Hari-hari berlalu tanpa banyak perubahan, namun ketegangan di dalam diri Wulan semakin memuncak. Keluarga Dimas terus memainkan peran mereka dengan sangat halus. Di depan Dimas, mereka bersikap manis, seakan tidak ada masalah sama sekali, tapi ketika Dimas pergi bekerja, atmosfer rumah berubah dingin dan menusuk. Setiap gerakan Wulan seolah diawasi, dan setiap kesalahan kecil yang ia lakukan, meskipun tak kentara, selalu disinggung dengan sindiran yang halus namun tajam.Pagi itu, seperti biasa, Wulan sudah bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Bu Ratna muncul di dapur, kali ini tanpa Ana yang biasanya ikut menyudutkannya. Bu Ratna menyisir rambutnya dengan rapi, mengenakan gaun berwarna krem yang elegan, memancarkan aura seorang perempuan yang selalu ingin tampil sempurna."Kopi pagi ini agak hambar, Wulan. Coba tambahkan sedikit gula, lain kali jangan terburu-buru saat menyajikan sesuatu," katanya dengan suara yang tak terlalu tinggi, tapi menyiratkan kekecewaan.Wulan hanya m
Read more