Berbagai nasehat, masukan, pandangan, dijabarkan dokter Anggi dalam sisa waktu satu jam itu. Dia tidak bisa menyediakan waktu lebih karena harus berangkat ke rumah sakit.Akhirnya sesi kedua telah selesai. Dokter Anggi mengantarkan pasiennya hingga ke halaman depan. Puspa terlihat lebih semringah daripada waktu datang tadi. Wajahnya cerah dan senyum menghiasi bibirnya."Mas, kalau ada waktu. Kita ke rumah ayah nanti malam. Di hadapan kalian, aku ingin memberitahu siapa lelaki durjana itu." Puspa berkata dengan wajah menunduk, ketika mobil sudah meninggal rumah dokter Anggi."Oke. Kita ke sana habis maghrib, ya."Puspa mengangguk."Sebelum kita pulang, ada yang ingin kamu beli?""Antarkan aku ke toko perlengkapan kue, Mas. Aku mau beli bahan untuk membuat sponge kek pisang. Kulihat tadi ada pisang di meja yang nggak dimakan.""Oke, Sayang." Bram menjawab dengan santai.Oh, panggilan yang membuat Puspa mendadak salah tingkah. Pipinya sampai bersemu merah begitu. Sungguh mengejutkan meli
Read more