos berlengan pendek yang sedikit tergulung di lengan, serta rambutnya yang berantakan ditiup angin, semua itu berpadu sempurna dengan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya. Elle menggelengkan kepala pelan, berusaha menepis pikirannya sendiri yang makin tidak karuan belakangan ini. “Apa yang sebenarnya aku pikirkan, sih? Bisa-bisanya aku memiliki perasaan aneh ini?” gumamnya di dalam hati. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memalingkan pandangannya, berharap detak jantungnya bisa kembali tenang. Tapi dari sudut matanya, ia tahu, Lavine menyadari pandangan yang tertuju padanya sejak tadi. Lavine tersenyum lebar saat akhirnya bisa d

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 275

    “Kenapa kau tidak membalas pesan dariku?” Lavine menghela napas. “Takutnya kau cuma terpaksa mengajak saja, jadi aku tidak membalas pesan mu.” Elle pun berdecih sebal. “Sejak kapan kau peduli sekali dengan pendapatan ku? Bukanya kau hobi melakukan apa yang ingin kau lakukan tanpa peduli pendapat orang lain?” Mendengar itu, Lavine pun terkikik sendiri. “Ya ampun... Sekarang ini kau sudah sangat memahami ku, ya? Duh... jadi tersanjung. Kau pasti banyak memperhatikan ku belakangan ini, ya?” Elle menghela napas dengan ekspresi wajahnya yang sebal. “Gila kau ini. Mau atau tidak? Ada banyak kegiatan seru yang akan dilakukan dengan para staff kantor. Aku juga sudah menyiapkan door prize, loh...” Lavine tersenyum, sejak tadi terus mengamati ekspresi wajah Elle yang seperti berharap padanya. “Baiklah...” Setelah selesai berbicara dengan Elle, Lavine masuk ke dalam mobilnya dengan gerakan malas. Jordi, yang sudah menunggu di b

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 274

    Sore itu, langit tampak mendung ketika Lavine melangkah keluar dari gedung apartemennya. Dengan jas hitam dan kemeja yang sedikit terbuka di bagian atas, ia tampak seperti biasa, sangat santai, tapi menyimpan ketegangan yang jelas tidak akan tampak di permukaan. Di dalam mobil, Jordi menyetir tanpa banyak bicara. Lavine duduk bersandar, menatap keluar jendela sambil mengetukkan jari ke paha dengan irama acak. “Kira-kira kali ini dia ingin membahas apa lagi ya? Bisnis? Atau mungkin ada hubungannya dengan Elle? Hah! Tidak sabaran juga, aku jadi ingin cepat sampai.” katanya setengah bercanda, setengah kesal. Jordi melirik dari kaca spion. “Mungkin Tuan Ramon mulai sadar siapa yang sebenarnya punya andil besar dalam banyak hal akhir-akhir ini, Tuan.” Lavine hanya tertawa kecil, nada suaranya penuh ironi. “Hah! Kalau dia sadar, mungkin itu karena dia kepepet. Bukan karena dia benar-benar melihat.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 273

    Rayn meninggalkan gedung perkantoran MJW dengan perasaan yang begitu menyesakkan. Pembicaraannya dengan Elle tidak berakhir seperti yang diinginkannya. Begitu sampai di dalam mobil, Rayn yang sangat kesal itu tidak lagi bisa menahan diri. Bukk!!! Dipukulnya kemudi mobilnya beberapa kali untuk melampiaskan amarah. “Badjingan!!!” teriaknya. “Kenapa... kenapa kau harus bisa melampaui ku, anak brengsek? Jelas-jelas yang mengalir di dalam tubuhmu adalah darah kotor dan rendahan, darah seorang pelacur yang menjijikan! Kau harusnya hidup dengan segala hinaan, berani sekali kau mengambil posisi yang harusnya menjadi milikku?!” Rayn merasa sudah benar-benar dikalahkan. Tatapan mata Elle saat bicara padanya tadi seolah telah menunjukkan bahwa Rayn bahkan tidak bisa lebih baik daripada Lavine. Grettt... Tangan Rayn terkepal erat. Matanya yang masih menyalak marah itu mulai bersia

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 272

    Esok harinya, di gedung MJW. Elle menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya, memandangi Rose dengan ekspresi datar. “Kau yakin itu dari Rayn? Kakak tirinya Lavine?” tanyanya pelan. Rose mengangguk. “Ya, dikirim langsung atas nama Tuan Rayn. Dikirim pagi-pagi sekali, bahkan sebelum staff lengkap datang, Nona.” Elle menarik napas dalam, sedikit tidak nyaman. Dia tahu Rayn bukan tipe pria yang melakukan sesuatu tanpa maksud tersembunyi. Elle kemudian berdiri dan melangkah ke luar ruangannya. “Ayo, aku ingin lihat sendiri seperti apa lukisan yang dia berikan padaku,” ucapnya dingin. Sesampainya di lobi, matanya langsung tertuju pada lukisan besar yang diletakkan rapi di atas meja resepsionis. Pigura mewah, warna-warna kuat, dan goresan yang jelas menunjukkan keahlian pelukisnya. Namun, tidak ada yang membuat Elle terpikat walaupun dia sampai memicingkan matanya. “Cantik, tapi sayangnya sama sekali tidak menyentuh,” gumamnya,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status