Home / Romansa / MENGGODA MANTAN ISTRI / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of MENGGODA MANTAN ISTRI: Chapter 21 - Chapter 30

100 Chapters

Bab 21

"Vale, Alva kelihatan sehat ya saat bersama Dokter Marsya tadi." "Iya, Alva memang senang sekali saat berada dekat dengan Dokter Marsya." "Mungkin karena Dokter Marsya begitu perhatian dan lembut saat memeriksa Alva. Aku senang kita memilihnya sebagai dokter pribadi keluarga kita." "Ya, aku juga senang meskipun dia sedang hamil tanpa suami Dokter Marsya begitu mandiri dan kuat." "Yang ku tahu mantan suaminya itu pengusaha dan Dokter juga." "Oh begitu, aku selalu berdoa semoga Dokter Marsya mendapatkan kebahagiaan." "Ya, semoga," ucap Alan tersenyum kepada Vale sambil menoel-noel pipi gembul Alva. Malam hari tiba, Alva terus menangis sejak beberapa jam yang lalu. Alan dan Vale cemas melihat kondisi bayi mereka yang rewel. "Apa yang seharusnya kita lakukan, Alan? Alva terus menangis dan tidak mau dihibur." "Aku akan menghubungi Dokter Marsya. Mungkin dia bisa memberikan saran atau datang ke rumah untuk memeriksa Alva." "Tapi ini sudah malam nanti mengganggunya." "
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 22

Tok! Tok! "Selamat malam, bumil, sudah waktunya makan malam." Siska membawa nampan berisi makanan kesukaan Dokter Marsya sejak hamil, Caramel, dan udang rebus saos Thailand. "Terima kasih, Siska. Maafkan aku yang selalu merepotkan," ujar Marsya sambil tersenyum lembut. "Haduh, jangan gitu dong. Tentu saja saya sangat senang merawat Anda," balas Siska ramah. "Oh ya, terima kasih banyak, Siska sudah mau merawatku," ucap Marsya dengan senyum tulus. "Hem, sama-sama. Ayo, saya bantu duduk. Eleh-eleh Dede bayinya kayaknya manja nih. Apa masih mual, Dokter?" tanya Siska sambil mengelus lembut perut Marsya yang sudah terlihat buncit di usia empat bulan. "Sedikit mual, tapi tidak terlalu parah seperti kemarin," jawab Marsya sambil menikmati hidangan di depannya. "Ha ha ha, dasar masih di dalam perut saja sudah kesal sama Ayahnya, gimana kalau sudah lahir. Makanya jangan nonton berita gosip yang tak bermanfaat, Bumil." "Iya deh, mulai sekarang aku nggak akan nonton TV rup
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 23

Juan duduk di kursi di ruang kerja kantornya. Pikirannya kacau memikirkan mantan istrinya, Marsya. Yang menurut informasi dari anak buahnya masih tinggal di Bandung, tepatnya di sebuah klinik kecil di pinggiran kota. Juan masih belum bisa melupakan kenangan indah bersama Marsya, meskipun sudah lama mereka berpisah. Juan menimbang-nimbang untuk menemui Marsya langsung, namun ia sadar bahwa tidak mungkin baginya untuk kembali bersama dengan wanita itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk meminta bantuan seseorang untuk memata-matai Marsya dan memberinya informasi terbaru tentang kehidupan mantan istrinya tersebut. Juan pun segera menghubungi salah satu bawahannya, seorang pria bernama Ardi. “Ardi, aku butuh bantuanmu. Aku ingin kamu memata-matai mantan istriku, Marsya yang katanya masih tinggal di Bandung. Bisakah kamu melakukan tugas itu untukku?” pinta Juan kepada Ardi. Ardi mengangguk setuju. “Tentu, Pak Juan. Saya akan segera berangkat ke Bandung dan mencari tahu keberadaan Nona M
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 24

Marsya yang sibuk melamun dikejutkan oleh Siska yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. "Hei, Dokter Marsya! Apa yang kamu pikirkan sampai begitu serius?" tanya Siska ramah. Marsya tersentak dan memalingkan wajahnya dari lamunan. "Oh, maaf Sis. Aku hanya sedang memikirkan laporan keuangan klinik saja," jawab Marsya sambil tersenyum tipis. Siska mengangguk mengerti, lalu melanjutkan. "Dokter, katanya mau jalan-jalan ke taman komplek. Mau aku temani?" tanya Siska. Marsya terkekeh. "Ya, sebentar. Aku sedang bersiap-siap. Kamu mau menemaniku, Sis?" Siska tersenyum lebar. "Boleh. Kebetulan pekerjaanku juga sudah selesai. Ayo, Dokter. Kita ke taman!" ajak Siska semangat. Mereka berdua meninggalkan rumah dan berjalan menuju taman komplek yang terletak tidak jauh dari rumah mereka. Di tengah perjalanan, mereka berbincang-bincang ringan tentang pekerjaan, hobi, dan rencana masa depan. Sesampainya di taman, mereka duduk di bangku kayu yang menghadap sebuah danau kecil. Burung-bur
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 25

Sementara itu, di tempat lain, Juan duduk di kursi mobilnya dengan tatapan kosong. Pikirannya merasa campur aduk antara kekecewaan dan rindu pada Marsya. Dia tidak pernah berpikir bahwa pertengkaran mereka dulu akan berujung pada perpisahan. Juan mengingat kembali momen-momen indah bersama Marsya. Momen saat mereka pertama kali bertemu, momen saat mereka tertawa bersama di pantry, dan momen saat mereka saling merajut kasih sayang. Rasa sesak mulai terasa di dadanya. Juan tidak terbiasa merasa rapuh seperti ini. Dia selalu menutup emosinya dengan sikap dingin dan jarak. Tapi, kali ini, Juan merasa seperti sebuah bagian dari dirinya telah hilang. Tiba-tiba, ponsel Juan berdering. Dia melihat nama yang muncul di layar dan tanpa pikir panjang, Juan menjawab panggilan tersebut. 'Juan, bagaimana keadaan di sana? Apa yang terjadi?' suara dari sisi telepon terdengar khawatir. Juan terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. 'Aku akan menemuinya, aku menyesal menceraikan, Marsya.'
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 26

Di dalam ruangan megah, Abizar berdiri di depan cermin besar, mengenakan setelan jas hitam yang terjahit sempurna membalut tubuhnya. Sorot matanya yang biasanya penuh keyakinan, kini terlihat gamang. Bayangan dirinya di cermin, meskipun tampak gagah, tak mampu menyembunyikan kebingungan di wajahnya. Beberapa jam lagi, ia akan melangkah menuju altar untuk menikahi Natasya, wanita yang secara sosial dianggap cocok menjadi pendamping hidupnya. Pernikahan yang sudah dirancang dengan begitu sempurna oleh kedua keluarga, pernikahan yang diharapkan akan memperkuat kedudukan dan kehormatan kedua belah pihak. Namun, mengapa hati Abizar justru terasa semakin berat? Di tengah kesunyian itu, tiba-tiba bayangan Elsa melintas di pikirannya. Gadis itu, dengan senyum cerah dan sorot mata yang selalu penuh kehangatan, memenuhi relung hati Abizar tanpa izin. Setiap kenangan kecil bersamanya terasa begitu hidup cara Elsa tertawa, caranya bicara dengan ceria, dan caranya memandang Abizar dengan hara
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 27

Dengan satu tarikan napas panjang, Abizar melepaskan cincin itu dari jarinya, membiarkannya jatuh dengan lembut ke lantai. Semua mata mengikuti gerakan cincin itu, yang kini tergeletak di antara mereka seperti simbol dari keputusan besar yang telah diambil. Tanpa melihat ke belakang, Abizar melangkah pergi, meninggalkan altar yang megah itu, meninggalkan semua rencana yang telah disusun, dan meninggalkan Natasya yang kini terdiam dengan tatapan hampa. Suara bisikan dan desahan kekecewaan memenuhi ruangan, namun Abizar tak lagi peduli. Langkahnya mantap, semakin cepat seolah ingin segera melarikan diri dari beban yang selama ini ia pikul. Sementara itu, di tengah aula yang hening, Natasya berdiri kaku, menatap pintu tempat Abizar menghilang, hatinya diliputi kemarahan dan kehampaan. Tanpa berkata apa-apa, air matanya mulai mengalir, merasakan perihnya ditinggalkan di saat ia merasa sudah berada di ambang kebahagiaan. Dan di luar ruangan itu, Abizar merasa untuk pertama kalin
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 28

Di dalam rumah, Elsa berdiri di balik dinding, mendengar setiap kata yang diucapkan Abizar dan Amira. Hatinya bergemuruh, penuh emosi yang sulit ia kendalikan. Ia ingin keluar, ingin bertanya pada Abizar mengapa ia harus membuat segalanya menjadi lebih rumit. Tapi langkah kakinya tertahan. Ada rasa takut yang begitu besar—takut bahwa ia akan terluka lagi, takut bahwa semua ini hanya permainan lain yang akan membuatnya kehilangan dirinya sendiri. Amira mendekatinya, menatapnya dengan lembut. “Elsa, kau harus memutuskan. Jika kau masih memiliki perasaan padanya, kau harus memberinya kesempatan. Tapi jika tidak, katakan saja padanya untuk pergi.” Elsa menatap Amira, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tidak tahu, Amira. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.” Amira menghela napas. “Kadang, kau tidak perlu tahu segalanya. Kau hanya perlu mendengarkan hatimu.” --- Malam itu, Abizar kembali ke apartemennya dengan perasaan hampa. Ia membuka pintu, membiarkan dirinya jatuh di
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 29

Sampai di apartemen Abizar duduk di meja makan dengan wajah tegang, entah apa yang tengah dipikirkannya. Tanpa diduga, ia tiba-tiba mengeluarkan ponselnya dan mulai menelepon seorang hacker handal yang dikenalnya. 'Hallo, Josh? Aku butuh bantuanmu. Seseorang telah mengancamku dan aku ingin kau mengidentifikasi siapa pelakunya,' ucap Abizar dengan nada serius. Josh, sang hacker, menerima tantangan itu dengan senang hati. 'Siap, Abizar. Aku akan segera menyelidiki secara detail,' jawabnya singkat. Dalam waktu singkat, Josh berhasil menemukan jejak digital sang pelaku. Ternyata ancaman itu berasal dari IP address milik Alan, sahabat Abizar sejak kecil. Abizar terkejut mendengar hasil penyelidikan tersebut. Ia bahkan merasa sulit untuk percaya bahwa Alan yang telah bersamanya selama bertahun-tahun bisa melakukan hal seperti itu. 'Sialan, Alan! Mengapa kau melakukan ini padaku?' gerutu Abizar dalam hati. Abizar kemudian memutuskan untuk menghadap langsung pada Alan. Ia sudah
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 30

Abizar tahu, sekadar kata-kata tak akan cukup. Elsa adalah seseorang yang terluka, seseorang yang telah lama mengubur harapan untuk bersamanya. Abizar sadar, sikapnya yang dingin selama ini telah melukai gadis itu, membuatnya merasa tak diinginkan. Sekarang, semua perasaan itu meledak dalam dirinya, dan ia tak mampu mengabaikannya. Abizar menyandarkan kepalanya di kaca jendela, menatap bayangannya sendiri. “Aku mencintaimu, Elsa,” gumamnya lirih, seakan menyatakan janji pada dirinya sendiri. Pagi mulai menyingsing, dan Abizar telah memutuskan. Hari ini, ia akan berbicara dengan Darwin. Mungkin ini bukan keputusan yang mudah, tapi ia harus melangkah. Sebagai seseorang yang menganggap Darwin seperti kakak sendiri, ia harus menjelaskan semuanya, termasuk keputusannya yang kini membawa risiko. Di kantor, Darwin sudah menunggunya dengan ekspresi yang tegas. “Abizar, aku tak menduga kau akan datang pagi ini,” sambut Darwin dengan suara dingin, matanya mengamati Abizar dengan tajam.
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status