Wajah Irwan merah padam. Semua hasil dari desa-desa lain anjlok parah. Membuat lelaki itu tampak lemas. Jelas Dikri kalah telak.Dengan tergesa Irwan melangkah ke dalam. "In, aku mau pulang." Irwan juga bicara pada mertuanya. "Ayah, Ibu, maaf saya nggak bisa makan bareng, saya harus pulang."Pak Lurah memandang sang menantu yang tampak tergesa-gesa. "Hati-hati, Nak Irwan.""Yah, aku juga ikut pulang Mas Irwan. Sebentar aku ngambil tas di kamar." Indah masuk kamar, kemudian mencium tangan kedua orang tuanya. Setelah itu tergesa mengikuti suaminya keluar rumah. Keduanya masuk mobil dan langsung pergi."Tampaknya Nak Irwan kecewa, Yah." Bu Lurah berkata sambil mengambilkan nasi untuk suaminya."Irwan masih tegang-tegangnya sekarang ini, Bu. Nanti kalau dia sudah tenang, pasti bisa menyadarinya.""Ibu khawatir, kalau hubungan mereka terganggu.""Semoga saja tidak. Kita nggak sedang mengada-ada, masa iya Nak Irwan nggak paham. Lha wong adik sepupunya juga mengalami nasib seperti Puspa. Keb
Baca selengkapnya