Semua Bab PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri): Bab 121 - Bab 130

197 Bab

121. Sandra 3

Bram menarik napas dalam-dalam. Dia tidak ingin mengingatnya lagi. Dia sudah menutup rapat-rapat masa lalunya. Makanya tak salah dia bilang ke Puspa, kalau dia sudah selesai dengan masa lalunya. Benar. Bagi Bram memang sudah selesai dengan Sandra.Puspa mengerjab dan perlahan membuka mata. Bram tersenyum menatapnya. Kemudian mengecup bibir ranum yang sejak tadi ingin dilumatnya."Mas, nggak tidur?"Bram menyentuhkan hidungnya ke ujung hidung Puspa. "Kamu cantik."Puspa membalasnya dengan mencubit perut liat suaminya, membuat Bram sedikit berjingkat. Tatapan mereka saling bertaut, mesra dan romantis. Sentuhan jemari berbicara tanpa kata. Setiap desah napas menyatu dalam irama yang sama, menciptakan suasana intim di mana hanya ada mereka berdua, tenggelam dalam kebahagiaan yang menyelimuti hati. Seakan-akan dunia luar tak lagi penting, hanya keberadaan satu sama lain yang menjadi pusat segalanya.Ini bukan kali pertama Bram jatuh cinta. Namun kebahagiaan yang dulu, hanya bertahan bebera
Baca selengkapnya

122. Kehancuran 1

PERNIKAHAN- Kehancuran Hujan menyisakan gerimis saat Dikri terjebak jalanan penuh sesak ketika perjalanan pulang dari Kediri. Tiap jam begini, para karyawan pabrik waktunya pulang menyebabkan mobil merayap di aspal basah.Sambil melaju dengan tersendat-sendat, ia memperhatikan sekeliling, tanpa sengaja melihat mobil papanya yang berhasil menerobos kemacetan, berbelok di pelataran sebuah hotel yang berada tepat di kiri jalan. Tambah terkejut saat melihat papanya turun bersama seorang perempuan berbaju seksi dengan rambut sebahu. Dikri menajamkan penglihatan. Siapa wanita itu? Baru kali ini ia melihatnya. Dikri tidak memiliki celah untuk keluar dari kungkungan jalanan yang merayap, karena mobilnya berada di tengah jalan. Padahal papanya sudah bilang, dia tidak boleh keluar rumah karena besok hari pemilihan. Hari tenang. Namun dia nekat pergi sendiri karena ada urusan pekerjaan. Tidak tahunya, sang papa pun keluar. Dan di sini, ia melihat sang papa dengan selingkuhannya. Dikri yaki
Baca selengkapnya

123. Kehancuran 2

"Mungkin dalam perjalanan, Ma. Biasa ponsel papa di silent, kan?" Tidak mungkin Dikri memberitahu sang mama dalam situasi seperti ini.Dikri yang gelisah, naik ke lantai dua dan duduk di balkon. Entah sudah berapa batang rokok dihabiskan dalam sekali duduk. Mereka memang sudah semaksimal mungkin dalam kampanye. Mulai dari berkeliling ke desa-desa hingga menjanjikan program-program yang menguntungkan rakyat."Papa yakin, kamu bakalan menang. Fokus dulu pada pemilihan. Adikmu sudah ada yang mengurusnya. Setelah kamu berhasil duduk di kursi dewan, segerakan pernikahanmu dengan Maya. Mereka pun sudah keluar uang banyak untuk mensupport kita." Tadi pagi sang papa bicara seperti itu padanya.Namun sore ini Dikri gelisah bukan main. Terlebih setelah memergoki papanya. Ia mulai mempertanyakan setiap langkah yang telah diambil selama masa kampanye. Apakah janji-janjinya cukup menarik? Apakah tim kampanyenya bekerja dengan baik? Ia juga menyadari bahwa lawan-lawannya adalah politisi yang lebih
Baca selengkapnya

124. Kehancuran 3

Selesai menelepon ayahnya, ponsel Indah kembali berpendar. Ada panggilan masuk dari Denik. Gadis yang tengah hamil itu pun terisak-isak waktu bicara dengan istri sepupunya. Dia sudah tahu kabar itu. Indah berusaha menenangkan. "Aku hanya sedih mikirin mama, Mbak. Gimana mama sekarang?""Dia di kamar. Di tenangkan sama masmu. Kamu fokus saja sama kehamilanmu. Tante Ira bersama kami di sini.""Iya, Mbak. Aku hanya mikirin kondisi mama saja. Terserah dengan papa. Aku nggak peduli," ujar Denik. "Sudah tahu aku diperkosa, papa bukannya simpati, tapi malah sibuk dengan nama baiknya sendiri. Sekarang papa sendiri yang merusak reputasinya," lanjut Denik berapi-api.Indah mendengarkan sambil mengucap syukur. Memiliki ayah seperti Pak Fathir yang selalu melindungi anak-anaknya. Sikap ayahnya dan Pak Maksum sungguh jauh berbeda dalam menghadapi musibah yang sama, yang menimpa putri mereka. ***L***"Sayang, kenapa melamun?" tegur Bram sambil duduk di samping sang istri, yang termenung di ruang
Baca selengkapnya

125. Tidak Tahu Malu 1

PERNIKAHAN- Tidak Tahu MaluIrwan memandang mertuanya dengan perasaan tidak sabar. Dia benar-benar kecewa, kenapa satu pun tidak ada suara Dikri. Kalau warga tidak memilih karena sudah tahu kasus Pak Maksum, setidaknya keluarga mertuanya punya empati pada Dikri.Kerabat Pak Lurah sebagian besar tinggal di desa itu. Tapi kenapa satu pun tidak ada suara untuk Dikri. Padahal mereka tahu kalau Dikri ini saudaranya. Dan mereka telah kompak memberikan dukungan sebelum kasus viral Pak Maksum.Pak Lurah menarik napas dalam-dalam, sambil mengisap rokok di sela jemarinya. Indah yang duduk di sofa bersebelahan dengan sang ibu, juga tidak sabar dan ikut geram. Tapi ia paham, kalau ayahnya tidak mungkin bicara seperti itu tanpa alasan. Apa yang ayahnya ketahui?"Apa kesalahan Dikri, Yah? Masa iya tidak ada satu pun suara Dikri di desa ini. Uang sudah keluar banyak semenjak awal tim sukses dibentuk dan setiap warga pun menerima amplop dua hari yang lalu." Irwan benar-benar tidak sabar dan menahan
Baca selengkapnya

126. Tidak Tahu Malu 2

Wajah Irwan merah padam. Semua hasil dari desa-desa lain anjlok parah. Membuat lelaki itu tampak lemas. Jelas Dikri kalah telak.Dengan tergesa Irwan melangkah ke dalam. "In, aku mau pulang." Irwan juga bicara pada mertuanya. "Ayah, Ibu, maaf saya nggak bisa makan bareng, saya harus pulang."Pak Lurah memandang sang menantu yang tampak tergesa-gesa. "Hati-hati, Nak Irwan.""Yah, aku juga ikut pulang Mas Irwan. Sebentar aku ngambil tas di kamar." Indah masuk kamar, kemudian mencium tangan kedua orang tuanya. Setelah itu tergesa mengikuti suaminya keluar rumah. Keduanya masuk mobil dan langsung pergi."Tampaknya Nak Irwan kecewa, Yah." Bu Lurah berkata sambil mengambilkan nasi untuk suaminya."Irwan masih tegang-tegangnya sekarang ini, Bu. Nanti kalau dia sudah tenang, pasti bisa menyadarinya.""Ibu khawatir, kalau hubungan mereka terganggu.""Semoga saja tidak. Kita nggak sedang mengada-ada, masa iya Nak Irwan nggak paham. Lha wong adik sepupunya juga mengalami nasib seperti Puspa. Keb
Baca selengkapnya

127. Tidak Tahu Malu 3

"Sejak awal aku sudah ngomong kan, kalau aku nggak setuju Mas mengeluarkan uang untuk membiayai kampanye Dikri. Waktu itu aku belum tahu apa yang terjadi. Tapi aku mikirnya, kita sendiri butuh menabung, Mas. Untuk usaha atau investasi. Tapi Mas ngeyel. "Satu lagi, aku percaya kalau ayahku nggak makan sepeserpun uang kalian. Jangan curigai ayahku. Dia lelaki paling jujur yang kukenal selama ini. Kalau ayahku tipe serakah, dana desa sudah banyak masuk ke kantong pribadinya, Mas. "Hasil pertanian ayah, lebih dari cukup untuk hidup kami. Bahkan untuk daftar haji ayah dan ibu. Meski untuk berangkat ke tanah suci mesti nunggu bertahun-tahun lagi."Indah membuka lemari dan membuka laci di dalamnya. Di keluarkan kota perhiasan berwarna merah. "Akan kujual perhiasanku untuk mengganti uangmu dan uang papa. Kalau nggak cukup, aku akan bilang ke ayah. Kalau nggak cukup lagi, aku akan bicara sama Bram. Aku yakin ayah dan Bram mau mengganti uangmu dan uang papa. Kalau Mas merasa, ayahku memanfaat
Baca selengkapnya

128. Gerimis dan Romantis 1

PERNIKAHAN - Gerimis dan Romantis Bu Maksum terduduk lemas di lantai. Dalam dekapan Dikri yang berusaha menenangkannya. "Kita sudah nggak memiliki apa-apa lagi, Dik," ucapnya di antara isak tangis."Kalau itu cara untuk menebus kesalahan kita, biar saja, Ma. Kita bisa tinggal di rumah yang lain. Lebih kecil dan sederhana juga nggak apa-apa." Mereka masih memiliki rumah bangunan lama, milik nenek mereka dulu. "Atau kita bisa tinggal bersama Denik di Malang.""Kamu nggak kecewa dengan kekalahan ini?" Dikri menarik napas panjang. "Kecewa nggak seberapa. Karena papa sendiri yang menghancurkannya. Kalau aku kalah karena permasalahan lain, mungkin papa akan menyalahkanku. Papa yang keluar uang, yang memaksaku menjadi anggota dewan. Tapi papa sendiri yang akhirnya menghancurkan. Jadi untuk apa aku kecewa. Yang kupikirkan sekarang hanya Denik. Sejak awal aku sudah pesimis untuk menang.""Kamu bisa sesantai itu." Bu Maksum seolah tidak terima atas sikap putranya."Terus aku harus bagaimana,
Baca selengkapnya

129. Gerimis dan Romantis 2

Tiba-tiba hujan campur angin turun dengan deras pagi itu, seakan mewakili kekacauan yang berkecamuk di dalam hati Dikri. "Bagaimana tanggapan Mbak Indah, Mas?""Kami sempat bertengkar tadi malam.""Karena apa?"Irwan menceritakan perselisihannya dengan sang istri. Kemudian Dikri beranjak dan masuk ke dalam untuk mengambil sertifikat tanah yang disembunyikan di laci kamarnya. Lahan itu cukup untuk mengganti uang Dikri dan papanya.Namun alangkah terkejutnya, ketika tidak menemukan apa yang dicarinya. Di ubek-ubek seluruh kamar, ruang kerja, kamar papanya, tapi tetap tidak ketemu. Tidak mungkin dia salah menyimpan."Cari apa, Dik?" tanya sang mama."Mama, tahu sertifikat tanah di Gondang, nggak?""Dibawa papamu seminggu yang lalu."Dikri langsung lemas. "Bagaimana Mama bisa tahu di mana aku menyimpan sertifikat itu?""Maafkan mama. Waktu mama masuk kamarmu, mama melihat sertifikat itu. Kalau tahu bakalan begini, mama nggak akan memberikan sertifikat pada papamu." Bu Maksum sangat meny
Baca selengkapnya

130. Gerimis dan Romantis 3

Puspa tersenyum. Ini kode dari suaminya. Bram sering mengirimkan pesan demikian ketika tidak ada di rumah. Biar Puspa bisa menyambutnya dengan istimewa di peraduan mereka.Obat dari segala rasa letih dan stres karena berbagai permasalahan seorang suami adalah istri dan anak-anaknya. Jadi bagi Puspa, hal ini bukan sesuatu yang berlebihan diminta oleh suaminya. Toh, dirinya tidak disuruh banting tulang membantu mencari nafkah. Hanya ingin dilayani saja. Mendengar dia bercerita dan menghabiskan beberapa waktu untuk bercinta. Apa itu memberatkan? Tidak. Karena itu juga kewajibannya sebagai seorang istri.Lagi pula Bram juga tidak banyak permintaan. Hanya sesekali saja mengirimkan pesan demikian. Biasanya dilakukan kalau dia sangat sibuk dengan pekerjaan."Sudah pas, Bun." Vanya muncul dan Puspa meletakkan kembali ponselnya.Gadis itu menunjukkan gamis yang dikenakannya. Sambil berputar-putar di depan Puspa. Wajahnya begitu ceria. Ternyata Puspa semenyenangkan itu. Dia tidak hanya sebagai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status