Semua Bab PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri): Bab 101 - Bab 110

208 Bab

101. Pulang 1

PERNIKAHAN - Pulang Puspa mengulum senyum seraya memandang keluar jendela. Deru mobil Bram sudah meninggalkan halaman rumah. Namun suaranya tadi masih terngiang dan wangi parfumnya seolah masih tertinggal di kamar. Meninggalkan pipi yang merona dalam diam, kaget dan Puspa belum sempat menjawab kalimat itu.Debaran di dadanya belum mereda. Kamar serasa dipenuhi bunga-bunga bermekaran. Seperti remaja yang baru pertama kali jatuh cinta. Dari sekian waktu yang telah mereka lalui, hari ini sungguh berbeda. Kalimat ajaib akhirnya ia dengar juga dari bibir suaminya. Keguguran kemarin membuat Bram sangat frustasi. Dia harus menghadapi Vanya yang pergi dari rumah, pada saat yang bersamaan juga kehilangan calon bayi mereka.Puspa mengusap perutnya. Rata lagi sekarang. Padahal dia sangat bahagia dan tengah mempersiapkan acara empat bulanan tak lama lagi. Setiap detik ia berjuang untuk tidak tenggelam dalam kesedihan memikirkan kebencian Vanya terhadapnya. Namun beban emosional itu ternyata c
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

102. Pulang 2

"Iya. Wong dia pernah bilang, pengen punya suami seperti suami kakaknya yang paket komplit. Jadi Santi diam-diam menyukai Mas Bram sewaktu pria itu masih menjadi suami kakaknya. Kebetulan juga Mbak Sandra meninggal karena sakit, kesempatan dong buat Santi untuk deketin mantan ipar. Sampe ada masalah sedikit sama suaminya, dibikin besar dan dia punya alasan untuk minta cere.""Astaghfirullah.""Eh, didukung pula sama Bu Harso. Klop dah. Tapi sayang gagal ngegaet ipar. Malah sekarang ponakannya dijadikan umpan untuk mendapatkan laki-laki itu. Aku sudah ngingetin dia, tapi nggak digubris. Sayang banget, dia tuh berpendidikan, cantik, dan punya usaha. Tapi kalau terus bersikap seperti ini, jadinya perempuan nggak punya harga diri."Vanya terkejut. Napasnya sampai terengah-engah mendengar percakapan mereka. Gadis remaja itu memegangi dadanya yang sesak. Air mata sudah merembes membasahi pipi.Tadi malam sebenarnya dia sudah mendengar percakapan nenek dan tantenya. Namun belum begitu paham.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

103. Pulang 3

Vanya tersedu-sedu di pelukan utinya. Dengan sabar Bu Dewi membelai rambut dan menenangkan sang cucu."Papa di mana, Uti? Mobilnya nggak ada di garasi.""Papamu baru saja pulang dan langsung pergi ke gudang.""Bunda?" ucap Vanya lirih sambil menunduk."Bunda sekarang ada di rumah orang tuanya. Bunda keguguran dan baru pulang dari rumah sakit setelah dirawat dua hari."Vanya terperanjat memandang Bu Dewi. Keguguran lagi? Apa dia bahagia sekarang? Adik yang tidak diharapkannya telah gugur. Vanya sibuk menghapus air mata. Pasti papanya sedih dan kesal terhadapnya. Vanya takut."Uti, Vanya mau nyusul papa ke gudang.""Tunggu saja papamu pulang, Nduk.""Biar Vanya ke gudang saja." Vanya takut papanya bertambah murka. Apalagi kelakuannya membuat Puspa keguguran. Pantas saja telepon dan pesannya tidak dibalas.Vanya bangkit dari duduknya. "Vanya ke gudang dulu, Uti.""Ya sudah, kamu minta maaf dan bicara baik-baik ya sama papa."Vanya mengangguk. Kemudian melangkah ke arah timur. Melewati ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

104. Patah 1

PERNIKAHAN- Patah"Nduk, ada teman kuliahmu mampir. Dia ada di joglo depan." Bu Lurah membuka pintu kamar dan bicara pada putrinya yang sedang menyisir rambut."Siapa, Bu? Dita?" tebak Puspa. Memang Dita yang paling sering datang ke rumahnya."Bukan. Nak Rayyan yang datang."Puspa terkejut. Untuk apa Rayyan datang ke rumah. "Temui dulu, Nduk. Biar ibu bikinkan teh." Bu Lurah melangkah ke dapur. Puspa masih diam di depan cermin. Kemudian segera meraih bergo yang ada di atas tempat tidur.Kenapa Rayyan menemuinya lagi. Membuat Puspa kembali merasa bersalah karena meninggalkannya tanpa penjelasan."Hai, Puspa." Rayyan berdiri saat Puspa muncul di pintu. Wanita itu tersenyum menyambut tangan Rayyan yang menyalaminya.Hati Rayyan seketika bergetar. Itu dia, wanita yang selama ini masih tinggal di sudut hatinya. "Apa kabar, Ray?""Alhamdulillah sehat. Ibumu bilang, kamu baru pulang dari rumah sakit.""Iya.""Oleh-oleh untukmu." Rayyan memberikan paper bag berisi bolu kukus dan tahu poo.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

105. Patah 2

Keheningan kian terasa di antara mereka. Suara gerimis yang menerpa dedaunan dan atap rumah, menciptakan irama lembut. Hawa dingin menguar, membawa wangi ampo."Apa kamu ganti nomer, aku menghubungimu nggak bisa.""Iya," jawab Puspa singkat. Supaya Rayyan tidak minta nomer barunya. Padahal cowok itu sebenarnya sudah menyimpan nomernya Puspa yang ia ambil dari ponselnya Dita pagi itu."Aku mencarimu di jalan Majapahit setelah kita bertemu sore itu. Tapi aku nggak pernah menemukanmu lagi.""Malamnya aku pulang bersama suamiku."Rayyan manggut-manggut. Sekalipun sangat penasaran dengan kehidupan Puspa setelah menikah, tapi Rayyan menahan diri untuk tidak menanyakannya. Pada kahekatnya hanya membuat dirinya terluka.Hening."Terima kasih, Ray. Nggak nyangka kamu masih mau mampir ke sini," ucap Puspa setelah diam menjeda."Aku nggak pernah melupakan kamu." Akhirnya terucap juga. Rayyan tidak bisa menahannya. Dengan napas tertahan, Rayyan berusaha menahan gelombang emosi yang datang seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

106. Patah 3

Rayyan mengangguk. Kemudian pergi membawa payung yang diberikan Puspa.Puspa dan Bu Lurah menunggu sampai mobil Rayyan meninggalkan depan rumah mereka. Klakson yang dibunyikan dibalas lambaian tangan oleh Puspa."Dia mantanmu, Nduk?" tanya Bu Lurah setelah mereka masuk rumah. Membuat Puspa terkejut. Kenapa ibunya bertanya begitu."Bukan, Bu.""Jangan bohongi ibu. Waktu dia datang tadi, ibu nggak kepikiran kalau dia lelaki yang menyukaimu. Tapi setelah ibu melihat kalian ngobrol tadi, sepertinya ada sesuatu di antara kalian."Setelah Bu Lurah mengambil jemuran di belakang, dia hendak kembali ke joglo. Tapi langkahnya terhenti di balik pintu saat mendengar percakapan Puspa dan Rayyan."Bener dia mantanmu?"Puspa diam beberapa saat. Kemudian menceritakan semuanya. Bu Lurah ikut berkaca-kaca. Dia iba pada lelaki yang terlihat sangat baik tadi."Tapi sekarang kamu sudah bersuami, Puspa. Jangan lagi menoleh ke belakang. Sebaik apapun Rayyan. Bagimu saat ini, Bram yang lebih utama. Nak Bram
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

107. Karma 1

PERNIKAHAN - KarmaBram masuk kamar yang membuat Puspa terkejut. Wanita itu sedang duduk termenung di atas pembaringan. Tubuhnya terbalut sweater warna putih. Hawa memang cukup dingin setelah turun hujan.Dia pikir suaminya akan datang larut malam."Mas." Senyuman Bram membuat dadanya berdebar. Ah, Puspa ingat kalimat yang diucapkan sang suami sebelum pergi meninggalkan rumahnya tadi siang.Lelaki itu duduk di dekat istrinya setelah mengecup kening dan kembali membuat Puspa berdebar. Antara bahagia dan khawatir. Apa Bram akan marah jika tahu dirinya baru saja bertemu dengan Rayyan."Sudah minum obat?""Iya, sudah. Mas, sudah makan?""Sebelum salat Maghrib tadi mas sudah makan bareng Sony.""Aku buatin minum dulu." "Tidak usah." Bram menahan Puspa yang hendak turun dari pembaringan. Di luar tadi mertuanya sudah menawari minum, tapi ditolak oleh Bram. Puspa kembali merona dan serba salah dipandangi seperti itu. Tatapan Bram begitu dalam."Siapa yang bertamu tadi?" tanya Bram yang me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

108. Karma 2

Sejenak keheningan terasa begitu dalam. Hanya ada suara angin lembut yang menggerakkan tirai, seolah menyapu senyap di antara mereka berdua.Beberapa hari terakhir setelah Puspa kembali mengalami keguguran, hatinya dipenuhi dengan ketakutan yang tak bisa ia kendalikan. Ketakutan yang terus berbisik bahwa ia bisa kehilangan istrinya, wanita yang kini menjadi pusat dunianya.Bram sangat khawatir yang datang tadi keluarga Pak Maksum, tapi ternyata orang yang lebih membuatnya begitu resah."Mas, sudah menemui Vanya?" Puspa mengganti topik percakapan."Kalau Vanya tidak kembali ke rumah. Apa kamu juga tak ingin pulang ikut mas?""Bukan aku nggak ingin ikut. Tapi aku akan memberikan kesempatan pada Mas dan Vanya untuk memperbaiki hubungan kalian. Vanya itu putrimu, Mas. Sedangkan aku adalah orang baru. Jangan karenaku semua akan berantakan.""Dia juga harus belajar menghargai orang yang sekarang menjadi pendamping papanya. Lusa mas akan ngajak kamu kembali ke rumah. Mas yakin kamu sudah jau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

109. Karma 9

Bram melihat jam tangannya. "Kamu mandi dulu. Papa yang akan nganterin kamu dan adik berangkat sekolah. Sony juga belum turun. Buruan papa tunggu untuk sarapan."Vanya mengangguk. Dengan cepat menaiki tangga sambil membawa ranselnya."Vanya benar-benar menyesal, Bram. Kemarin sepanjang hari menangis. Akhirnya dia tahu sendiri bagaimana kelakuan mereka.""Ya, Ma.""Bagaimana kondisi Puspa?""Besok saya akan mengajaknya pulang ke sini, Ma. Kalau nanti sore Vanya menemuinya, pasti Puspa tidak akan ragu untuk pulang bersama kami."Bu Dewi lega. Satu permasalahan yang menyita pikiran putranya, sudah mulai bisa di atasi. Tapi ia yakin, keluarga Bu Harso belum tentu diam saja setelah ini.Sementara Vanya yang masuk ke kamar dan bersiap-siap untuk mandi, berbalik mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja.Santi menelepon. Vanya mematung lama sebelum menerima panggilan. Setelah sehari semalam, baru dia dicari. "Halo," jawabnya lirih dan takut."Bagus ya kamu main kabur saja dari rumah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

110. Maaf, Bunda 1

PERNIKAHAN - Maaf, Bunda"Jangan, Pa. Resikonya terlalu besar. Nyawa taruhannya," cegah Dikri yang kaget dengan keputusan papanya."Kalau sampai adikmu melahirkan tanpa suami, mau di taruh mana muka kita. Resikonya juga besar, Dik. Banyak yang kita pertaruhkan," debat Pak Maksum.Dikri berdecak lirih. Papanya lebih mementingkan harta dan nama baik daripada nyawa anak perempuannya. "Tapi resikonya terlalu besar, Pa. Denik minum pil, minum jus, minum ini itu, melakukan persis seperti yang dikatakan Mama. Tapi apa hasilnya? Janin itu tetap bertahan kan. Jadi kalau memaksakan diri, hanya akan menyakiti Denik. Bahkan dia bisa kehilangan nyawanya.""Lalu kita membiarkan anak itu lahir? Dan semua orang tahu, terus hancur semuanya. Begitu." Pak Maksum terlihat sangat stres. Wajahnya merah padam, tubuhnya tegang mondar-mandir di hadapan anak dan istrinya."Kuliah Denik juga terancam. Adikmu juga terbebani dengan omongan teman-temannya nanti. Jadi papa pikir, aborsi lebih baik. Kita cari dokt
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status