Home / Romansa / MENGGODA MANTAN ISTRI / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of MENGGODA MANTAN ISTRI: Chapter 11 - Chapter 20

24 Chapters

Perubahan tak terduga

Pagi itu, hujan turun deras di luar mengaburkan jendela-jendela rumah besar yang dulunya selalu ramai oleh tawa dan canda. Alan Mendes berdiri di jendela, menatap langit yang mendung, seakan ingin menutupi seluruh kenyataan pahit yang harus dia hadapi. Di meja, selembar surat yang ia tulis dengan tangan sendiri terbuka, tergeletak begitu saja, tanpa ada yang menyentuhnya. Itu adalah surat yang berisi ultimatum kepada Tuan Satia, Ayah dari mantan istrinya, Valeria. "Vale." Suara Alan memecah keheningan, membuat Valeria menoleh. Alan tampak serius, bahkan lebih serius dari biasanya. "Aku sudah menulis surat untuk ayahmu. Aku akan mengambil semua saham Vale Group jika dia tidak segera kembali ke Indonesia dan menyelesaikan masalahnya. Aku ingin dia bertanggung jawab." Valeria menatapnya dengan tatapan kosong. Sudah berapa kali Alan mengancam untuk melakukan hal yang sama? Berapa kali dia menggunakan Vale Group sebagai alat untuk memaksanya kembali ke kehidupannya? Namun, kali ini,
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Penghianatan dan bayangan kejatuhan

Bagi Alan Mendes, hari ini tampaknya tidak akan berakhir dengan tenang. Lantai marmer di ruang kerja pribadinya terasa lebih dingin dari biasanya, seolah mencerminkan ketegangan yang melingkupi dirinya. Di meja kerjanya, tumpukan berkas dan laptop yang terbuka menunjukkan kekacauan. Semua ini akibat satu kejadian yang mengejutkan, keuangan bank miliknya, Alan CC, diretas oleh hacker. Kerugiannya bukan main—tiga triliun rupiah hilang begitu saja. Alan menatap layar laptopnya, mencoba mencari celah, mencari penjelasan, namun tidak ada yang bisa menjelaskan dengan gamblang apa yang terjadi. Kecanggihan hacker yang menyerang banknya terlalu luar biasa untuk dilawan hanya dengan teknologi biasa. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menarik napas panjang, berusaha meredam amarah yang hampir meledak. 'Apa ini? Kenapa aku bisa sebodoh ini?' gumam Alan pada dirinya sendiri, dengan tangan mengepal di meja. Violet, mantan kekasihnya yang sudah dia campakkan, tidak tampak belakangan ini.. Sej
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Akhir dari Pengkhianatan

Abizar duduk dengan tenang di ruangannya, menunggu dengan sabar kedatangan Alan temannya yang telah dia beri tahu bahwa Boy dan Violet telah ditangkap dan dibawa ke markasnya. Matanya bersinar dengan niat jahat, siap untuk memberikan hukuman kepada kedua pengkhianat itu. Sementara itu, di ruang sebelah, Boy dan Violet diseret masuk dengan kasar oleh anak buah Abizar. Mata mereka ditutup dan tangan mereka diikat rapat, membuat mereka tidak bisa bergerak atau melihat apa pun di sekeliling mereka. Violet mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang, namun Boy tidak bisa menahan diri. Dia berontak dan mencoba melawan, namun hanya mendapat pukulan oleh anak buah Abizar. "HEY! Bangun, kau masih kuat?" suara pria plontos yang tersenyum jahat di sampingnya. Boy merasakan dirinya diangkat dengan kasar dan dilemparkan ke lantai. Ia merasakan beberapa pukulan mengenai tubuhnya, membuatnya menjerit kesakitan. "Berhenti! Jangan lakukan itu!" caci Violet, yang sedari tad
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Keputusan Terakhir

"Benar, Nyonya Valeria Rush dengan sadar sudah menandatangani surat rujuk, Tuan Bram," kata Abizar suara tegasnya menggema di ruang yang penuh ketegangan. Bram menatap Abizar dengan mata yang lebar, tak percaya. Langkahnya terhenti seketika, seolah tubuhnya terkunci dalam ruang sempit. "Apa?!" ujar Bram."Ya, Tuan Bram semuanya sudah tertulis. Nyonya Vale menandatanganinya sendiri," jawab Abizar dengan nada yang sepertinya tak mengindahkan rasa kecewa Bram. "Dia memilih Tuan Alan," tambahnya lagi. Alan, yang sejak tadi berdiri dengan sikap begitu percaya diri, tersenyum penuh kemenangan. "Apa yang aku katakan, Tuan Bram? Akhirnya, Vale kembali ke sisiku. Tidak ada yang bisa menghalau jalanku. "Kamu lihat, kan? Semua yang kamu coba lakukan sia-sia." Bram menatap Alan dengan pandangan dingin. "Kau pikir kau pemenangnya?" suaranya terdengar lebih rendah, penuh ancaman. "Aku belum selesai dengan ini." Tapi Alan hanya tertawa sinis, seperti menganggap semuanya sudah berakhir. "Ap
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Obat pembawa berkah

Abizar menekan bel apartemen Vale berkali-kali. "Vale, cepatlah buka pintunya!" Vale muncul dengan wajah polos dan penuh pertanyaan. "Ada apa, Abizar? Kenapa menekan bel berkali-kali seperti itu?" "Aku membawa Alan pulang dalam keadaan kacau. Aku butuh bantuanmu untuk membawanya ke kamar." Vale terkejut. "Kenapa Alan dalam keadaan seperti itu? Ada apa dengannya?" "Kau tanyakan saja besok kepadanya setelah dia sadar. Aku pamit dulu, Vale." Vale membantu Abizar membawa Alan ke kamarnya. Setelah Abizar pergi, Vale duduk di samping tempat tidur Alan yang gelisah. Vale menggoyangkan bahu Alan. "Alan, bangunlah. Apa yang terjadi malam ini?" Alan yang masih merem melek, tiba-tiba menarik Vale untuk mencium bibirnya. "Aku tidak tahan lagi, Vale. Aku ingin kamu, sekarang juga." Vale kaget dengan tindakan Alan. "Kita tidak boleh melakukan ini, Alan. Ini tidak benar." Alan berbicara dengan nafas tersengal-sengal. "Tidak benar apanya kita ini suami istri. Tolong bantu aku menghilang
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Maladewa pulau yang tertunda

Lima bulan kemudian ...Alan dan Vale sudah lama bermimpi untuk pergi ke Maladewa. Mereka akhirnya bisa mewujudkan impian mereka setelah sempat berpisah selama bertahun-tahun. Saat mereka tiba di pulau yang indah itu, mata mereka terpana oleh keindahan alamnya. "Vale, lihatlah keindahan Maladewa ini. Sungguh luar biasa," ucap Alan sambil tersenyum. "Betul sekali, Alan. Tempat ini benar-benar seperti surga di bumi," jawab Vale sambil merasakan kebahagiaan yang mendalam. Mereka berdua langsung menuju pantai untuk menikmati matahari terbenam. Suasana di pantai begitu tenang dan damai. Pasir putih yang lembut, air laut yang jernih, dan sinar matahari yang hangat membuat mereka betah berada di sana. "Sungguh romantis, bukan? Kita berdua di sini, menikmati keindahan alam bersama," ujar Alan sambil menggandeng tangan Vale. "Ya, ini benar-benar luar biasa. Aku tidak pernah membayangkan bisa datang ke tempat ini," balas Vale dengan senyum bahagia di wajahnya. Mereka duduk di
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Sebuah ancaman

Alan menggenggam tangan Vale dengan erat, mencoba menenangkan dirinya, meskipun hatinya terus berdebar kencang. Pesan yang diterima tadi dan kemunculan dua pria besar yang tiba-tiba menghadang mereka membuat perasaan cemas semakin menguasai dirinya. Alan menggenggamnya lebih kuat, seolah memberikan kekuatan yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. "Alan... apa yang sedang terjadi?" Vale berbisik, suaranya terengah, kebingungan dan ketakutan bercampur aduk di matanya. Pria yang menghadang mereka itu, dengan tubuh kekar dan pakaian gelap, memandangi mereka berdua dengan tatapan tajam. "Kalian berdua, ikuti kami," katanya dengan suara yang rendah, namun tegas. "Ada orang yang ingin berbicara dengan kalian." Alan berdiri tegak, menatap dua pria itu dengan intens. "Siapa yang mengirim pesan itu?" tanyanya, nada suaranya begitu tegas, meskipun di dalam dirinya terasa ketegangan yang luar biasa. Salah satu pria itu tersenyum tipis, namun senyuman itu penuh ancaman. "Tanyakan
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Dewa penolong

Abizar sedang duduk santai di balkon sambil menghisap rokok. Malam itu, udara di Jakarta begitu sejuk dan angin bertiup lembut. Tiba-tiba, anak buahnya mengetuk pintunya yang memang dibiarkan terbuka. "Maaf mengganggu, Tuan. Tampaknya ada masalah dengan Tuan Alan. Kode sinyal beliau sudah berkedip selama 45 menit, lokasi berada di sebuah Villa.""Sialan! Bagaimana bisa dia berada di sana tanpa memberi tahu saya? Siapkan pesawat, kita harus segera pergi untuk menyelamatkannya. Dimana titik terakhir keberadaannya?" "Mereka berada di Maladewa, Tuan. Di sebuah villa milik Dori. Sepertinya Tuan Alan dan istrinya disandera."Abizar menghembuskan asap rokoknya. "Sialan! Baik, segera persiapkan semua perlengkapan. Kita harus segera menolongnya." "Kami siap, Tuan. Kami akan mengumpulkan tim secepat mungkin." Abizar segera meninggalkan rokok yang masih menyala di tangan dan bergegas menuju markas untuk menyiapkan segala perlengkapan yang diperlukan. Di pesawat dalam perjalanan menuju Malad
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Berita bahagia

Beberapa hari yang lalu Vale mulai berubah menjadi manja dan sering merasa mual-mual. Alan pun merasa bingung dengan perubahan sikap istrinya. Ia mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Vale. Dengan cemas, Alan menghubungi dokter pribadi mereka, Dokter Marsya, untuk memeriksa kondisi Vale. Keesokan harinya, Dokter Marsya datang ke rumah mereka untuk memeriksa Vale. Setelah melakukan pemeriksaan yang cermat, Dokter Marsya tersenyum dan berkata. "Tuan Alan, saya mempunyai berita baik untukmu. Gejala yang istrimu alami sebenarnya disebabkan oleh sindrom kehamilan." Alan begitu terkejut mendengarnya. "Apakah itu mungkin? Aku kira cuma masuk angin biasa, tapi ternyata kamu hamil, sayang," ucapnya lembut kepada Vale. Dokter Marsya mengangguk sambil tersenyum. "Ya, Tuan Alan. Nyonya Vale sedang hamil. Anda akan menjadi seorang calon ayah sekarang." Vale tersenyum bahagia. "Tentu saja, sayang. Aku bahagia sekali mendengar berita ini." Alan pun langsung mencium keni
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Masa lalu

flasback masa lalu Bela dan Alan adalah pasangan yang sangat serasi di sekolah. Mereka diidolakan oleh banyak teman karena hubungan mereka yang begitu manis dan harmonis. Alan sangat mencintai Bela, begitu pula sebaliknya. Mereka sering dikatakan sebagai pasangan yang paling romantis di sekolah mereka. Namun, segalanya mulai berubah ketika Bela mulai dekat dengan teman Alan, Mike. Alan tidak merasa curiga atau khawatir, karena dia telah percaya sepenuhnya pada Bela dan persahabatan mereka. Namun, tanpa sepengetahuan Alan, Bela dan Mike sering bertemu tanpa sepengetahuannya. Suatu hari, Alan dan Bela berencana untuk makan bersama di restoran favorit mereka. Alan sangat antusias. Namun, Alan terkejut ketika tiba di restoran melihat Mike dan bela. Mereka tertawa, bercanda, dan terlihat sangat dekat satu sama lain. Alan menatap Bela dengan wajah penuh kekecewaan. "Apa yang kalian lakukan di sini, Bela? Dan kenapa bisa bersamanya?" tanyanya, menunjuk ke arah Mike yang duduk di s
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status