Home / Pendekar / LEGENDA KAMESWARA / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of LEGENDA KAMESWARA: Chapter 101 - Chapter 110

290 Chapters

Bab 101

Kini lingkaran pelapis sudah berkurang lima orang. Sementara Gumara dan Raksana kesana kemari mencari siapa yang memanah.Kameswara senyum-senyum saja, walau tak melihat karena sibuk bertarung tapi dia tahu mereka kebingungan.Kemudian pemuda bertopeng alias Kameswara memberi isyarat kepada Kinasih.Kejap berikutnya dua orang muda ini tiba-tiba meloncat tinggi melewati lingkaran pertama walaupun saat mendarat masih berada dalam kepungan. Mereka segera membabatkan senjata masih-masing.Sabetan pedang Kinasih berhasil membunuh lawan-lawannya, ada yang tersabet lehernya, ada yang tertusuk dadanya hingga menembus jantung dan ada yang terbelah kepalanya. Juga dengan Kameswara yang begitu mudah mengayunkan kujangnya.Akhirnya bentuk penyerangan ini kacau tak karuan. Jumlah anak buah Raksana semakin berkurang. Ada yang dibantai Kinasih dan Kameswara, serta dipanah orang yang masih bersembunyi di tempatnya.Sungguh tak disangka tak didug
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 102

"Setiap lelaki akan berkata seperti itu kepada setiap perempuan yang dijumpai. Padahal di tempat lain sudah ada banyak wanita yang sudah disinggahinya," ujar Kinasih.Kameswara tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena memang dia merasa seperti itu, tapi dia tidak menampakkan ekspresi apapun di depan Kinasih. Dia hanya terus memandangi wajah gadis itu."Kenapa kau tidak menggantikan ayahmu?" tanya Kameswara berganti topik."Aku perempuan, tidak bisa atau bahkan tidak boleh jadi pemimpin,""Ratu Shima bisa!"Ratu Shima adalah penguasa kerajaan Kalingga atau Keling ratusan tahun yang lalu."Dia hanya menggantikan suaminya sementara sampai anak-anaknya mampu memimpin. Kerajaan dibagi dua untuk kedua anaknya menjadi Bhumi Sambhara dan Bhumi Mataram. Salah satu anaknya adalah perempuan bernama Dewi Parwati, tapi tetap yang menjadi raja adalah suaminya, Rahyang Mandiminyak!""Wah, ternyata pengetahuanmu luas juga!" puji Kameswar
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 103

Kinasih ternyata lebih 'gila' daripada Sriwuni atau Citrawati. Dalam semalam sampai tiga kali mengarungi lautan asmara yang penuh madu. Meski menikmati, tapi tetap saja dalam benaknya Kameswara merasa resah.Kameswara jadi berat meninggalkan gadis itu. Sempat terpikirkan dia ingin membawa serta Kinasih dalam perjalanan, tapi gadis itu masih dibutuhkan warga desa. Dan juga apakah tidak merepotkan nantinya.Dia belum siap untuk hal itu. Entah sampai kapan tugasnya akan selesai. Setelah mengantarkan kitab taktik perang, dia harus melindungi Kirana. Belum lagi, bila ada tugas susulan dari kakek Ranu Baya.Dan tugas yang paling utama adalah, menumpas Laskar Siluman Merah."Karena tugasku yang berat, aku terpaksa tidak bisa membawamu ikut serta!" kata Kameswara di pagi hari ketika hendak melanjutkan perjalanan."Jangan pikirkan apapun tentang aku," ujar Kinasih sambil menggenggam kedua tangan si pemuda. Sikapnya seolah-olah Kameswara sudah jadi
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 104

Pada saat hendak bersemedi, tak sengaja tangannya mengusap bahu kanan. Sehingga sosoknya terlihat kembali, tapi Kameswara tidak menyadarinya.Tiba-tiba dari atas pohon diatas kepala Kameswara menjuntai seekor ular berwarna hitam dengan totol-totol berwarna emas.Ular yang sangat besar,sebesar paha orang dewasa, membuka mulutnya siap mematuk Kameswara yang sedang bersemedi.Kameswara sempat terbelalak melihat ular itu yang hendak mematuk dirinya. Dia yang mengira dirinya masih tidak terlihat membiarkan saja. Dia lanjut konsentrasi bersemedi. Tapi...Cepp!Si ular mematuk, taringnya yang berbentuk bengkok seperti belati menghunjam bahu kanan. Kameswara sangat terkejut dan mengira ular itu bisa melihat dirinya yang tak kasat mata bagi mahluk lain."Loh, kenapa... akh!"Rasa perih teramat sangat dirasakan Kameswara, akan tetapi saat bisa ular hitam bertotol emas memasuki tubuhnya.Terasa hawa panas menjalar ke selur
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 105

Kira-kira seribu tahun yang lalu. Ketika kerajaan besar Tarumanagara masih berdiri dan mengalami masa kejayaan. Terdapatlah seorang tokoh yang sangat ahli dalam racun.Namanya Candala, selain belajar racun dari gurunya dia juga berhasil menemukan jenis racun dari hewan maupun tumbuhan yang langka atau belum di kenal manusia lain.Dia juga bisa menciptakan atau meramu racun baru. Dari yang biasa saja sampai yang paling ganas. Juga bisa membuat berbagai macam penawar racun.Setiap orang yang kena racun datang padanya. Semuanya bisa disembuhkan kecuali yang terlambat datang sehingga terlambat pula untuk diobati.Karena sangat hebat dalam ilmu racun ini, Candala dijuluki Dewa Racun. Orangnya berwatak baik. Suka menolong tanpa pamrih. Siapapun ditolongnya. Orang biasa, pendekar dari golongan putih dan juga hitam.Oleh karena itu Candala tidak mempunyai musuh. Dia juga sedikit mempunyai kepandaian silat, hanya untuk berjaga-jaga.Namun
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 106

"Benar!" jawab suara tanpa wujud."Terus bagaimana dengan si Hanggara, bagaimana kau bisa tahu bahwa apa yang menimpamu adalah ulah dia?" Suara Kameswara menyiratkan kebencian kepada manusia culas itu."Itulah yang aku tunggu-tunggu. Aku ingin para pendekar turun tangan menyelidiki hutan racun, termasuk dia salah satunya!"Namun, menurut cerita Candala tidak ada seorangpun yang berani menginjak ke hutan itu lagi. Terpaksa Candala mencari tahu sendiri, keluar hutan dengan cara menyamar."Aku mendengar orang-orang membicarakan hutan Racun di kedai. Terutama para pendekar berpendapat bahwa racun-racun yang ada di hutan mirip dengan racun milik Dewa Racun!"Selain itu yang sama pentingnya adalah mencari tahu tentang kabar Parwati. Dan ternyata gadis itu telah terjatuh ke pelukan Hanggara. Mereka akan melangsungkan pernikahan."Dari situlah aku mulai curiga. Maka aku melanjutkan penyelidikan. Pertama mencari tahu dari mana Ki Rampal m
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 107

Kota Kawali tampak ramai di pagi hari. Orang-orang lalu lalang dengan aktivitas masing-masing. Suasananya terlihat megah.Banyak bangunan besar berdiri rapi di kanan dan kiri jalan. Setelah perjalanan tiga hari dari hutan Racun Kameswara baru sampai ke kota raja kerajaan Galuh.Sebagian orang menatapnya heran karena topeng yang menempel di wajahnya. Sebagian lainnya acuh saja."Sebaiknya aku membuka topeng kalau memasuki istana!" kata batin Kameswara.Kameswara melihat kedai yang besar dan ramai. Bahkan bangunannya sampai bertingkat. Dia meraba kantong perbekalannya.Masih lumayan banyak. Lalu dia memasuki kedai itu, memilih tempat yang agak terpencil dari yang lainnya.Orang-orang semakin heran. Sudah bertopeng, memilih tempat yang menyendiri lagi. Namun, pelayan kedai tetap melayani dengan ramah.Kameswara memesan makanan secukupnya saja. Sambil menyantap hidangan, ekor mata Kameswara memperhatikan beberapa orang denga
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 108

Dengan canggung Kameswara melangkah masuk ke dalam kamar yang pintunya sudah terbuka itu. Pertama yang dia lihat adalah ruangan yang luas. Mungkin seluas rumah biasa, tapi ini adalah kamar pribadi.Tempat tidur dan beberapa perabotan lainnya tertata rapi. Prabu Jayadewata tampak duduk di sebuah kursi kecil si sisi ruangan sebelah dalam. Seluruh tubuhnya memancarkan aura kewibawaan.Kameswara sampai terpana melihat aura yang memancar itu. Wajahnya teduh, tapi tegas. Jiwa pemimpinnya memancar seperti auranya. Seorang raja yang diramalkan akan membawa kejayaan bagi kerajaannya.Dua tombak ke sebelah kanan sang prabu terdapat tempat tidur besar dan mewah. Di sanalah suara anak kecil berasal.Nyai Subang Larang tampak sedang bersenda gurau dengan dua anak kecil lelaki dan perempuan yang umurnya terpaut tidak jauh.Hampir lupa karena terkagum-kagum olah suasana ruangan yang mewah, Kameswara tergagap lalu langsung bersimpuh di depan sang prabu.
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 109

Setelah hari gelap Kameswara meminta ijin untuk keluar istana. Dia kembali hendak menemui Prabu Jayadewata, tapi belum juga keluar kamar yang bersangkutan malah datang sendiri ke sana."Aduh, Gusti. Saya jadi tidak enak masa raja yang menghampiri rakyatnya!" ujar Kameswara."Tidak apa-apa, bukankah akan lebih bagus kalau dekat dengan rakyat?" sahut sang raja."Benar juga, ya, eh!" Kameswara baru sadar ternyata sang raja memakai baju sederhana layaknya orang biasa."Sepertinya kau hendak keluar, mau kemana?" tanya sang Prabu yang melihat Kameswara juga sudah rapi."Kebetulan saya hendak menemui Gusti Prabu, mohon ijin keluar!""Kalau begitu kita sama-sama!""Hah!" Kameswara terbelalak memperhatikan sang raja dari atas sampai bawah."Kenapa, aku mau mengajakmu mencari keterangan!""Oh, iya. Kalau begitu saya juga siap! Sebentar!" Kameswara memakai topengnya. Prabu Jayadewata tidak berkomentar tentang pena
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 110

Semua memandang ke arah halaman depan kedai. Satu sosok serba hitam yang mengenakan topeng yang juga hitam muncul secara tiba-tiba bagai keluar dari udara."Siapa yang berani lancang dengan Laskar Siluman Merah, berarti menggali kuburannya sendiri!"Kameswara terbahak-bahak keras sampai memekak telinga ketujuh anggota Laskar Siluman Merah. Rupanya disertai tenaga dalam yang besar. Serta merta mereka kerahkan hawa sakti guna menahannya."Puluhan kambrat kalian sudah aku bantai, sekarang giliran kalian!" seru Kameswara."Besar mulut, buktikan bacotanmu!"Salah satu dari mereka memberi aba-aba menyerang. Tiga orang berkelebat bersama ayunan golok mengincar kepala, leher dan bahu.Dua orang bersalto setinggi mungkin hingga melewati Kameswara, ketika sudah berada di belakang, langsung menusukkan senjata ke bagian punggung.Sedangkan dua orang tersisa bergerak ke samping kiri dan kanan. Dari dua sisi ini golok mereka mengincar
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more
PREV
1
...
910111213
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status