Home / Romansa / MENGGODA MANTAN ISTRI / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of MENGGODA MANTAN ISTRI: Chapter 41 - Chapter 50

100 Chapters

Bab 41

Hiro yang simpati kepada temannya itu menepuk bahunya. “Hati-hati, Abizar. Ebizawa tidak akan senang kalau kau terus melawan.” “Aku tidak peduli,” jawabnya tegas. “Aku akan melakukan apa pun untuk Elsa.” Malam semakin larut, tetapi Abizar tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan bagaimana cara menjelaskan semuanya pada Elsa. Ia tahu, kepercayaannya telah dirusak, akan membutuhkan waktu—waktu yang mungkin tidak ia miliki. Sementara itu, di sebuah kamar hotel mewah, Natasya duduk sambil tersenyum puas. Ia memegang ponselnya, membaca pesan yang ia kirimkan dengan nama Abizar. Di pikirannya, Elsa pasti akan menyerah sekarang, dan Abizar akan kembali padanya. Namun, senyum itu menghilang ketika ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Pesan itu hanya berisi satu kalimat: “Kau akan menyesal melakukan ini, Natasya.” *** Langit pagi terlihat pucat, menggambarkan suasana hati Abizar yang kacau. Ia duduk sendirian di ruang tamu mansion-nya, membiarkan kehening
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 42

Elsa menyerahkan ponselnya tanpa berkata apa-apa. Livia membaca pesan itu, lalu menghela napas panjang. “Elsa, ini mungkin jebakan. Kau tahu Natasya tidak akan berhenti sampai dia memisahkan kalian.” “Tapi bagaimana kalau ini benar? Bagaimana kalau aku hanya menjadi permainan lain untuk Abizar?” “Kau tidak bisa mengambil kesimpulan hanya dari foto,” balas Livia. “Kau harus dengar penjelasannya.” “Penjelasan apa?” Elsa menggelengkan kepala. “Semua ini sudah cukup jelas.” --- Malam itu, Abizar kembali ke mansion. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Seluruh situasi terasa salah. Saat ia masuk ke ruang kerjanya, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari Hiro muncul di layar: "Natasya terlibat lebih dalam dari yang kita duga. Aku menemukan bukti tambahan." Namun sebelum ia sempat membaca lebih jauh, ponselnya kembali bergetar. Kali ini, Elsa menelepon. Abizar langsung menjawab, meskipun dadanya berdebar kencang. 'Elsa?' 'Kita perlu bicara.' 'Elsa, aku bisa jelaskan' T
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 43

"Aku tidak peduli,” Abizar memotong. “Dia sudah menghancurkan terlalu banyak. Aku tidak akan membiarkannya menang.” Abizar menutup telepon, lalu duduk di kursinya. Ia tahu ini bukan hanya tentang Natasya. Ini tentang membuktikan pada Elsa bahwa ia tidak seperti yang wanita itu pikirkan. Namun, di balik tekadnya, ada rasa takut yang tak bisa ia abaikan—bagaimana jika ia benar-benar kehilangan Elsa? --- Di sisi lain kota, Natasya duduk di kamarnya dengan senyum puas. Ponselnya berbunyi, dan ia langsung menjawab panggilan dari salah satu orang suruhannya. “Semua berjalan sesuai rencana, Nona,” suara pria itu terdengar di ujung telepon. “Foto-fotonya sudah diterima Elsa, dan reaksi yang kita harapkan terjadi.” “Bagus,” jawab Natasya dengan nada puas. “Pastikan Abizar tetap dalam tekanan. Aku ingin dia melihat bahwa tidak ada cara untuk memenangkan Elsa.” “Dimengerti,” jawab pria itu sebelum telepon diputus. Natasya menatap keluar jendela, senyum liciknya makin melebar. “Ini b
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 44

Di mansion Elsa Elsa duduk di ruang tamu, membolak-balik halaman sebuah novel tanpa benar-benar membaca isinya. Kepalanya dipenuhi kenangan tentang Abizar. Bagaimana pria itu berusaha menjelaskan, bagaimana tatapannya penuh dengan rasa sakit mendalam. Tapi foto itu... terlalu jelas. Livia masuk membawa secangkir teh hangat dan duduk di sebelah Elsa. “Kau masih memikirkannya, ya?” tanyanya pelan. Elsa mendesah. “Aku ingin percaya padanya, Liv. Tapi aku tidak bisa. Selalu ada sesuatu yang membuatku ragu.” “Kalau begitu, kau harus memberi waktu pada dirimu sendiri,” kata Livia bijak. “Tapi aku juga yakin, kalau Abizar benar-benar mencintaimu, dia tidak akan menyerah begitu saja.” Elsa hanya mengangguk pelan. Ia ingin percaya bahwa Abizar adalah orang yang berbeda, tetapi rasa sakit dari masa lalu terlalu sulit untuk diabaikan. --- Di sisi lain kota Natasya sedang duduk di sebuah lounge mewah, menikmati segelas anggur merah. Senyumnya penuh kemenangan. Ia tahu Els
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 45

Hatinya yang sudah terlanjur hancur kini dipenuhi oleh keraguan yang tak berujung. Ia ingin percaya pada Abizar, tetapi luka itu terlalu dalam. "Elsa..." Abizar memanggilnya dengan suara yang hampir bergetar. "Aku tak peduli seberapa sulitnya ini. Aku hanya ingin kau tahu aku mencintaimu. Dan aku akan melakukan apa pun untuk membuktikan itu." Elsa menggenggam dokumen di tangannya erat-erat. "Kau bilang mencintaiku, tapi selama ini kau selalu menutup dirimu dariku. Kau selalu menjauh, membuatku merasa aku hanya seorang asing di hidupmu. Bagaimana aku bisa percaya itu cinta?" Abizar terdiam. Kata-kata Elsa seperti tamparan keras yang membangunkannya dari semua kebodohannya. Ia ingin menjelaskan, tetapi tak tahu harus mulai dari mana. --- Di sisi lain kota, di sebuah lounge mewah Natasya memutar gelas anggurnya dengan gerakan santai, menikmati setiap detik kemenangannya. Senyum puas tak pernah lepas dari wajahnya. Baginya, Abizar sudah kalah, dan Elsa sudah membuktikan dirinya
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 46

"Aku tidak memintanya membuat keputusan sekarang," jawab Abizar. "Aku hanya ingin berbicara dengannya." Livia menatap Abizar sejenak sebelum mempersilakannya masuk. Elsa muncul dari ruang tengah, dan ekspresinya tak bisa ditebak. Ia terlihat ragu, tetapi tidak mengusir Abizar. "Apa yang kau inginkan, Abizar?" tanyanya pelan. Abizar menyerahkan salinan dokumen dan rekaman itu. "Ini salinan semua bukti yang kutemukan. Aku ingin kau tahu bahwa aku akan terus berjuang untuk membersihkan namaku dan memenangkan kembali kepercayaanmu." Elsa memandang dokumen itu tanpa mengambilnya. "Apa kau pikir semua ini akan membuatku langsung memaafkanmu?" "Tidak," jawab Abizar, suaranya tegas. "Aku tidak berharap kau langsung memaafkanku. Aku hanya ingin kau tahu kebenarannya. Apa pun keputusanmu, aku akan menghormatinya." Elsa terdiam lama, lalu akhirnya mengambil dokumen itu. "Aku akan memikirkannya," katanya singkat. Abizar mengangguk, lalu melangkah keluar tanpa mengatakan apa-apa lagi.
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 47

Elsa bangkit dari sofa, terkejut melihat kakak iparnya berdiri di pintu. “Darwin, ada apa?” Darwin melangkah masuk, tatapannya tajam seperti biasa. “Kita perlu bicara.” Elsa ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. “Di ruang tamu.” Saat mereka duduk, Darwin langsung memulai pembicaraan tanpa basa-basi. “Kudengar Abizar mendekatimu lagi.” “Darwin, aku—” “Aku tidak datang untuk mendengar alasanmu,” potong Darwin. “Aku hanya ingin memperingatkanmu. Abizar bukan pria yang tepat untukmu. Dia berbahaya, Elsa.” “Berbahaya?” Elsa menatap Darwin dengan alis terangkat. “Darwin, kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia sudah membuktikan semuanya. Semua itu adalah jebakan Natasya!” “Tapi itu tidak mengubah siapa dia,” kata Darwin dengan nada yang semakin tegas. “Dia masih seseorang yang terkait dengan mafia. Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau terlibat dengan seseorang seperti itu?” “Kau tidak berhak memutuskan siapa yang pantas untukku. Ini hidupku, bukan reputasimu ya
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 48

Livia menyandarkan punggungnya di sofa, menatap sahabatnya penuh empati. “Tapi apa Darwin tahu bagaimana perasaanmu? Apa kau pernah memberitahunya?” Elsa mendesah panjang. “Percuma, Liv. Darwin tidak mendengarkan. Baginya, aku hanyalah seseorang yang harus dia lindungi, meskipun itu berarti mengabaikan apa yang aku inginkan.” “Tapi ini hidupmu, Elsa,” balas Livia dengan nada lebih tegas. “Kau tidak bisa membiarkan Darwin terus mengontrol keputusanmu.” Elsa memandang Livia, matanya dipenuhi keraguan dan rasa takut. “Dan bagaimana kalau dia benar? Bagaimana kalau Abizar benar-benar berbahaya?” Livia menggeleng perlahan. “Aku tidak percaya itu. Dari caranya memperjuangkanmu, aku bisa lihat dia tulus. Mungkin kau harus percaya padanya, Elsa.” Hening sejenak melingkupi mereka, hanya suara hujan yang terdengar. Elsa tahu Livia mungkin benar, tetapi rasa takutnya pada masa lalu Abizar dan ancaman Darwin membuatnya sulit mengambil keputusan. --- Penyelidikan Abizar Abizar tidak
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 49

Saat tiba di ruang tamu, ia menemukan Abizar berdiri di tengah ruangan. Basah kuyup karena hujan, tetapi sorot matanya tetap tajam, penuh tekad. Elsa berhenti beberapa langkah darinya, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. “Kenapa kau di sini?” tanyanya pelan, tetapi nada suaranya sarat dengan emosi. “Aku ingin kau mendengar semuanya,” jawab Abizar. “Tentang aku, tentang Darwin, dan tentang alasan kenapa aku tidak akan pernah berhenti memperjuangkanmu.” Elsa terdiam. Kata-kata itu mengguncang hatinya, tetapi ia tidak ingin terlihat lemah. “Darwin tidak akan membiarkan kita bersama, Abizar. Dia sudah memutuskan. Dan aku … aku tidak bisa melawan keluargaku.” Abizar melangkah mendekat, jarak mereka kini hanya beberapa langkah. “Kau bisa melawan, Elsa. Aku tahu kau bisa. Aku tahu kau lebih kuat dari yang kau kira.” Elsa menggeleng, air matanya mulai menggenang. “Aku tidak sekuat itu. Dan aku tidak ingin melihatmu terluka karenaku.” Abizar mengulurkan tangannya, menggenggam jem
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 50

Suasana semakin memanas ketika Maya Agatha, istri Darwin, tiba-tiba muncul di ruang tamu. Ia memandang situasi itu dengan cemas, lalu mendekati Elsa. “Elsa, apa yang sebenarnya terjadi di sini?” tanyanya dengan lembut. Elsa menatap Maya dengan mata yang penuh air mata. “Aku mencintai Abizar, Maya. Tapi Darwin tidak akan membiarkan aku bersamanya.” Maya memandang Darwin dengan tatapan penuh kekecewaan. “Darwin, kau tidak bisa terus-menerus mengontrol hidup Elsa. Kau harus membiarkannya membuat keputusannya sendiri.” “Dia tidak tahu apa yang terbaik untuk dirinya!” balas Darwin dengan frustrasi. Abizar menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Darwin, aku tahu kau hanya ingin melindungi Elsa. Tapi kau harus sadar bahwa dengan mencoba mengontrol hidupnya, kau justru menyakitinya. Biarkan dia memilih.” --- Puncak Emosi Suasana di ruangan itu terasa semakin tegang. Elsa berdiri di tengah-tengah mereka, merasa terjebak di antara dua pihak yang sama-sama penting baginya. I
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status