Vanya melangkah pelan, karena tahu ada Puspa di sana. Menyadari itu Puspa mengambil jarak, duduk di kursi lain untuk memberi kesempatan Vanya bicara dengan papanya. "Papa kemarin bilang kalau kita mau liburan. Pas juga dengan ulang tahun adek. Kakak, ada ide kita pergi ke mana?" Bram memandang anak sulungnya."Terserah, Papa," jawabnya singkat. Tak ada lagi diskusi dan perdebatan lucu seperti sebelumnya. Anak perempuan yang identik manja dan dekat papanya, kini serasa makin menjauh. Tidak sehangat dulu. Tidak seperti hubungan Puspa dengan ayahnya yang penuh perhatian dan kasih sayang."Papa belum selesai bicara, Vanya," cegah Bram ketika Vanya berbalik hendak kembali ke meja makan."Vanya nggak punya ide, Pa. Terserah saja mau pergi ke mana."Suasana mendadak tegang. Puspa bangkit dari duduknya. "Aku siapin sarapan dulu. Sony, mau dibuatin susu nggak?""Mau, Bun." Sony mengekori bundanya ke dapur. Tinggallah Bram dan Vanya."Duduklah. Papa ingin bicara sebentar. Masih ada waktu." Ini
Baca selengkapnya