Semua Bab PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri): Bab 81 - Bab 90

197 Bab

81. Tanpa Sekat 2

"Ibu, yakin mereka baik-baik saja? Mantan iparnya Mas Bram, si Santi itu suka sinis kalau nggak sengaja kami bertemu saat nganterin anak-anak." Naina dan Monica sekolah di tempat yang sama. Salah satu SD favorit di kota mereka."Mungkin dia ada hati sama mantan kakak iparnya, Bu. Tapi Mas Bram menikahi Puspa. Ini dugaanku saja sih. Aku dan dia nggak pernah ada masalah, bersinggungan urusan sekolah pun nggak pernah. Anak-anak juga beda kelas. Nai kelas dua, anaknya Santi kelas empat. "Dulu kalau kebetulan bertemu di depan sekolahan saat nganterin atau jemput anak-anak. Kamu diam karena nggak saling kenal. Eh, beberapa bulan ini, setelah Puspa nikah sama Mas Bram, dia jadi lain saja. Suka mandangin dengan sengaja. Terlihat kepo, Bu.""Biarin saja. Jangan memulai kalau nggak dimulai," jawab Bu Lurah seraya mengajak putri sulungnya masuk ke rumah. Saat itu matahari sudah tergelincir ke barat.***L***Tawangmangu ...."Puspa, terima kasih sudah bersabar untuk tetap berusaha mengambil hat
Baca selengkapnya

82. Tanpa Sekat 3

Puspa kembali berdebar. Bulu kuduknya meremang. Apa yang akan mereka lakukan selama empat hari itu? Ah, Puspa. Kamu bukan anak kecil lagi. Kalian sudah beberapa kali melakukannya, tidakkah kamu paham.Oh, andai dia tidak mengalami kepahitan itu, pasti sangat percaya diri melewati masa-masa pengantin baru yang kata orang sangat indah. Menggebu dan menggelora. Seperti Indah dan Irwan dulu. Tergila-gila satu sama lain. Begitu mesra, tidak bisa menjauh meski hanya sebentar saja.Tapi jika tidak ada peristiwa itu, apa mungkin dia akan menikah dengan Bram. Bukankah ada Rayyan? Yang sampai sekarang mungkin bertanya-tanya, apa yang membuat dirinya meninggalkan cowok itu."Kita ke kamar. Sudah azan Maghrib," ajak Bram setelah mendengar sayup-sayup suara azan. Sore sudah tenggelam berganti senja.Mereka melangkah masuk melewati anak-anak yang sedang menonton TV."Pa, malam ini kita ke mana?" tanya Sony menghentikan langkah sang papa."Adek mau makan apa? Kalau malam wisata kita ya kulineran," j
Baca selengkapnya

83. Dari Hati ke Hati 1

PERNIKAHAN- Dari Hati ke Hati"Sayang, diminum tehnya."Dada Puspa berdesir dan menghangat mendengar lagi panggilan itu untuknya. Sudah dua kali ini Bram memanggilnya Sayang. Bram meletakkan segelas teh panas dan air putih hangat di karpet tempat duduk mereka pagi itu. Tepat di depan jendela kaca."Maaf, aku sampai tak ingat ngambilin air minum." Puspa tak enak hati. Bram keluar kamar ternyata untuk membuatkannya minum."Tidak apa-apa." "Terima kasih, Mas."Bram menjawabnya dengan senyuman. Lalu ikut berlindung di dalam selimut yang dipakai Puspa. Lengan mereka bersentuhan. Puspa beringsut pelan. Padahal yang mereka lakukan semalam lebih dari sekedar duduk berdekatan.Memang emosi Puspa masih belum stabil. Lagi dan lagi ia harus bersabar menghadapinya. Untuk membuat Puspa bicara tentang apa yang ada di pikirannya, apa yang dirasakannya pun, Bram tidak bisa memaksa. Menghadapi hal begini bukan hal baru. Setegas apapun dia, kesabarannya pernah diuji bertahun-tahun lamanya. Dia tetap
Baca selengkapnya

84. Dari Hati ke Hati 2

"Masih banyak cara untuk membuatnya hancur. Kita sedang memulai untuk memberinya pelajaran," lanjut Bram."Mas, akan menanggung banyak resiko.""Mas sudah memikirkannya." Tatapan Bram menerawang. Di kejauhan, puncak-puncak bukit tersembunyi di balik tirai putih kabut, seolah enggan memperlihatkan dirinya.Bram tahu resikonya. Maka itu bertindak sangat hati-hati. Kalau sampai usahanya ini terbongkar. Dia tidak hanya harus melindungi Puspa, tapi juga kedua anaknya, mamanya, juga bisnisnya. Maksum punya kuasa. Bisa melakukan banyak cara untuk menghancurkannya. "Hentikan saja, Mas. Biarlah mereka berkuasa. Suatu hari pasti akan hancur sendiri. Aku nggak ingin, Mas menanggung resikonya. Gara-gara aku, banyak yang Mas Bram pertaruhkan. Bisnis, uang, dan keselamatan keluarga.""Kita sudah memulai, Puspa. Doakan saja apa yang Mas lakukan bisa memberikan mereka pelajaran."Netra Puspa berkaca-kaca. Bukan tenang, justru membuat Puspa kian cemas. Bram memeluknya. Raga yang awalnya menegang, per
Baca selengkapnya

85. Dari Hati ke Hati 3

"Astaga. Berani-beraninya kamu baca privasi orang." Dita sewot. "Kamu juga baca chat-ku dengan cowokku?""Sumpah, nggak. Aku hanya baca pesannya Puspa. Maafkan aku, Dit.""Ya ampun. Kamu baca semuanya? Dan sekarang kamu tahu rahasia itu, Ray?" Dita menyesal. Kenapa begitu ceroboh meninggalkan ponselnya. Padahal chat dari Puspa belum sempat dihapus. Puspa pasti marah kalau sampai tahu hal ini. Padahal di antara sekian teman, hanya Dita yang dipercaya mendengar kisahnya."Kenapa Puspa nggak mau ngomong saja sama aku, Dit?" Suara Rayyan bergetar. Dita pun berkaca-kaca."Kenapa justru menjauh dan menikah dengan orang lain?""Ya ... ya karena baginya itu aib, Ray. Kamu mestinya bisa mengira bagaimana perasaan perempuan yang mengalami pelecehan. Ini bukan pelecehan lagi, tapi pemerkosaan. Dia bilang kalau nggak layak buatmu. Makanya dia menjauhimu dan menerima perjodohan yang diatur orang tuanya.""Kenapa kamu nggak langsung memberitahuku seketika itu, Dit? Jadi Puspa nggak sampai nikah sa
Baca selengkapnya

86. Mangga Muda 1

PERNIKAHAN - Mangga MudaVanya mendekati Puspa dan melihat ke dalam kamar. Ada Mak Sri di sana. Gadis itu memandang ibu tirinya. Tinggi mereka sama. Memang benar, mereka seperti kakak adik jadinya."Jangan khawatir, aku nggak bakalan masuk, Vanya. Tadi hanya kebetulan, aku keluar kamar dan melihat Mak Sri hendak bersih-bersih," ujar Puspa pada Vanya yang berdiri di depannya. Sejak di semprot Vanya malam itu, Puspa tidak ada keinginan untuk masuk ke sana lagi. Ia hanya berdiri di depan pintu kamar dan melihat ke dalam. Itu pun karena ada Mak Sri.Mak Sri yang sedang bersih-bersih, memperhatikan dua majikannya dengan perasaan cemas.Gadis remaja itu memandang Puspa beberapa saat, lantas kembali masuk kamar tanpa bicara apa-apa. Sekarang tidak lagi menyemprot dengan kata-kata, tapi membisu. Namun mata itu bisa mengungkapkan isi hati pemiliknya. Vanya memang belum benar-benar menerimanya.Puspa menuruni tangga untuk ke dapur mengambil teko air minum yang tadi dicucinya.Sabar, Puspa. Sed
Baca selengkapnya

87. Mangga Muda 2

Tapi jujur saja, Puspa penasaran. Siapa orang yang dimaksud Mak Sri mencampuri urusan rumah tangga suaminya dengan Sandra. Sejauh mana dan seperti apa hubungan mereka sebenarnya. Hanya penasaran yang berkecamuk dalam benak.Pintu terbuka. Bram tersenyum ke arahnya."Mas, mau ganti baju?" tanya Puspa."Tidak usah. Mas tadi hanya ngobrol sama Dahlan.""Apa sebaiknya kita biarkan saja mereka, Mas. Banyak yang akan Mas korbankan untuk hal ini. Aku sudah nggak apa-apa. Mas, bisa menerimaku saja, dah sangat bersyukur. Hentikan saja. Besok aku akan ngomong ke ayah sambil nganterin oleh-oleh. Kalau aku yang bicara, ayah pasti mengerti."Bram menangkupkan kedua telapak tangannya di kedua pipi Puspa. Mata mereka bertemu. "Kita sudah memulainya, Puspa. Setidaknya kita juga bisa menyelamatkan warga dari pemimpin yang tak layak. Mereka maju menjadi anggota dewan bukan untuk memajukan bangsa, tapi demi kepentingan mereka sendiri. Kita lanjutkan saja, kamu tidak usah takut."Melihat keseriusan itu,
Baca selengkapnya

88. Mangga Muda 3

Satu bulan kemudian ...."Yang, ada apa dengan ayah. Akhir-akhir ini lebih sering menyendiri dan sepertinya enggan membahas lagi tentang pilkada." Irwan bicara setelah berbaring di samping sang istri."Sejak tahu apa yang terjadi dengan Puspa, ayah memang berubah. Dia terpukul sekali dengan peristiwa itu," jawab Indah."Tapi Puspa sudah bahagia dengan suaminya. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.""Apa Mas kira, begitu mudahnya seorang ayah melupakan kehormatan putrinya yang telah dinodai? Kamu juga seorang ayah, Mas. Kamu kadang juga nggak terima kalau anak kita menangis gara-gara dicubit sama keponakanmu sendiri. Atau mainan miliknya dirampas paksa."Padahal itu hanya sekedar cubitan dan sekedar mainan. Kalau Puspa ini yang dirampas kehormatannya. Mas, nggak tahu betapa sayangnya ayah sama Puspa. Waktu kecil dulu, Puspa ini sering sakit-sakitan, makanya mendapatkan perhatian lebih.""Kenapa Puspa nggak dipaksa saja ngasih tahu siapa pelakunya?" Indah bergerak miring menghadap
Baca selengkapnya

89. Dibayar Kontan 1

PERNIKAHAN- Dibayar KontanMungkinkah dia hamil? Hal yang sempat dipikirkan beberapa hari yang lalu. Sebab tidak kunjung haid. Tapi diabaikan karena dokter bilang kalau habis melahirkan atau keguguran, biasanya tidak langsung haid untuk bulan berikutnya."Bener, Nduk. Kamu hamil?" tanya Bu Lurah mengulang sambil mendekat pada Puspa yang masih memegang galah."Aku belum tahu, Bu." Puspa sendiri tampak bingung. Karena dia baru ingat kalau belum haid lagi pasca keguguran. "Loh kok nggak tahu. Kamu haid apa nggak? Dokter bilang kalau kamu disarankan jangan hamil dulu minimal empat bulan pasca keguguran."Puspa menaruh galahnya dan duduk di bangku kayu dekat emperan dapur belakang. "Kalau habis minum pil KB kepalaku pusing, Bu. Mual juga. Makanya jarang aku minum. Lagian kalau minum pil itu, aku ingat bagaimana wanita jahat itu memaksaku untuk minum pil yang entah aku nggak tahu namanya.""Jadi kamu nggak teratur minum pilnya?""Nggak.""Bisa jadi kamu hamil. Sejak kecil kamu kan nggak s
Baca selengkapnya

90. Dibayar Kontan 2

"Dari mana to kalian berdua ini?" tanya Pak Lurah yang baru pulang dari balai desa. Laki-laki itu keheranan melihat istri dan anaknya. Kenapa pula Bu Lurah yang nyetir, bukan Puspa."Dari Bidan Yanti, Yah. Ayah, bakalan punya cucu lagi." Wajah Bu Lurah berbinar-binar menyampaikan kabar itu. Pak Lurah yang akhir-akhir ini jarang sekali tersenyum, mendadak terharu sekaligus bahagia. Senyum terukir di bibirnya yang dinaungi kumis tebal. Kemudian mendekati Puspa dan merangkulnya ke dalam. Mereka duduk di kursi ruang makan.Si mbok yang bantu-bantu di rumah Pak Lurah, turut bahagia mendengar kehamilan Puspa. Wanita itu segera menyiapkan buah seadanya dan cobek untuk membuat rujak yang tadi diinginkan anak majikannya.Dialah saksi tumbuh kembang anak-anak Pak Fathir. Sebab sudah bekerja pada keluarga itu semenjak Indah Dan Puspa masih kecil. Pak Lurah memiliki sawah dan kebun yang luas, selalu membutuhkan orang untuk membantu istrinya memasak. Tapi kalau sore, si mbok pulang ke rumahnya. K
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status