Share

Bab 106

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 08:01:39

"Benar!" jawab suara tanpa wujud.

"Terus bagaimana dengan si Hanggara, bagaimana kau bisa tahu bahwa apa yang menimpamu adalah ulah dia?" Suara Kameswara menyiratkan kebencian kepada manusia culas itu.

"Itulah yang aku tunggu-tunggu. Aku ingin para pendekar turun tangan menyelidiki hutan racun, termasuk dia salah satunya!"

Namun, menurut cerita Candala tidak ada seorangpun yang berani menginjak ke hutan itu lagi. Terpaksa Candala mencari tahu sendiri, keluar hutan dengan cara menyamar.

"Aku mendengar orang-orang membicarakan hutan Racun di kedai. Terutama para pendekar berpendapat bahwa racun-racun yang ada di hutan mirip dengan racun milik Dewa Racun!"

Selain itu yang sama pentingnya adalah mencari tahu tentang kabar Parwati. Dan ternyata gadis itu telah terjatuh ke pelukan Hanggara. Mereka akan melangsungkan pernikahan.

"Dari situlah aku mulai curiga. Maka aku melanjutkan penyelidikan. Pertama mencari tahu dari mana Ki Rampal m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 107

    Kota Kawali tampak ramai di pagi hari. Orang-orang lalu lalang dengan aktivitas masing-masing. Suasananya terlihat megah.Banyak bangunan besar berdiri rapi di kanan dan kiri jalan. Setelah perjalanan tiga hari dari hutan Racun Kameswara baru sampai ke kota raja kerajaan Galuh.Sebagian orang menatapnya heran karena topeng yang menempel di wajahnya. Sebagian lainnya acuh saja."Sebaiknya aku membuka topeng kalau memasuki istana!" kata batin Kameswara.Kameswara melihat kedai yang besar dan ramai. Bahkan bangunannya sampai bertingkat. Dia meraba kantong perbekalannya.Masih lumayan banyak. Lalu dia memasuki kedai itu, memilih tempat yang agak terpencil dari yang lainnya.Orang-orang semakin heran. Sudah bertopeng, memilih tempat yang menyendiri lagi. Namun, pelayan kedai tetap melayani dengan ramah.Kameswara memesan makanan secukupnya saja. Sambil menyantap hidangan, ekor mata Kameswara memperhatikan beberapa orang denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 108

    Dengan canggung Kameswara melangkah masuk ke dalam kamar yang pintunya sudah terbuka itu. Pertama yang dia lihat adalah ruangan yang luas. Mungkin seluas rumah biasa, tapi ini adalah kamar pribadi.Tempat tidur dan beberapa perabotan lainnya tertata rapi. Prabu Jayadewata tampak duduk di sebuah kursi kecil si sisi ruangan sebelah dalam. Seluruh tubuhnya memancarkan aura kewibawaan.Kameswara sampai terpana melihat aura yang memancar itu. Wajahnya teduh, tapi tegas. Jiwa pemimpinnya memancar seperti auranya. Seorang raja yang diramalkan akan membawa kejayaan bagi kerajaannya.Dua tombak ke sebelah kanan sang prabu terdapat tempat tidur besar dan mewah. Di sanalah suara anak kecil berasal.Nyai Subang Larang tampak sedang bersenda gurau dengan dua anak kecil lelaki dan perempuan yang umurnya terpaut tidak jauh.Hampir lupa karena terkagum-kagum olah suasana ruangan yang mewah, Kameswara tergagap lalu langsung bersimpuh di depan sang prabu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 109

    Setelah hari gelap Kameswara meminta ijin untuk keluar istana. Dia kembali hendak menemui Prabu Jayadewata, tapi belum juga keluar kamar yang bersangkutan malah datang sendiri ke sana."Aduh, Gusti. Saya jadi tidak enak masa raja yang menghampiri rakyatnya!" ujar Kameswara."Tidak apa-apa, bukankah akan lebih bagus kalau dekat dengan rakyat?" sahut sang raja."Benar juga, ya, eh!" Kameswara baru sadar ternyata sang raja memakai baju sederhana layaknya orang biasa."Sepertinya kau hendak keluar, mau kemana?" tanya sang Prabu yang melihat Kameswara juga sudah rapi."Kebetulan saya hendak menemui Gusti Prabu, mohon ijin keluar!""Kalau begitu kita sama-sama!""Hah!" Kameswara terbelalak memperhatikan sang raja dari atas sampai bawah."Kenapa, aku mau mengajakmu mencari keterangan!""Oh, iya. Kalau begitu saya juga siap! Sebentar!" Kameswara memakai topengnya. Prabu Jayadewata tidak berkomentar tentang pena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 110

    Semua memandang ke arah halaman depan kedai. Satu sosok serba hitam yang mengenakan topeng yang juga hitam muncul secara tiba-tiba bagai keluar dari udara."Siapa yang berani lancang dengan Laskar Siluman Merah, berarti menggali kuburannya sendiri!"Kameswara terbahak-bahak keras sampai memekak telinga ketujuh anggota Laskar Siluman Merah. Rupanya disertai tenaga dalam yang besar. Serta merta mereka kerahkan hawa sakti guna menahannya."Puluhan kambrat kalian sudah aku bantai, sekarang giliran kalian!" seru Kameswara."Besar mulut, buktikan bacotanmu!"Salah satu dari mereka memberi aba-aba menyerang. Tiga orang berkelebat bersama ayunan golok mengincar kepala, leher dan bahu.Dua orang bersalto setinggi mungkin hingga melewati Kameswara, ketika sudah berada di belakang, langsung menusukkan senjata ke bagian punggung.Sedangkan dua orang tersisa bergerak ke samping kiri dan kanan. Dari dua sisi ini golok mereka mengincar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 111

    Ketika salah seorang berkelebat mundur dan langsung mengambil langkah seribu, Kameswara lemparkan salah satu kujang seperti melempar tombak.Kujang melesat lebih cepat dan menembus punggung orang tersebut.Tak ayal lagi orang ini tersungkur langsung tak berkutik. Dari lubang di punggung yang tertembus kujang mengepulkan asap hitam panas.Tinggal dua yang sudah basah kuyup oleh keringat. Baru kali ini merasakan apa itu takut. Terutama takut kematian.Selama ini mereka selalu diberikan kemenangan dalam pertarungan sehingga selalu senang dalam berbuat sewenang-wenang.Sekarang melihat Kameswara bagaikan melihat sosok dewa kematian yang sebentar lagi menjemput ajalnya.Seketika ada hati kecil yang luluh menyesali setiap perbuatannya yang kebanyakan menyakiti orang lain.Karena pada dasarnya sifat manusia itu baik. Hanya kemampuan dan kekuatan cara mengendalikan hawa nafsu yang berbeda-beda.Nafsu yang tidak terkenda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 112

    Setelah memantau ke beberapa tempat untuk mengetahui pergerakan musuh, Prabu Jayadewata membawa Kameswara kembali pulang.Sampai di kamarnya, Kameswara belum merasakan ngantuk. Bingung apa yang ingin dilakukan, dia memilih membuka kitab Raja Racun. Membaca isinya."Kitab ini sedikit risih saat dibawa. Aku akan menyalinnya ke daun lontar, kain atau kulit binatang!"Terpikirkan kepada siapa dia akan memberikan kitab ini. Siapa yang pantas memilikinya. Karena untuk sementara dia tidak berminat mempelajarinya."Tidak semua harus bisa, aku yakin ada yang lebih ahli dan cepat dalam menguasainya. Nah, bagaimana kalau aku serahkan dulu kepada Kakek Ranu Baya?"Kameswara menggulung kembali kitab Raja Racun karena tiba-tiba saja telinganya yang tajam mendengar kelebatan halus di belakang kamarnya.Segera dia mendekat ke jendela belakang. Mengintip dari celah-celah. Ada dua sosok berkelebat cepat. Kameswara usap bahu kiri sehingga dia bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 113

    Kameswara memilih kembali ke dalam kamarnya. Tidak mau banyak pikiran lagi akhirnya dia berusaha memejamkan matanya. Membuang semua keresahannya. Tidur sambil semedi.Pemuda ini terlelap begitu nyenyak. Meski badannya tidak lelah, tapi ngantuk tetap ada dan harus diistirahatkan. Biar pada saat bangun kondisinya segar kembali.Beberapa lama kemudian saat waktu 'balebat' (subuh). Kameswara terbangun oleh suara merdu mendayu dengan alunan nada indah yang menyeruak ke telinga.Suara ini begitu menyentuh hati. Dia ingat ketika menginap di majelis Dzikir Haji Purwa Galuh. Ini adalah orang yang sedang membaca kitab Al-Qur'an, tapi suaranya perempuan.Kameswara beranjak ke tempat air untuk membersihkan diri. Setelah itu dia membuka jendela belakang, melihat langit. Memang sudah waktunya subuh.Kemudian dia melakukan kewajibannya sebisa yang dia mampu. Namun, dia mengerjakannya secara khusyuk. Biarpun tidak hafal bacaannya, dia meresapi setiap ger

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 114

    "Tampaknya mereka pendekar golongan putih, hanya saja kita tidak mengenali siapa mereka!""Apa mungkin rencana penyerangan ini sudah bocor, sehingga pihak kerajaan meminta bantuan kepada pendekar-pendekar golongan putih?""Entahlah, orang yang di dalam istana tidak memberikan keterangan tentang hal ini!""Benar, kita hanya menerima kabar dari Gusti Amuk Marugul bahwa keadaan istana rapuh!""Atau jangan-jangan ini jebakan!""Tidak mungkin!""Betul, yang memberi tahu adalah pengawal pribadi Amuk Marugul langsung!""Kita tunggu perkembangannya, tapi sepasang pendekar itu sangat mencurigakan, apa kita bereskan saja mereka sekarang sebelum hari penyerangan, sekedar jaga-jaga supaya nanti tidak menjadi halangan lagi?""Jangan bertindak gegabah, ingat sebelum hari penyerangan jangan ada satupun yang membuat kegaduhan!""Tapi kalau kita pancing mereka menjauh dari kota, lalu kita habisi, bagaimana?""T

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 342

    Kameswara menatap sejenak situasi di depannya. Asmarini duduk menyandar ke bahu raga kasarnya. Di atasnya Payung Terbang memayungi keduanya. Pendekar muda ini tersenyum. Kemudian sukma Kameswara masuk kembali ke dalam tubuh kasarnya. Pedang Bunga Emas otomatis terpegang di tangannya. Asmarini langsung sadar dari lamunannya. "Kakang sudah kembali!" Asmarini langsung menyimpan payungnya. Tangan kiri memegang pedang, tangan kanan merangkul tubuh istrinya. "Inikah Pedang Bunga Emas?" Kameswara pura-pura tidak tahu. "Terbuat dari emas dan menebarkan harum, ini memang pedang pusaka leluhur. Kakang telah membawanya dengan selamat. Terima kasih banyak, Kang!" "Aku suamimu, pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Tidak perlu berterima kasih. Ini, simpanlah!" Asmarini menerima pedang pusaka tersebut, lalu dia menggeser duduknya hingga saling berhadapan. "Aku juga rel

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 341

    Blang!Kameswara menemukan sebuah ruangan bawah tanah agak luas. Keadaannya remang-remang.Di tengah ruangan ini ada gundukan bantu besar bentuknya mirip seperti dulu dia menyelam ke dasar telaga.Cahaya remang-remang ini pasti berasal dari pedang pusaka itu. Kameswara segera mencari letaknya. Dulu tertancap pada sebuah batu, sekarang pasti sama.Setelah berkeliling satu kali akhirnya menemukan juga pusaka tersebut. Kedua mata Kameswara terbelalak."Mungkinkah ini pedang yang sama? Kalau begitu bisa jadi ada dua, karena di masa depan sudah aku ambil dan diserahkan kepada Ayu Citra, atau..."Kameswara ingat selama sering bertemu dengan Fan Xiang yang merupakan reinkarnasi dari Ayu Citra, gadis itu tidak pernah membicarakan tentang pedang ini."Atau bisa jadi pedangnya kembali ke sini!"Ketika tangan Kameswara menjulur hendak memegang pedang yang tertancap di batu tersebut, tiba-tiba ada serangan hawa gaib yang me

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 340

    Manakala terbetik berita yang dibawa oleh pedagang dari Arab bahwa Ali bin Abi Thalib telah meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, maka Rakean Sancang bergegas kembali ke Arab.Tempat pertahanan di Gunung Negara terpaksa ditinggalkannya. Di saat itulah dengan segera pasukan Tarumanagara dikerahkan untuk menghancurkan umat agama baru itu.Hampir separuh penganut agama baru itu meninggal dan sebagian lainnya dapat melarikan diri melalui jalan rahasia berupa gua kemudian keluar di bukit yang curam.Para penganut agama baru lalu menyebar ke mana-mana di wilayah Tatar Sunda."Dan sejak saat itu mereka menjalankan keyakinannya secara sembunyi-sembunyi?" tanya Padmasari."Benar, bisa jadi telah mengganti nama agar tidak ketahuan lagi," sahut Ki Santang."Kau mencurigai atau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan hal itu?""Ada!""Wah, apa itu?""Ada sebuah ajaran yang namanya Sunda Wiwitan, ajarannya

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 339

    Sepasang suami istri berbeda masa sudah dalam perjalanan mencari Pedang Bunga Emas. Pada malam hari apabila tidak mendapatkan penginapan, maka mereka bermalam di hutan atau kebun.Mereka membuat gubuk dadakan. Dengan kesaktian Kameswara tentu saja sangat mudah dan cepat membangun tempat istirahat sementara tersebut.Sebelum tidur Asmarini sempatkan untuk bersemedi mencari petunjuk keberadaan pusaka leluhurnya.Selama ini setelah berkali semedi sebelum perjalanan, dalam pikirannya selalu ingin pergi ke arah utara."Kalau ke utara, tempat apa saja yang akan kita temukan? Selain bukit Gajah Depa tempat aku menyegel Kala Cengkar. Bukit itu dekat ke perbatasan kerajaan Wanagiri,"Kameswara tampak menerawang. Meski berbeda waktu, tapi letak suatu tempat tetap sama.Tempat mereka berada sekarang sudah dekat ke wilayah yang suatu saat nanti menjadi kerajaan Talagamanggung."Di masa ini kerajaan itu belum berdiri, sedangkan Hutan

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 338

    "Aku tidak menyangka ternyata orang-orang desa Linggapura menggunakan cara-cara memalukan!" teriak Genta."Jangan ngawur!" sentak Suryadana tidak bisa menahan diri. "Sebenarnya kau mau apa ke sini?"Genta bertolak pinggang, wajahnya menunjukkan keangkuhan dan congkak. Sambil menunjuk dia berseru."Aku akan buktikan bahwa warga desa yang katanya kumpulan para pendekar melakukan cara licik untuk memikat hati wanita. Dengan cara membunuhmu, maka guna-guna yang merasuki Sukesih akan hilang!"Genta melangkah ke alun-alun. Keributan kecil di balai desa ini memancing warga yang lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi."Aku tantang kau di kandang sendiri, Suryadana. Katanya kau adalah pemuda berbakat di desa ini, aku ingin tahu seberapa hebatnya dirimu!"Di tempat lain Kameswara dan Asmarini sudah menyaksikan kejadian itu.Sebelum melangkah memenuhi tantangan Genta, pemuda berbakat desa Linggapura menyuruh calon istrinya

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 337

    Desa Linggapura tidak besar juga tidak kecil, penduduknya agak padat. Sususan pemukimannya tertata dengan rapi. Karena awalnya hanya sebuah padepokan kecil.Pada waktu itu, selain menerima murid baru dari luar, juga ada penambahan warga dari dalam padepokan sendiri. Yaitu anak-anak dari pernikahan antara murid laki-laki dengan perempuan.Desa padepokan ini berada di kaki gunung Lingga. Dulu padepokan utamanya berada di lereng gunung.Sekarang dijadikan tempat keramat yang tidak sembarangan orang bisa ke sana, walaupun warga desa sendiri."Lama-lama bisa jadi kerajaan," ujar Kameswara yang diajak jalan memutar. Tidak melalui jalan utama, tapi langsung menuju lereng."Memangnya ada yang seperti itu?""Ada, dulu Indraprahasta juga awalnya hanya pedukuhan kecil yang dibangun oleh resi Santanu,""Oh, ternyata begitu. Sayangnya sekarang sudah hancur!"Kameswara teringat ketika menyelamatkan keluarga Prabu Wiratara seb

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 336

    Keesokan harinya perjalanan mencari Pedang Bunga Emas dimulai. Kameswara sudah mempunyai rencana kemana dia akan pergi, tapi tidak disampaikan ke istrinya."Kemana kita akan mulai?" tanya Kameswara."Ke utara!"Tepat. Arah yang hendak dituju Kameswara memang ke utara. Mudah-mudahan saja firasatnya benar."Jadi kita tidak membutuhkan para pendamping?""Hanya untuk keadaan darurat. Jangan terlalu mengandalkan mereka. Selagi masih bisa dikerjakan sendiri, jangan malas!""Baiklah!"Pada dasarnya Kameswara memiliki pemikiran yang sama dengan istri mungilnya ini. Hanya untuk hal yang sangat tidak mungkin baru dia meminta bantuan Padmasari.Seperti menyeberang ke negeri tempat tinggal Ayu Citra dalam waktu sekejap, tapi itu mungkin tidak akan dilakukan lagi.Satu kesamaan yang dimiliki Asmarini dengan Kameswara adalah tidak suka membawa banyak barang dalam perjalanan. Hanya seperlunya saja.Setelah se

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 335

    Angin yang tadinya berhembus bagaikan badai berganti menjadi tiupan lembut dan sejuk. Semua mata kini memandang ke atas. Satu sosok melayang bagaikan turun dari langit. Bercahaya.Sosok yang memegang payung terbuka menaungi kepalanya dari terik mentari. Setelah semakin turun barulah terlihat sosok tersebut adalah seorang wanita yang kecantikannya bagai bidadari dari alam Tunjung Sampurna."Dewi Payung Terbang!"Beberapa orang berseru mengenali siapa yang datang itu. Semuanya terpana, takjub dengan cara-cara wanita yang dijuluki Dewi Payung Terbang ini muncul di hadapan semua orang.Wanita cantik berpayung mendarat di depan Kameswara. Mereka saling pandang dengan seulas senyum tipis."Kakang berhasil,""Ini berkat Nyai juga!"Aki Balangantrang dan Manarah tampak mendekat."Terima kasih, Ki Sanak telah menyelamatkan kerajaan dan juga ibu saya!" ucap Manarah.Sementara beberapa orang telah mengamankan Hari

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 334

    Apa yang terjadi? Kita mundur dulu sejenak ceritanya.Setelah kematian suaminya, lalu dinikahi oleh Tamperan. Hidup Dewi Naganingrum tidak tenang. Dia merasa telah mengkhianati sang suami.Sedangkan Pangrenyep sepertinya malah senang. Naganingrum tidak tahu kalau di antara Pangrenyep dan Tamperan sudah ada skandal sejak suami masih hidup.Karena rasa tidak tenang inilah akhirnya Naganingrum memutuskan untuk tinggal di luar istana. Dia memilih bekas pertapaan Premana Dikusumah.Di sana dia membangun rumah sederhana. Manarah juga dirawat di sana. Baru ketika umur tujuh tahun, Manarah diperbolehkan pergi ke istana.Sampai besar Manarah sering bolak balik dari istana ke rumah ibunya.Lalu sekarang, tiba-tiba saja Dewi Naganingrum berada dalam cengkraman tangan seseorang yang berdiri di atas atap. Sosok yang mengenakan pakaian serba merah."Dewata Kala!" Aki Balangantrang terkejut. Lebih-lebih Manarah karena dia sangat menyay

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status