Share

Bab 119

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 08:07:15

Kala Maruta pemimpin perguruan Puser Angin memandang penuh kebencian kepada perempuan yang telah menghancurkan hatinya di masa lalu. Nyai Padmasari bersikap tenang saja sambil mengukur kekuatan lawan.

"Aku tidak akan lupa akan sakit hatiku, malam ini kutuntaskan dendamku!" geram Kala Maruta.

Dua tangan sebatas siku sudah diselimuti angin hitam yang berputar-putar. Dia bersiap melepaskan 'Pukulan Angin Hitam'.

"Lakukan kalau kau mampu. Salah sendiri kenapa memilih jalan sesat!" balas Nyai Padmasari.

"Dasar wanita, tidak mau disalahkan!"

"Jangan banyak basa-basi, Kala Maruta!" Nyai Padmasari sudah mengalirkan tenaga dalam ke dua tangan.

Menggunakan teknik perubahan. Tenaga dalam berubah bentuk menjadi sepasang pedang yang tergenggam di tangan.

Pedang Bayangan.

Sebagai guru Citrawati tentu saja dia juga sudah ahli dalam ilmu Pedang Bayangan. Sepasang pedang tampak menyilaukan dengan cahaya putih yang berpendar.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 120

    Nyai Padmasari menghempas napas lega. Karena seandainya pertarungan dilanjutkan, mungkin dia juga tidak akan kuat lagi.Akhirnya dia memilih tempat aman untuk memulihkan diri. Organ bagian dalamnya terasa terbakar dan tidak karuan.Jderrr!Tiba-tiba di atas langit terjadi ledakan yang memercikkan bunga api besar sehingga sempat menerangi jagat raya dalam beberapa kejap. Apa yang terjadi?Beberapa saat sebelumnya. Di pertarungan yang lain antara Ranu Baya melawan Gentasora. Dedengkot kelas atas perguruan Sangga Buana dan Laskar Siluman Merah.Pertarungan mereka bukan pertarungan biasa yang menggunakan jurus pukulan atau ajian. Mereka adalah pendekar kelas atas yang tahapannya hampir mencapai Batara.Mereka juga satu sama lainnya adalah musuh bebuyutan. Tidak ada dendam pribadi di antara mereka.Hanya persaingan kekuatan saja. Sebelumnya beberapa kali bentrok juga belum menemukan siapa yang menang atau kalah.Seka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 121

    Konsentrasi Kuntawala terpecah, akibatnya beberapa serangan tapak bersarang di badannya. Sangat mengagetkan. Mentalnya mendadak lemah, padahal dia sebanding dengan lawannya.Tapi situasi yang membuatnya kalut. Terutama hilangnya Gentasora. Walaupun pada awalnya mencemooh kehadirannya sebagai wakil Ki Rembong, nyatanya sang wakil menjadi harapan atau andalan.Di tempat lain, Grendaseba melawan Ki Maung Hideung juga tampak ketar ketir. Dia bisa saja mengatasi lawannya, tapi bagaimana kalau Ranu Baya dan Nyai Padmasari turun membantu.Kehilangan dua tokoh saja membuat situasi berubah drastis. Apalagi di kalangan para murid. Pendekar-pendekar golongan hitam mulai terdesak.Korbanpun banyak berjatuhan terutama yang melawan tiga pendekar muda. Wirasoma, Citrawati dan Sutajaya.Mungkin yang tidak terpengaruh hanya Nini Rongkot yang melawan Kameswara. Si nenek tidak peduli dengan apa yang terjadi.Dalam pikirannya hanya ingin membunuh Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 122

    Energi kuat sebesar gunung bagai jatuh dari langit menimpa Nini Rongkot. Tenaga dalam penuh yang dikerahkan nenek itu hanya membantu sebentar. Hanya beberapa kejap si nenek berdiri.Selanjutnya tubuh Nini Rongkot bagaikan ditimpa gunung hingga roboh ke tanah bahkan amblas sampai setengah tombak.Kalau saja tubuh si nenek tidak mempunyai tenaga dalam mungkin badannya akan hancur lebur.Blarrr!Krekk!Terdengar suara retakan tulang Nini Rongkot seperti ditindih batu raksasa. Senjata Kebut Iblis juga tampak hancur tak berbentuk. Nyawa pemimpin perguruan Merak Iblis ini lenyap seketika.Di sisi lain. Walaupun Kameswara sudah bisa menggunakan ajian itu, tapi dia belum pernah melihat hasilnya.Tenaga yang mendorong balik akibat beradu dengan tenaga dalam lawan, ternyata cukup kuat.Selain itu karena menghantam tanah, maka menambah kuat daya dorong balik yang membuat tubuh Kameswara terpental jauh. Dia tidak siap karen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 123

    Sebelum semuanya berkumpul di bangunan Bale Gede, Wirasoma tidak tahan ingin ke belakang. Segera saja dia mencari tempat pemandian prajurit yang ada di belakang barak.Ketika berjalan hendak kembali ke Bale Gede, kebetulan dia melewati kamar Kameswara. Dari dalam terdengar suara erangan yang begitu lemah.Wirasoma heran, semua orang sedang berkumpul, lalu siapa yang ada di dalam?Kamar ini bukan milik pejabat istana, tapi khusus untuk tamu. Karena penasaran Wirasoma mendekatkan telinga ke celah-celah pintu. Suara erangan semakin jelas."Ada orang di dalam, dari suaranya sepertinya butuh pertolongan," batin Wirasoma. Tidak pikir panjang segera dia dobrak pintu hingga terbuka.Terkejut Wirasoma bukan kepalang, sosok yang terbaring lemas di atas dipan sangat di kenalnya."Sriwuni!"Pendekar muda ini segera menghampiri gadis yang sudah mengisi hatinya ini. Dia heran kenapa Sriwunu bisa masuk dan dalam keadaan tertotok lemah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 124

    Kegagalan yang diterima kelompok aliran hitam yang dipimpin Laskar Siluman Merah membuat mereka terpukul. Sungguh tidak disangka pendekar aliran putih akan datang membantu.Yang lebih mengerikan, tokoh sekelas Ranu Baya ternyata kesaktiannya sangat di luar dugaan.Jika Ranu Baya saja yang hanya seorang guru biasa hampir menyamai Ki Rembong, apalagi Ki Astagina atau pimpinan tertinggi perguruan Sangga Buana.Di markas Laskar Siluman Merah. Ki Rembong tampak kecewa atas kegagalan wakil yang dia percayai.Namun, pimpinan tertinggi laskar ini masih memaklumi setelah tahu tahapan yang dicapai Ranu Baya."Kita telah menganggap remeh lawan, sehingga tidak tahu perkembangan mereka!" ujar Ki Rembong. Gentasora baru saja mengkonsumsi sumber daya untuk memulihkan kondisinya. Pertarungan melawan Ranu Baya cukup menguras tenaga."Apakah di antara mereka ada seorang pemuda yang bernama Kameswara?" tanya Ki Rembong kemudian.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 125

    Kembali ke tokoh-tokoh aliran putih yang kini tinggal empat orang sedang berjalan baru saja keluar dari gerbang istana. Mereka adalah Ki Lunggana, Ranu Baya, Nyai Padmasari dan Citrawati.Semula Ki Lunggana dan Ranu Baya mengira Wirasoma hanya pergi sebentar saja, tapi ternyata sampai orang-orang bubar dia belum kembali.Banyak tanya muncul dalam benak. Apalagi ketika melihat Citrawati tampak tidak peduli."Kenapa aku tidak melihat muridku sejak tadi. Apa kau tahu Citrawati?" tanya Ki Lunggana.Citrawati menyembunyikan kegugupannya. Dia menenangkan diri sebelum menjawab. "Saya sudah mencarinya tapi entah di mana?" jawabnya dusta.Sementara Nyai Padmasari juga menahan perasaannya. Pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.Padahal dia membatin. "Dasar guru apaan kau ini, tingkah laku muridmu yang kotor itu sampai tidak tahu!""Kalau begitu apakah kita harus menunggu dia atau..?" tanya Ki Lunggana menggantung."Saya a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 126

    Semakin ramai warga desa yang menyaksikan pertempuran dua kelompok itu. Dulu jangankan masuk, sekadar lewat saja mereka takut. Setelah Nini Rongkot tidak ada, wibawa perguruan itu menjadi luntur.Sementara murid-murid Nini Rongkot tidak peduli dengan keadaan. Mereka terus mempertahankan harga diri, melawan musuh yang ingin memperbudak mereka.Perlawanan mereka membuahkan hasil. Berkat jumlah yang lebih banyak, kelompok musuh bisa didesak. Meski di antara mereka harus terluka, tidak mengapa asal bisa membunuh lawan.Trang! Tring! Swukk!Suara benturan senjata terdengar sampai memekak telinga warga desa. Maklum saja mereka bukan orang persilatan, jadi tidak punya tenaga dalam untuk meredam suara.Beberapa korban dari Laskar Siluman Merah mulai berjatuhan. Begitu pula dari pihak perguruan Merak Iblis. Tenaga dalam yang lebih rendah membuat murid Nini Rongkot harus berjuang ekstra."Jangan menyerah, kita masih punya harga diri!" teri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 127

    Darah yang keluar dari pemuda yang sudah terbujur itu berasal dari luka di leher dada kiri dan perut. Pada tempat-tempat tersebut tertancap sekuntum bunga mawar berwarna hitam."Lingga, Anakku...hu...!" Sang ibu meratapi nasib anaknya yang mengenaskan.Beberapa orang lalu menggotong mayat Lingga ke dalam rumah diiringi tangis si ibu. Kebetulan di rumah itu hanya mereka berdua penghuninya. Si ibu adalah orang tua tunggal sejak Lingga berumur dua belas tahun."Bagaimana anakmu bisa keluar rumah?" tanya salah seorang peronda.Memang, kalau malam hari warga desa dilarang keluar rumah. Maka si peronda jelas menanyakan hal itu. Pertanyaan yang seolah-olah menyalahkan."Aku tidak tahu, tiba-tiba dia terlihat seperti sangat bahagia. Lalu bergegas keluar seperti ada yang memanggil dari luar. Terus begini jadinya...huhu...!"Para peronda yang berjumlah enam orang ini saling pandang. Beberapa korban sebelumnya juga mengalami hal serupa sebe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22

Bab terbaru

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 235

    "Arum, apakah Rahyang Sora dengan Purbasora itu sama?" tanya Kameswara setelah mereka berjalan jauh.Puspa Arum tampak melirik sejenak dengan kening mengkerut."Benar, kenapa dia sepertinya mengumpulkan orang-orang persilatan?" jawab Puspa Arum dengan pertanyaan balik."Entahlah!" Padahal Kameswara sudah menduga-duga apa yang menjadi tujuan sang menantu raja itu.Kemudian Puspa Arum mengaitkan dengan kabar yang selama ini beredar tentang persaingan antara Purbasora yang menantu raja dengan Wiratara yang merupakan putra raja."Apakah sampai sekotor itu?" batin si gadis mungil. Memikirkan intrik dalam kerajaan terlihat begitu rumit. Selalu ada perebutan tahta. Satu sama lainnya merasa paling berhak.Tak lama kemudian mereka sampai di tempat peristirahatan Nyai Mintarsih bersama dua murid wanita lainnya.Akan tetapi baru saja sampai, mereka mendengar suara kehadiran orang lain. Orang banyak."Kalian semua pegang ta

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 234

    "Mohon ampun, Tuan. Ternyata padepokan itu menyimpan pendekar maha sakti," lapor salah satu dari tiga jubah hitam yang berhasil kabur dari Kameswara."Omong kosong!"Yang lain ikut menjelaskan bahwa Kameswara yang disebut pendekar maha sakti tiba-tiba muncul di udara dan melepaskan angin badai yang menghempas semua anggota laskar.Diceritakan juga pertarungan melawan Kameswara yang menggunakan senjata aneh yang sangat mematikan hingga tersisa tiga orang saja.Itu juga kalau tidak segera kabur mungkin mereka sudah menjadi mayat bersama yang lainnya."Bagaimana bentuk senjata itu?"Salah seorang menjelaskan bentuk senjata yang digunakan Kameswara."Kujang!" desis sang pemimpin.Di masa ini kujang hanya di miliki orang-orang tertentu saja. Masyarakat biasa belum banyak yang tahu. Hanya kalangan bangsawan saja yang memiliki sebagai simbol seorang bangsawan.Akan tetapi yang dijelaskan anak buahnya, kujang i

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 233

    Semua penghuni padepokan Mega Sutra merasakan hawa sakti yang kuat ini. Begitu juga Laskar Dewawarman, tapi pasukan jubah hitam ini tidak mengendurkan serangan.Crash! Srass!Korban berjatuhan lagi. Yang masih bertahan berlumuran darah menahan panas dan perih yang diderita. Termasuk Ki Jagatapa dan sang istri juga sudah banyak terluka.Brukk! Brugh!Wajah sepasang guru tampak memucat ketika melihat jumlah muridnya semakin berkurang.Apakah ini akhir riwayat padepokan Mega Sutra yang sudah berdiri puluhan tahun? Apakah akan mengalami nasib yang sama dengan dua padepokan besar sebelumnya?Hilang dari dunia persilatan tinggal nama. Dua padepokan besar saja bisa musnah, apalagi ini cuma padepokan kecil yang tidak terkenal.Pada saat itu hawa sakti asing semakin kuat. Sebentar kemudian segelombang angin dahsyat berhembus kencang bagaikan badai yang menghantam.Anehnya gelombang angin ini tidak menghantam murid-murid

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 232

    Ki Jagatapa, Arya Soka dan Rana Surya langsung merangsek ke paling depan semuanya menghunus senjata.Si jubah hitam yang paling depan tampak tersenyum merendahkan. Tangannya melambai memberi isyarat kepada yang lainnya.Tanpa sepatah kata, Laskar Dewawarman yang hanya menurunkan sepuluh orang saja meloncat dari kuda masing-masing dan menyerang murid-murid padepokan Mega Sutra.Tidak seperti saat menyerang padepokan Sagara Kaler yang tidak turun dari kuda. Entah kenapa, mungkin mereka mempunyai perhitungan sendiri sampai harus turun dari kuda.Setiap satu orang berjubah hitam menghadai tiga sampai empat murid. Ada yang hanya murid laki-laki atau perempuan, tapi ada juga yang gabungan keduanya.Ki Jagatapa dan Nyai Mintarsih masing-masing menghadapi satu orang.Trang! Trang! Trang!Pertempuran sengit di pagi hari menghiasi padepokan kecil yang setiap harinya dilalui dengan damai ini. Perkiraan Ki Jagatapa tidak meleset. Be

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 231

    Sejak tahu Puspa Arum diam-diam mengunjungi Kameswara di puncak bukit, Rana Surya jadi ingin tahu lebih banyak tentang Kameswara.Yang dia tahu Kameswara hanya buronan yang sedang dicari-cari pihak kerajaan. Namun, kehadirannya terasa menjadi penghalang baginya untuk memiliki Puspa Arum.Ya, Rana Surya memang menyukai gadis bertubuh mungil itu sejak dia masuk ke padepokan ini. Sejak itu pula dia selalu melakukan pendekatan.Rana Surya merasa sudah menaklukan sifat si gadis yang judes. Karena kalau sedang bersamanya Puspa Arum tidak lagi judes, malah bersikap baik dan manis.Sehingga Rana Surya menyangka gadis mungil itu juga menyukainya, tapi setelah mengenal Kameswara ada sedikit perubahan pada si gadis.Yang paling mengejutkan adalah kejadian tadi, diam-diam mengunjungi Kameswara dengan membawa makanan. Walaupun sikapnya sengaja dibuat acuh, tapi tetap saja ada yang aneh.Dari kejauhan Rana Surya memperhatikan Kameswara yang se

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 230

    "Dia masih bersemedi di puncak!" Yang menjawab adalah Arya Soka."Bersemedi!"Banyak tanda tanya muncul salam benak Puspa Arum. Bukankah dia murid baru? Pertama kali bertemu saja dia tidak memiliki kepandaian apa-apa.Lantas mengapa sekarang semedi? Hal yang dilakukan oleh seseorang yang sudah tinggi ilmunya."Sebenarnya siapa dia, Ayah?" tanya Puspa Arum lagi."Sebenarnya dia seorang pendekar besar,""Untuk apa bersemedi?" Si gadis sepertinya penasaran. Padahal tempo hari dia begitu kesal pada pemuda itu."Pada saat aku temukan dalam keadaan pingsan, semua cakranya tertutup sehingga kesaktiannya terkunci,""Dari mana asalnya?"Sekali lagi Puspa Arum dibuat tersipu malu saat ditatap dengan pandangan aneh."Memangnya aku tidak boleh bertanya?" lanjut si gadis.Karena memang tidak biasanya Puspa Arum banyak bertanya. Biasanya juga judes walaupun di depan ayah, ibu dan kakaknya. Bicara ha

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 229

    Si jubah hitam tertawa lantang. "Kalau kalian tidak bisa melihat gerakanku, berarti kalian bukan tandinganku!"Dua murid padepokan saling pandang. Memang benar, rekannya tewas seketika tanpa terlihat gerakan si jubah hitam.Melihat wajah si jubah hitam sepertinya masih seumuran dengan mereka, tapi mimiknya yang kaku tampak seperti topeng. Bukan wajah aslinya."Bersiaplah menyusul kawan kalian!"Si jubah merah sudah bergerak lagi. Lebih cepat dari sebelumnya. Tahu-tahu ujung pedangnya sudah mengancam mereka.Trang! Trang!Dua murid hanya mempunyai kesempatan kecil. Masih beruntung bisa menangkis serangan si jubah hitam walau mereka harus tersurut mundur beberapa langkah.Tenaga dalam si jubah hitam ini tiga tingkat di atas mereka. Murid andalan padepokan Sagara Kaler ini memprediksikan hasil dari pertarungan ini.Namun, mereka tidak ingin mati sia-sia. Setidaknya lawan juga harus mendapatkan ajalnya. Maka keduany

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 228

    Di puncak bukit padepokan Mega Sutra Ki Jagatapa mulai membantu Kameswara untuk membuka Cakra tersisa yang masih tertutup.Ki Jagatapa membantu dengan cara mengajak Kameswara bertarung. Pada awalnya si kakek melancarkan serangan pelan-pelan saja."Jangan menghindar, tapi lawan!"Kameswara mengikuti arahan Ki Jagatapa. Tidak menghindar serangan, tapi menyambut dengan memapak, menangkis bahkan beradu pukulan.Karena hanya menggunakan tenaga kasar, maka Kameswara melakukannya dengan hati-hati. Terutama keseimbangan dan kuda-kuda serta mengatur napas yang tepat.Demi mendapatkan kembali kesaktiannya Kameswara tidak peduli rasa sakit yang didapatkan ketika menangkis, memapak atau beradu pukulan.Berkali-kali Kameswara terjatuh dan mendapatkan luka lebam, tapi itu bukan masalah baginya. Tentu saja karena ada sabuk sakti.Kameswara tidak ubahnya orang yang benar-benar baru belajar silat.Semakin lama gerakan Ki Jagatap

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 227

    Di kediaman Nyai Mintarsih.Si gadis mungil tampan bersungut-sungut sedang membalurkan ramuan obat pada tubuh Kameswara yang penuh luka.Pemuda ini melepas pakaian atasnya sehingga nampak bentuk tubuhnya kekar dan gagah meski penuh goresan luka.Kameswara senyum-senyum penuh kemenangan. Rasanya cukup setimpal atas apa yang didapatkan sebelumnya.Diobati oleh tangan mungil nan indah seorang gadis cantik putrinya sang guru padepokan.Nyai Mintarsih sudah tahu akan datangnya Kameswara atas suruhan suaminya. Wanita ini pernah melihat Kameswara sewaktu dalam keadaan pingsan saat dibawa oleh Ki Jagatapa.Tentu saja karena untuk menuju ke padepokan atas harus melewati padepokan bawah dulu.Ketika sang putri melaporkan, Nyai Mintarsih sudah menduga pasti ada kesalahpahaman. Begitu melihat siapa yang ditangkap, dia langsung membebaskan Kameswara.Sebagai bentuk tanggung jawab atas kesalahpahaman ini, Puspa Arum si gadis

DMCA.com Protection Status