Pagi datang dengan sinar matahari yang masuk melalui tirai tipis di kamar Wulan. Namun, meski pagi menjanjikan awal yang baru, Wulan merasakan kegelisahan yang terus menghantui dirinya sejak malam sebelumnya. Dimas masih tertidur di sampingnya, wajahnya terlihat tenang, seolah semua masalah di dunia ini tidak menyentuhnya. Tetapi Wulan tahu, di balik ketenangan itu, ada badai yang sedang berkumpul.Wulan perlahan bangkit dari tempat tidur, berusaha untuk tidak membangunkan Dimas. Dia merasa perlu waktu untuk sendiri, untuk merenung dan menata kembali pikirannya yang kacau. Setelah mandi dan mengenakan pakaian, Wulan turun ke dapur, berharap kesibukan memasak bisa mengalihkan pikirannya.Namun, saat Wulan mulai menyiapkan sarapan, langkah kaki terdengar mendekat. Ana muncul di pintu dapur, wajahnya terlihat segar tetapi dengan tatapan mata yang mengisyaratkan sesuatu yang berbeda."Pagi, Mbak," sapa Ana dengan senyum tipis. "Hari ini aku bantuin masak, ya?"Wulan menatap Ana sejenak, s
Read more