Pagi menjelang, matahari baru saja muncul di balik jendela rumah itu. Suara burung berkicau seolah tak menyadari badai yang mulai menggelayut di hati Wulan. Di dapur, ia dengan cekatan mempersiapkan sarapan untuk keluarganya—kebiasaan rutin yang tak pernah ia abaikan, meski hatinya kini telah berubah.Dengan gerakan yang tenang dan anggun, ia meletakkan piring-piring berisi nasi, sayur, dan lauk di atas meja makan. Wajahnya tetap seperti biasa, penuh ketenangan. Tak ada tanda-tanda kegelisahan yang semalam memenuhi pikirannya. Bagi siapa pun yang melihatnya saat ini, Wulan adalah istri yang sempurna, ibu rumah tangga yang penuh kasih.Dimas, yang masih tampak mengantuk, berjalan ke ruang makan dengan senyum lelah. "Pagi, Sayang. Masak apa hari ini?" tanyanya sembari mencium lembut pipi Wulan.Wulan menoleh dan membalas senyumnya, meski hatinya terasa dingin. "Masak yang biasa, Mas. Sarapan dulu, ya, biar semangat kerja."Ia menatap Dimas yang duduk di meja makan. Selama ini, ia mencin
Baca selengkapnya