Home / Pendekar / LEGENDA KAMESWARA / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of LEGENDA KAMESWARA: Chapter 121 - Chapter 130

290 Chapters

Bab 121

Konsentrasi Kuntawala terpecah, akibatnya beberapa serangan tapak bersarang di badannya. Sangat mengagetkan. Mentalnya mendadak lemah, padahal dia sebanding dengan lawannya.Tapi situasi yang membuatnya kalut. Terutama hilangnya Gentasora. Walaupun pada awalnya mencemooh kehadirannya sebagai wakil Ki Rembong, nyatanya sang wakil menjadi harapan atau andalan.Di tempat lain, Grendaseba melawan Ki Maung Hideung juga tampak ketar ketir. Dia bisa saja mengatasi lawannya, tapi bagaimana kalau Ranu Baya dan Nyai Padmasari turun membantu.Kehilangan dua tokoh saja membuat situasi berubah drastis. Apalagi di kalangan para murid. Pendekar-pendekar golongan hitam mulai terdesak.Korbanpun banyak berjatuhan terutama yang melawan tiga pendekar muda. Wirasoma, Citrawati dan Sutajaya.Mungkin yang tidak terpengaruh hanya Nini Rongkot yang melawan Kameswara. Si nenek tidak peduli dengan apa yang terjadi.Dalam pikirannya hanya ingin membunuh Ka
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 122

Energi kuat sebesar gunung bagai jatuh dari langit menimpa Nini Rongkot. Tenaga dalam penuh yang dikerahkan nenek itu hanya membantu sebentar. Hanya beberapa kejap si nenek berdiri.Selanjutnya tubuh Nini Rongkot bagaikan ditimpa gunung hingga roboh ke tanah bahkan amblas sampai setengah tombak.Kalau saja tubuh si nenek tidak mempunyai tenaga dalam mungkin badannya akan hancur lebur.Blarrr!Krekk!Terdengar suara retakan tulang Nini Rongkot seperti ditindih batu raksasa. Senjata Kebut Iblis juga tampak hancur tak berbentuk. Nyawa pemimpin perguruan Merak Iblis ini lenyap seketika.Di sisi lain. Walaupun Kameswara sudah bisa menggunakan ajian itu, tapi dia belum pernah melihat hasilnya.Tenaga yang mendorong balik akibat beradu dengan tenaga dalam lawan, ternyata cukup kuat.Selain itu karena menghantam tanah, maka menambah kuat daya dorong balik yang membuat tubuh Kameswara terpental jauh. Dia tidak siap karen
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 123

Sebelum semuanya berkumpul di bangunan Bale Gede, Wirasoma tidak tahan ingin ke belakang. Segera saja dia mencari tempat pemandian prajurit yang ada di belakang barak.Ketika berjalan hendak kembali ke Bale Gede, kebetulan dia melewati kamar Kameswara. Dari dalam terdengar suara erangan yang begitu lemah.Wirasoma heran, semua orang sedang berkumpul, lalu siapa yang ada di dalam?Kamar ini bukan milik pejabat istana, tapi khusus untuk tamu. Karena penasaran Wirasoma mendekatkan telinga ke celah-celah pintu. Suara erangan semakin jelas."Ada orang di dalam, dari suaranya sepertinya butuh pertolongan," batin Wirasoma. Tidak pikir panjang segera dia dobrak pintu hingga terbuka.Terkejut Wirasoma bukan kepalang, sosok yang terbaring lemas di atas dipan sangat di kenalnya."Sriwuni!"Pendekar muda ini segera menghampiri gadis yang sudah mengisi hatinya ini. Dia heran kenapa Sriwunu bisa masuk dan dalam keadaan tertotok lemah.
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 124

Kegagalan yang diterima kelompok aliran hitam yang dipimpin Laskar Siluman Merah membuat mereka terpukul. Sungguh tidak disangka pendekar aliran putih akan datang membantu.Yang lebih mengerikan, tokoh sekelas Ranu Baya ternyata kesaktiannya sangat di luar dugaan.Jika Ranu Baya saja yang hanya seorang guru biasa hampir menyamai Ki Rembong, apalagi Ki Astagina atau pimpinan tertinggi perguruan Sangga Buana.Di markas Laskar Siluman Merah. Ki Rembong tampak kecewa atas kegagalan wakil yang dia percayai.Namun, pimpinan tertinggi laskar ini masih memaklumi setelah tahu tahapan yang dicapai Ranu Baya."Kita telah menganggap remeh lawan, sehingga tidak tahu perkembangan mereka!" ujar Ki Rembong. Gentasora baru saja mengkonsumsi sumber daya untuk memulihkan kondisinya. Pertarungan melawan Ranu Baya cukup menguras tenaga."Apakah di antara mereka ada seorang pemuda yang bernama Kameswara?" tanya Ki Rembong kemudian.
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 125

Kembali ke tokoh-tokoh aliran putih yang kini tinggal empat orang sedang berjalan baru saja keluar dari gerbang istana. Mereka adalah Ki Lunggana, Ranu Baya, Nyai Padmasari dan Citrawati.Semula Ki Lunggana dan Ranu Baya mengira Wirasoma hanya pergi sebentar saja, tapi ternyata sampai orang-orang bubar dia belum kembali.Banyak tanya muncul dalam benak. Apalagi ketika melihat Citrawati tampak tidak peduli."Kenapa aku tidak melihat muridku sejak tadi. Apa kau tahu Citrawati?" tanya Ki Lunggana.Citrawati menyembunyikan kegugupannya. Dia menenangkan diri sebelum menjawab. "Saya sudah mencarinya tapi entah di mana?" jawabnya dusta.Sementara Nyai Padmasari juga menahan perasaannya. Pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.Padahal dia membatin. "Dasar guru apaan kau ini, tingkah laku muridmu yang kotor itu sampai tidak tahu!""Kalau begitu apakah kita harus menunggu dia atau..?" tanya Ki Lunggana menggantung."Saya a
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 126

Semakin ramai warga desa yang menyaksikan pertempuran dua kelompok itu. Dulu jangankan masuk, sekadar lewat saja mereka takut. Setelah Nini Rongkot tidak ada, wibawa perguruan itu menjadi luntur.Sementara murid-murid Nini Rongkot tidak peduli dengan keadaan. Mereka terus mempertahankan harga diri, melawan musuh yang ingin memperbudak mereka.Perlawanan mereka membuahkan hasil. Berkat jumlah yang lebih banyak, kelompok musuh bisa didesak. Meski di antara mereka harus terluka, tidak mengapa asal bisa membunuh lawan.Trang! Tring! Swukk!Suara benturan senjata terdengar sampai memekak telinga warga desa. Maklum saja mereka bukan orang persilatan, jadi tidak punya tenaga dalam untuk meredam suara.Beberapa korban dari Laskar Siluman Merah mulai berjatuhan. Begitu pula dari pihak perguruan Merak Iblis. Tenaga dalam yang lebih rendah membuat murid Nini Rongkot harus berjuang ekstra."Jangan menyerah, kita masih punya harga diri!" teri
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 127

Darah yang keluar dari pemuda yang sudah terbujur itu berasal dari luka di leher dada kiri dan perut. Pada tempat-tempat tersebut tertancap sekuntum bunga mawar berwarna hitam."Lingga, Anakku...hu...!" Sang ibu meratapi nasib anaknya yang mengenaskan.Beberapa orang lalu menggotong mayat Lingga ke dalam rumah diiringi tangis si ibu. Kebetulan di rumah itu hanya mereka berdua penghuninya. Si ibu adalah orang tua tunggal sejak Lingga berumur dua belas tahun."Bagaimana anakmu bisa keluar rumah?" tanya salah seorang peronda.Memang, kalau malam hari warga desa dilarang keluar rumah. Maka si peronda jelas menanyakan hal itu. Pertanyaan yang seolah-olah menyalahkan."Aku tidak tahu, tiba-tiba dia terlihat seperti sangat bahagia. Lalu bergegas keluar seperti ada yang memanggil dari luar. Terus begini jadinya...huhu...!"Para peronda yang berjumlah enam orang ini saling pandang. Beberapa korban sebelumnya juga mengalami hal serupa sebe
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 128

Adegan berikutnya sudah bisa Kameswara tebak. Lelaki yang menjadi guru Rukmini menelusuri bagian atas tubuh gadis itu dengan lidahnya. Penuh nafsu menggebu-gebu.Sementara Rukmini sepertinya terpaksa melayani lelaki itu. Karena dari suaranya bukan rintihan kenikmatan, tapi sekadar menyenangkan pasangan saja.Yang menggelikan Kameswara, mereka melakukannya dalam rendaman air kembang tujuh rupa.Tidak mau dirinya jadi ingin, Kameswara masuk ke dalam rumah. Memeriksa keadaan di dalam."Wah, kamar ini sepertinya dibuat khusus!" seru Kameswara ketika melihat sebuah kamar yang dinding kayunya dipenuhi rangkaian aneka macam bunga.Di tengah-tengah kamar terdapat alas dari permadani empuk. Sekeliling alas ini ditaburi bunga-bunga juga. Sepertinya kamar ini untuk suatu ritual juga.Ada dua kamar di dalam rumah ini. Kameswara berpindah ke kamar satunya. Tampak biasa saja. Pasti tempat tidurnya lelaki itu. Pemuda ini masuk juga ke dalam, me
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 129

"Aku!"Rukmini berbalik ke belakang. Dia lemparkan bakul yang dibawa. Dua tangannya bersiap mengeluarkan sebuah jurus."Siapa kau?" tanya gadis berwajah buruk itu kepada seseorang yang memakai topeng berdiri tiga tombak di depannya."Bukan siapa-siapa, cuma kebetulan lewat saja!" jawab Kameswara asal."Kenapa kau membakar tanaman bungaku?" Rukmini kerahkan tenaga dalam hingga kedua tangannya bergetar."Bunga itu mengandung racun, jadi aku musnahkan daripada disalahgunakan orang!"Rukmini tampak kesal. Kameswara begitu menyepelekan perbuatannya seolah biasa saja. Padahal dia menanam dan merawatnya dengan susah payah."Bedebah, apa hakmu merusak milik orang!"Belum selesai bicara si gadis sudah menerjang maju mengirimkan pukulannya. Gerakannya cepat dan terarah ke sasaran yang dituju, tapi Kameswara bukan orang sembarangan. Dengan mudahnya dia berkelit hampir bersamaan dengan datangnya pukulan. Berbareng
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 130

Kembali ke Kameswara yang kini sudah berhadap-hadapan dengan gurunya Rukmini. Anggota Laskar Siluman Merah yang bernama Dandung."Kau pulang saja, biar keparat ini aku yang urus!" kata Dandung setelah memperhatikan keadaan Rukmini. Matanya tak berkedip melihat tubuh yang hampir tanpa busana itu."Baik, Paman!" Rukmini segera berlalu."Sekarang kau akan menerima hukuman atas kelancanganmu!" tunjuk Dandung begitu percaya diri."Rupanya kau sudah lama terbuai dengan daun muda itu, sehingga tidak tahu apa yang telah menimpa kelompokmu!""Jangan membual pengecut, aku tidak mudah percaya mulut busukmu!"Kameswara tertawa lagi. "Kau memang anggota yang seperti katak dalam tempurung. Terserah apa katamu yang pasti kau akan tahu setelah di neraka nanti!""Dasar cecunguk, berani meremehkanku, rasakan!"Dandung berkelebat mengirim tendangan sambil melayang. Cepat dan mantap. Kameswara belum juga sempat menarik napas, tapi
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status