Home / Romansa / MENGGODA MANTAN ISTRI / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of MENGGODA MANTAN ISTRI: Chapter 31 - Chapter 40

151 Chapters

Bab 31

“Arga,” sapa Abizar dengan pelan, mencoba mencari kata yang tepat. “Aku datang untuk berbicara dengan Diana, atau setidaknya… menyerahkan ini padanya. Ponselnya sulit dihubungi." Arga melihat surat itu dengan tatapan ragu, namun akhirnya menerimanya. “Aku akan memberikannya padanya. Tapi aku tidak bisa menjanjikan Diana akan membaca atau menghubungimu.” “Aku mengerti. Terima kasih, Arga.” Setelah menyerahkan surat itu, Gerald melangkah pergi dengan perasaan bercampur aduk. Ia tahu Diana berhak menentukan pilihan, namun dalam hatinya, ia masih memegang janji itu. Sebuah janji untuk tidak menyerah. --- Di saat yang sama, ancaman dari luar yang ia tinggalkan mulai terasa lebih nyata. Keluarga Diana dan rekan-rekan mereka yang berpengaruh menganggap keputusan Gerald sebagai penghinaan. Kabar tentang pemutusan pernikahan itu menyebar cepat di kalangan bisnis dan keluarga besar, Gerald tahu bahwa setiap langkahnya kini berada dalam pengawasan ketat. Suatu malam, ketika Ger
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 32

Gerald dengan latar belakangnya sebagai bagian dari keluarga bangsawan yang terlatih ilmu beladiri, tidak kesulitan menghadapi mereka. Gerakannya cepat, pukulannya keras dan terarah. Dalam hitungan menit, pria-pria itu terkapar, meringis kesakitan. Saat semua telah selesai, Diana berdiri terpaku, matanya penuh ketakutan. "Gerald… apa yang baru saja terjadi? Siapa mereka?" Gerald menatapnya dengan tatapan lembut yang bertolak belakang dengan kekerasan yang baru saja ia tunjukkan. "Mereka mencoba menyakitimu. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi." "Siapa mereka? Kenapa mereka mengincarku?" Diana mulai panik. "Aku akan menjelaskan semuanya nanti. Sekarang, kau harus ikut denganku. Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian." Di apartemen Gerald, Diana duduk di sofa dengan gelisah. Gerald menuangkan teh hangat untuknya sebelum duduk di seberang meja. Ia tahu ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara jujur, tapi ia juga tahu bahwa hal ini akan membuat Diana semakin sulit percaya
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 33

Gerald mendekat dengan tenang, tatapannya dingin. "Kalian pikir kalian bisa mengancamku? Kalian bahkan tidak tahu siapa yang kalian hadapi." Pria dengan samurai itu melangkah maju, senyum sinis di wajahnya. "Kalau begitu, tunjukkan apa yang bisa kau lakukan." Tanpa peringatan, pria itu menyerang, mengayunkan samurainya ke arah Gerald. Tapi Gerald sudah siap. Dengan gerakan cepat, ia menghindar dan meraih pipa besi yang tergeletak di lantai. Suara denting logam memenuhi ruangan saat samurai dan pipa saling beradu. Abizar dan anak buahnya tidak tinggal diam. Mereka melawan pria-pria lainnya, perkelahian yang penuh kekerasan. Suara tembakan bergema di udara, membuat suasana semakin mencekam. Gerald terus bertarung dengan pria bersamurai itu. Gerakannya lincah dan penuh strategi, seperti seseorang yang sudah terbiasa menghadapi bahaya. Dengan satu gerakan cepat, ia berhasil menjatuhkan samurai dari tangan pria itu dan menodongkan pistol ke kepalanya. "Kau ingin hidup?" tanya
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 34

Sementara itu, Gerald berjalan perlahan ke meja di sudut apartemennya. Ia membuka laci, mengambil sebuah foto kecil yang tersembunyi di antara tumpukan kertas. Foto itu menunjukkan Diana sedang tersenyum lebar, memegang setangkai bunga mawar putih. Ia tidak tahu kapan Diana menyelipkan foto itu di jaketnya, tapi foto itu sudah ada di sana selama berbulan-bulan. Tatapannya melembut. Hatinya menghangat, tapi juga terluka. “Kenapa aku begitu bodoh?” gumamnya. Ia menyentuh wajah Diana di foto itu dengan ujung jarinya, seolah ingin merasakan kehangatannya. “Kenapa aku tidak menyadari semuanya lebih cepat?” Gerald tahu dirinya telah membuat kesalahan besar. Ia telah menyia-nyiakan momen berharga bersama Diana, dan kini gadis itu mulai menjauh darinya. Tapi yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa ia mungkin kehilangan Diana untuk selamanya. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke sudut ruangan. Sebuah amplop kecil tergeletak di sana, berisi surat terakhir Diana sebelum ia menin
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 35

Tapi senyuman itu tidak bertahan lama. Di halaman terakhir, ada kata-kata kecil yang tertulis dengan tinta hitam. _'Kenapa kau harus menyentuh hatiku, Gerald? Aku hanya ingin melupakanmu.'_ Kalimat itu menghantamnya seperti badai. Ia sadar bahwa luka Diana jauh lebih dalam dari yang ia bayangkan. Dengan buku sketsa itu di tangannya, ia tahu ia harus menemukan Diana—tidak hanya untuk memperbaiki segalanya, tapi juga untuk mengungkapkan perasaannya yang selama ini tersembunyi. Ia menutup buku itu dengan perlahan, matanya penuh tekad. “Aku akan menemukanmu, Diana. Tidak peduli berapa jauh kau mencoba pergi.” Tapi ketika ia melangkah pergi dari taman itu, sebuah bayangan muncul di kejauhan. Diana berdiri di sana, di balik pohon besar, dengan mata yang penuh air mata. Tapi sebelum Gerald menyadari keberadaannya, Diana berbalik dan menghilang dalam kegelapan. *** Gerald berdiri di tengah ruang tamu rumah keluarganya yang megah. Udara di sana terasa berat, bukan karena kemewahan
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 36

Gerald berdiri di luar pagar rumah minimalis itu, menyadari bahwa ada banyak halangan di antara mereka. Ia melihat dari kejauhan, Diana sedang duduk di taman belakang, memegang buku sketsanya. Wajahnya tampak lelah, tapi tetap memancarkan keindahan yang sama seperti yang selalu ia ingat. Gerald melangkah mendekat, tapi sebelum ia mencapai gerbang, seseorang menghentikannya. Arga Lacon berdiri di sana, dengan tangan menyilang di dadanya. “Kau tidak seharusnya ada di sini,” kata Arga dingin. Gerald menatapnya tanpa gentar. “Aku hanya ingin berbicara dengannya.” “Tidak ada yang perlu dibicarakan,” balas Arga. “Diana sudah cukup terluka. Kau hanya akan membuat segalanya lebih buruk.” “Aku mencintainya,” kata Gerald tegas. “Aku akan melakukan apa saja untuk melindunginya, bahkan jika itu berarti menghadapi keluargamu atau siapa pun yang mencoba menyakitinya.” Arga mengepalkan tangan, tapi ia menahan emosinya. “Aku tahu aku bukan yang terbaik adikku. Arga mendekat, menatapnya taj
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 37

Diana membuka mulutnya untuk menjawab, tapi kata-kata itu tidak keluar. Ia terlalu terkejut, terlalu terguncang. "Diana, dengarkan aku!" suara Gerald bergetar. "Aku mencintaimu. Kau harus tahu itu. Aku tidak akan membiarkan siapa pun membawamu pergi, tidak lagi." Air mata mulai mengalir di pipi Diana. Ia menatap Gerald dengan campuran emosi yang sulit dijelaskan. Tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, pria kedua yang tadi mundur tiba-tiba menarik Diana ke dalam kapal. "Maaf, Tuan Gerald, tapi ini perintah!" katanya sebelum kapal mulai melaju. "Diana!" Gerald mencoba mengejarnya, tapi sudah terlambat. Kapal itu melaju ke tengah lautan, meninggalkan Gerald berdiri di dermaga dengan tubuh basah kuyup dan hati yang hancur. *** Dua hari kemudian, Gerald menempatkan dirinya berdiri di depan sebuah mansion tua di Lombok. Bangunan itu megah, tapi tampak sunyi dan sedikit berdebu. Ia tahu Arga telah membawa Diana ke tempat ini. Arga ingin mengujinya—menguji sejauh mana ia rela berjua
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 38

Pagi harinya, Diana berjalan-jalan sendirian di taman. Udara pagi yang segar memberikan sedikit ketenangan, meski pikirannya masih dipenuhi kebingungan. Ia berhenti di dekat danau kecil, memandangi air yang tenang. “Pagi yang indah, bukan?” suara Gerald terdengar dari belakangnya. Diana menoleh, menemukan Gerald berdiri beberapa langkah darinya. Pria itu tampak lelah, tapi matanya memancarkan tekad yang kuat. “Kau masih di sini,” gumam Diana, suaranya datar. “Aku bilang aku akan menunggumu,” jawab Gerald pelan. Ia melangkah mendekat, tapi menjaga jarak yang cukup agar Diana tidak merasa terancam. “Aku tidak akan pergi sampai kau percaya padaku, Diana.” Diana menghela napas. "Gerald aku butuh waktu. Dan aku butuh ruang. Kau tidak bisa memaksa ini.” “Aku tahu,” balas Gerald dengan nada lembut. “Tapi aku hanya ingin kau tahu bahwa aku tidak akan pernah menyerah.” Diana mengangguk pelan, lalu berbalik pergi. Namun, sebelum ia terlalu jauh, ia berhenti dan berkata, “Aku hanya
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 39

Keesokan harinya, Gerald mencari Diana di taman. Gadis itu duduk di bangku yang sama seperti sebelumnya, memandangi bunga-bunga yang mulai bermekaran. Wajahnya terlihat tenang, tapi Gerald tahu ada badai di dalam dirinya. "Diana," panggil Gerald lembut. Diana menoleh, sedikit terkejut melihat Gerald di sana. "Ada apa?" Gerald duduk di sampingnya, menjaga jarak agar Diana tidak merasa terpojok. Ia mengeluarkan surat Irfan dari sakunya dan meletakkannya di atas meja kecil di depan mereka. "Aku menemukan ini," katanya pelan. Diana menatap surat itu dengan mata membesar. Tangannya gemetar saat meraih amplop yang begitu familiar itu. "Kenapa kau membacanya?" "Karena aku ingin mengerti," jawab Gerald jujur. "Aku ingin tahu apa yang membuatmu menutup hatimu seperti ini." Diana menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang. "Itu bukan urusanmu." "Tapi aku ingin itu menjadi urusanku, Diana," kata Gerald, suaranya penuh dengan ketulusan. "Aku ingin menjadi se
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 40

Natasya mendekat, menyentuh lengan Gerald dengan lembut, tapi pria itu segera menarik diri. “Kau berubah, Gerald. Kau tidak seperti dulu.” “Karena aku sudah tidak mau terjebak dalam permainanmu, atau permainan keluarga kita,” balasnya. Wajah Natasya berubah serius. “Kau tahu, Kakek tidak akan membiarkanmu begitu saja. Dia memberimu satu kesempatan terakhir untuk membuatmu sadar. Kembalilah ke jalan yang benar, Gerald. Lupakan Diana.” “Kalau aku menolak?” Gerald menatapnya dengan mata tajam. Natasya tersenyum miring. “Kalau kau menolak, jangan salahkan aku kalau aku harus memainkan caraku sendiri.” “Coba saja,” balas Gerald penuh tantangan. “Aku tidak takut padamu atau siapa pun.” --- Sementara itu, Diana duduk di taman mansion-nya, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Surat Irfan masih terngiang-ngiang di benaknya, membuat hatinya terus berdebar tak menentu. Ia ingin percaya pada Gerald, tetapi bayangan masa lalu terlalu kuat untuk diabaikan. Sahabatnya, Livia, du
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more
PREV
123456
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status