Home / Pendekar / LEGENDA KAMESWARA / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of LEGENDA KAMESWARA: Chapter 111 - Chapter 120

290 Chapters

Bab 111

Ketika salah seorang berkelebat mundur dan langsung mengambil langkah seribu, Kameswara lemparkan salah satu kujang seperti melempar tombak.Kujang melesat lebih cepat dan menembus punggung orang tersebut.Tak ayal lagi orang ini tersungkur langsung tak berkutik. Dari lubang di punggung yang tertembus kujang mengepulkan asap hitam panas.Tinggal dua yang sudah basah kuyup oleh keringat. Baru kali ini merasakan apa itu takut. Terutama takut kematian.Selama ini mereka selalu diberikan kemenangan dalam pertarungan sehingga selalu senang dalam berbuat sewenang-wenang.Sekarang melihat Kameswara bagaikan melihat sosok dewa kematian yang sebentar lagi menjemput ajalnya.Seketika ada hati kecil yang luluh menyesali setiap perbuatannya yang kebanyakan menyakiti orang lain.Karena pada dasarnya sifat manusia itu baik. Hanya kemampuan dan kekuatan cara mengendalikan hawa nafsu yang berbeda-beda.Nafsu yang tidak terkenda
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 112

Setelah memantau ke beberapa tempat untuk mengetahui pergerakan musuh, Prabu Jayadewata membawa Kameswara kembali pulang.Sampai di kamarnya, Kameswara belum merasakan ngantuk. Bingung apa yang ingin dilakukan, dia memilih membuka kitab Raja Racun. Membaca isinya."Kitab ini sedikit risih saat dibawa. Aku akan menyalinnya ke daun lontar, kain atau kulit binatang!"Terpikirkan kepada siapa dia akan memberikan kitab ini. Siapa yang pantas memilikinya. Karena untuk sementara dia tidak berminat mempelajarinya."Tidak semua harus bisa, aku yakin ada yang lebih ahli dan cepat dalam menguasainya. Nah, bagaimana kalau aku serahkan dulu kepada Kakek Ranu Baya?"Kameswara menggulung kembali kitab Raja Racun karena tiba-tiba saja telinganya yang tajam mendengar kelebatan halus di belakang kamarnya.Segera dia mendekat ke jendela belakang. Mengintip dari celah-celah. Ada dua sosok berkelebat cepat. Kameswara usap bahu kiri sehingga dia bisa
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 113

Kameswara memilih kembali ke dalam kamarnya. Tidak mau banyak pikiran lagi akhirnya dia berusaha memejamkan matanya. Membuang semua keresahannya. Tidur sambil semedi.Pemuda ini terlelap begitu nyenyak. Meski badannya tidak lelah, tapi ngantuk tetap ada dan harus diistirahatkan. Biar pada saat bangun kondisinya segar kembali.Beberapa lama kemudian saat waktu 'balebat' (subuh). Kameswara terbangun oleh suara merdu mendayu dengan alunan nada indah yang menyeruak ke telinga.Suara ini begitu menyentuh hati. Dia ingat ketika menginap di majelis Dzikir Haji Purwa Galuh. Ini adalah orang yang sedang membaca kitab Al-Qur'an, tapi suaranya perempuan.Kameswara beranjak ke tempat air untuk membersihkan diri. Setelah itu dia membuka jendela belakang, melihat langit. Memang sudah waktunya subuh.Kemudian dia melakukan kewajibannya sebisa yang dia mampu. Namun, dia mengerjakannya secara khusyuk. Biarpun tidak hafal bacaannya, dia meresapi setiap ger
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 114

"Tampaknya mereka pendekar golongan putih, hanya saja kita tidak mengenali siapa mereka!""Apa mungkin rencana penyerangan ini sudah bocor, sehingga pihak kerajaan meminta bantuan kepada pendekar-pendekar golongan putih?""Entahlah, orang yang di dalam istana tidak memberikan keterangan tentang hal ini!""Benar, kita hanya menerima kabar dari Gusti Amuk Marugul bahwa keadaan istana rapuh!""Atau jangan-jangan ini jebakan!""Tidak mungkin!""Betul, yang memberi tahu adalah pengawal pribadi Amuk Marugul langsung!""Kita tunggu perkembangannya, tapi sepasang pendekar itu sangat mencurigakan, apa kita bereskan saja mereka sekarang sebelum hari penyerangan, sekedar jaga-jaga supaya nanti tidak menjadi halangan lagi?""Jangan bertindak gegabah, ingat sebelum hari penyerangan jangan ada satupun yang membuat kegaduhan!""Tapi kalau kita pancing mereka menjauh dari kota, lalu kita habisi, bagaimana?""T
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 115

Kameswara tidak benar-benar pergi. Dia menunggu Wirasoma meninggalkan Sriwuni. Sementara Citrawati sudah pergi ketika pasangan selingkuh itu mulai melakukan hal-hal tabu.Bukan cemburu, tapi muak. Sementara Kameswara tidak ada rasa apapun saat menyaksikan mereka. Kecuali menahan 'kabita' dari gejolak sebagai lelaki normal.Pergumulan Sriwuni dan Wirasoma tidak lama. Mereka seperti sedang dikejar-kejar, jadi cepat diselesaikan. Keduanya menghempaskan napas puas setelah berhasil menggapai puncak."Aku akan mencari cara agar kau bisa masuk ke istana," kata Wirasoma sambil merapikan pakaiannya yang acak-acakan."Kau tidak perlu repot, aku akan menunggumu di luar!" Sriwuni masih membiarkan pakaiannya tersingkap di beberapa tempat. Keringatnya tampak bercucuran."Keadaan di luar sangat berbahaya. Kalau tidak bisa masuk ke istana, aku harap kau jangan keluyuran di luar. Cari tempat aman!""Baiklah, kita lihat saja nanti!""Aku
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 116

Sejak tadi sebenarnya Kameswara menahan gelora kelelakian yang mendobrak dari dalam benaknya. Bagaimana tidak, tubuh Sriwuni bagaikan mempunyai daya tarik yang membuat iman meleleh.Setiap wanita mempunyai daya tarik yang berbeda. Jika sebelumnya Kameswara selalu canggung menghadapi wanita. Kali ini dia tidak menutupi hasratnya lagi.Perlahan tangan pemuda ini menyibakkan pakaian Sriwuni bagian atas sehingga terbukalah bukit kembar membusung kencang dan besar. Sepertinya paling besar di antara yang pernah dia lihat.Sementara Sriwuni diam dengan tatapan seolah menantang si jantan untuk berbuat lebih. Jantung Kameswara berdegup cepat. Ini adalah kelemahannya, tidak kuat menahan godaan birahi.Salah satu tangannya bergerak meraba salah satu bukit berwarna sawo matang yang puncaknya tampak kemerahan. Keras tapi empuk. Untuk menghilangkan gemetar, tangannya meremas.Sriwuni memekik kecil, tubuhnya menggeliat. Dagunya terangkat, bibir terbuka
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 117

Yang paling terkejut adalah Citrawati, tapi juga senang karena tidak salah orang tadi siang mencurahkan unek-uneknya. Sementara Wirasoma tampak berwajah masam melihat perubahan sikap istrinya."Kau tambah kuat saja, Bocah!" ujar Nyai Padmasari.Kameswara hanya membalas dengan senyum canggung. "Maaf, kalau saya tidak sopan!""Sudahlah, bagi yang ada perlu dengannya, nanti nunggu giliran, hehehe!" celetuk Ranu Baya lalu menarik Kameswara ke suatu tempat.Orang yang baru melihat Kameswara tampak kagum dan terpana melihat aura yang memancar dari pemuda itu.Pandangan mereka yang sebelumnya menganggap Wirasoma adalah pendekar muda yang paling berbakat seketika berubah setelah melihat Kameswara.Ternyata Kameswara di bawa ke kamar yang disediakan untuk Ranu Baya. Sambil minum teh pahit, Kameswara melaporkan semua tugas yang telah dilaksanakan."Bagus, sesuai dugaanku. Beberapa pusaka memang berjodoh denganmu!" ujar Ranu Baya.
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 118

Salah seorang prajurit pengintai melaporkan bahwa pasukan musuh sudah bergerak. Mereka akan menyerang malam ini. Semua prajurit Galuh bersama para pendekar dari beberapa perguruan segera bersiaga.Sesuai perintah, mereka bergerak ke tempat masing-masing. Ratusan prajurit Galuh menjadi garda terdepan menyambut serangan. Sedangkan para pendekar akan muncul untuk menghadapi pendekar dari golongan hitam."Sesuai rencana Gusti Prabu, biarkan mereka memasuki gerbang. Kita akan hadapi di dalam, sampai mereka tidak bisa keluar lagi!" Seorang senapati memberi instruksi.Namun, dia tidak tidak tahu pasukan paling depan yang akan menghadapi musuh adalah prajurit Japura yang menyamar. Di antara mereka ada yang berbisik-bisik."Bagaimana, apakah pasukan luar berada di paling depan?""Ya, sesuai perintah Gusti Prabu. Semua sudah di atur!""Bagus, lah!"Pintu gerbang memang tampak tertutup, tapi tidak diganjal dengan galah pengunci. Se
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 119

Kala Maruta pemimpin perguruan Puser Angin memandang penuh kebencian kepada perempuan yang telah menghancurkan hatinya di masa lalu. Nyai Padmasari bersikap tenang saja sambil mengukur kekuatan lawan."Aku tidak akan lupa akan sakit hatiku, malam ini kutuntaskan dendamku!" geram Kala Maruta.Dua tangan sebatas siku sudah diselimuti angin hitam yang berputar-putar. Dia bersiap melepaskan 'Pukulan Angin Hitam'."Lakukan kalau kau mampu. Salah sendiri kenapa memilih jalan sesat!" balas Nyai Padmasari."Dasar wanita, tidak mau disalahkan!""Jangan banyak basa-basi, Kala Maruta!" Nyai Padmasari sudah mengalirkan tenaga dalam ke dua tangan.Menggunakan teknik perubahan. Tenaga dalam berubah bentuk menjadi sepasang pedang yang tergenggam di tangan.Pedang Bayangan.Sebagai guru Citrawati tentu saja dia juga sudah ahli dalam ilmu Pedang Bayangan. Sepasang pedang tampak menyilaukan dengan cahaya putih yang berpendar.
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 120

Nyai Padmasari menghempas napas lega. Karena seandainya pertarungan dilanjutkan, mungkin dia juga tidak akan kuat lagi.Akhirnya dia memilih tempat aman untuk memulihkan diri. Organ bagian dalamnya terasa terbakar dan tidak karuan.Jderrr!Tiba-tiba di atas langit terjadi ledakan yang memercikkan bunga api besar sehingga sempat menerangi jagat raya dalam beberapa kejap. Apa yang terjadi?Beberapa saat sebelumnya. Di pertarungan yang lain antara Ranu Baya melawan Gentasora. Dedengkot kelas atas perguruan Sangga Buana dan Laskar Siluman Merah.Pertarungan mereka bukan pertarungan biasa yang menggunakan jurus pukulan atau ajian. Mereka adalah pendekar kelas atas yang tahapannya hampir mencapai Batara.Mereka juga satu sama lainnya adalah musuh bebuyutan. Tidak ada dendam pribadi di antara mereka.Hanya persaingan kekuatan saja. Sebelumnya beberapa kali bentrok juga belum menemukan siapa yang menang atau kalah.Seka
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status