All Chapters of PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri): Chapter 51 - Chapter 60

197 Chapters

51. Janji 1

PERNIKAHAN - Janji Puspa membuka handle pintu kamar, tapi urung keluar saat mendengar suara Vanya dan seorang wanita di dekat tangga. Ketika diintip, Puspa tahu siapa perempuan berbaju ungu yang bersama putri tirinya. Mereka sempat bertemu ketika Santi menghadiri pernikahannya dengan Bram."Makasih banyak, Tan. Cepet banget ya penjahitnya." Vanya membentang seragam baru di tangannya. Mereka juga melangkah duduk di sofa."Memang tante yang nyuruh supaya dikerjain duluan. Hari Senin kan mau kamu pakai. Kamu jadi nginap di rumah nenek, nggak? Sekalian bareng tante saja.""Iya, aku males di rumah. Perempuannya papa sudah pulang." Jawaban Vanya cukup mencubit dada Puspa. Sakit sekali. Perempuan. Itu sebutan Vanya untuknya, tidak ada sopan-sopannya. Diucapkan dengan nada sinis pula."Jadi dia sudah pulang?" Santi bertanya dengan suara berbisik. Namun Puspa masih bisa mendengarnya karena ruang lantai dua cukup hening. Perasaannya yang sedikit tenang, kini terkoyak kembali."Iya. Main kabur
Read more

52. Janji 2

"Papa tidak melarangmu nginap di rumah nenek. Tapi ingat, papa tidak ingin kamu kembali ke rumah ini membawa cerita yang berbeda. Papa belum bisa cerita, Vanya. Tapi kita punya kehidupan sendiri dan privasi di rumah ini, yang orang luar tidak perlu tahu. Sekalipun itu nenek, tante, atau saudara mama yang lain. Kamu paham?""Iya," jawab Vanya pelan."Mama Sandra tidak bakalan bisa tergantikan oleh siapapun sebagai ibu kandung kamu. Tapi kamu juga harus menghormati Bunda. Jika kamu wajib menutupi perihal apapun tentang mama, itu juga yang harus kamu lakukan terhadap bunda. Papa tidak ingin, orang luar tahu apa yang terjadi di rumah ini. Termasuk tentang kepergian bunda beberapa hari kemarin. Kamu tidak mengerti apa yang terjadi dengan permasalahan orang dewasa, Vanya."Satu lagi, kita memang memiliki hubungan keluarga dengan nenek dan Tante Santi. Tapi papa punya kehidupan pribadi yang tidak seharusnya mereka tahu. "Kalau kamu anggap kepergian papa beberapa waktu yang lalu itu karena t
Read more

53. Janji 3

Saat mereka sampai di ruang makan, Sony juga pulang dari bermain. Bocah lelaki itu langsung masuk kamar mandi untuk cuci tangan dan kaki. Kemudian bergabung di meja makan. Puspa senang, ada Sony di antara mereka yang bisa mencairkan suasana.***L***Bulan purnama bulat sempurna menghias langit malam. Cahayanya jatuh pada pucuk-pucuk daun pepohonan rindang dan biasnya menembus menyentuh tanah menampakkan bayang-bayang yang indah, karena diembus angin sepoi-sepoi.Puspa berdiri menikmati malam dari balkon kamar. Sedangkan Bram menerima tamu di lantai bawah.Bagaimana hari esok? Apa dia akan bertahan di sini sebagai istri atau pergi dengan status sebagai mantan. Perkataan Vanya tadi siang masih terngiang di telinga. Jadi sebenarnya Vanya mengharapkan Santi-lah yang akan menjadi pengganti mamanya. Namun justru papa mereka menikahinya. Satu kenyataan yang menambah sesak beban dalam dada."Kalau ada yang mengganjal, tentang apapun itu. Sebaiknya dibahas bersama suami. Mbak Puspa, nggak bisa
Read more

54. Mulai Nyaman 1

PERNIKAHAN- Mulai Nyaman Bram membenahi selimut istrinya yang terlihat sangat tegang. Namun Bram berusaha tetap tenang. Walaupun gelora dalam dada sedang menggelepar-gelepar. Ini salahnya. Dan harus siap menerima konsekuensinya.Dia juga menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sendiri. "Puspa, tidak perlu terlalu ke pinggir. Tempat tidur ini lebih dari muat untuk kita berdua. Lanjutkan tidurmu!" ucap Bram sambil berbaring miring menghadap Puspa. Memandang hidung bangirnya.Puspa mengangguk pelan lantas memejam. Di bawah selimut, Bram menautkan jemari mereka. Puspa berjingkat, tapi Bram menahannya. "Tidur dengan tangan seperti ini, tidak akan mengganggumu!"Hening. Hanya suara serangga malam di luar sana yang terdengar. Puspa hanya memejam tapi tidak terlena. Tiap kali jemarinya hendak dilepaskan dari genggaman Bram, lelaki itu menahannya. Jadi sebenarnya mereka sama-sama tidak bisa tidur hingga beberapa jam kemudian. ***L***Saat Puspa terbangun, Bram sudah tidak ada di sebelahnya.
Read more

55. Mulai Nyaman 2

"Nah, makanya itu. Jangan mudah dipengaruhi. Kalau Bunda nantinya punya anak, adik bayi itu menjadi adiknya Sony dan Mbak Vanya. Bohong kalau mereka bilang, kasih sayang kami pada kalian akan berkurang. Tidak akan ada yang berkurang. Papa dan bunda akan menyayangi kalian sama besar. Sony, mengerti kan?""Mengerti, Pa. Sony juga pengen punya adik. Teman-teman Sony banyak yang punya adik. Mereka sering beli jajan dibawa pulang untuk dikasihkan ke adiknya. Tapi Kak Vanya bilang kalau dia nggak mau punya adik lagi. Padahal adik bayi itu kan lucu, kiyut, imut." Bram tersenyum. "Kalau gitu papa mau mandi dulu. Nanti kita sarapan bareng-bareng.""Sony juga mau mandi." Bocah itu pun mengekori papanya menaiki tangga.Dari cerita Sony, memperkuat dugaan Bram kalau keluarga Sandra memang begitu dalam menanamkan kebencian anak-anak pada ibu tiri mereka. Jelas karena kecewa, karena ia menolak menikahi Santi. Dia ingat bagaimana dulu ibunya Sandra mendukung Santi bercerai dari suaminya, disaat pa
Read more

56. Mulai Nyaman 3

Niat Puspa berjilbab kemarin untuk menghilangkan jejak, tapi ternyata keterusan sampai sekarang. Orang pasti selalu punya alasan kenapa berubah. Beruntung kalau perubahan itu bisa menjadikan diri lebih baik lagi. Setahunya, almarhumah Sandra tidak berjilbab. Semua fotonya menampakkan rambut indahnya yang tergerai sebawah bahu. Dia wanita anggun, cantik, dengan tatapannya yang teduh. Tapi sejak awal bersama Bram, lelaki itu memang tidak pernah menceritakan tentang istrinya. Apalagi memuji dan membandingkan antara Sandra dan dirinya. Hanya saja foto wanita itu masih ada di kamarnya anak-anak dan di ruang kerjanya. Di kamar pribadi mereka ada foto pernikahannya yang terbingkai rapi tergantung di dinding. Sementara di ruang santai lantai dua, ada foto dengan formasi keluarga mereka sekarang ini.Bahkan ketika mendapati dirinya tidak lagi virgin, Bram juga tidak menyinggung almarhumah istrinya yang masih perawan. Lelaki itu marah karena dirinya tidak jujur saja saat ditanya. Hanya itu p
Read more

57. Sampai Kapan 1

PERNIKAHAN - Sampai Kapan"Kamu tunggu di mobil. Mas nggak akan lama." Bram bicara pada Puspa seraya membukakan pintu mobil. Setelah istrinya duduk, Bram mengajak Dahlan agak menjauh. Khawatir Puspa bisa mendengar apa yang mereka bahas."Hari Sabtu depan, tim sukses dari saudara Dikri akan mengadakan sosialisasi mengenai budidaya ternak dan pertanian, Bos. Itu hanya dalihnya saja, padahal ada money politik untuk pemilihan awal tahun depan. "Warga sini dan warga desa sebelah sudah di data yang akan ikut. Mereka harus menyerahkan fotocopy KTP. Pertemuannya dimulai jam sebelas siang. Mereka akan dapat snack, makan siang, dan uang saku.""Pertemuannya di mana?""Di tempat pertemuan para warga pemilik kebun. Balai pertemuan di tengah hutan itu, Bos.""Oke. Pembahasan ini kita lanjutkan nanti setelah saya kembali dari mengantarkan Puspa.""Siap." Dahlan melangkah kembali ke gudang. Sedangkan Bram ke mobilnya. Yang penting sekarang mengantarkan istrinya dulu, setelah itu mengatur rencana u
Read more

58. Sampai Kapan 2

Berbagai nasehat, masukan, pandangan, dijabarkan dokter Anggi dalam sisa waktu satu jam itu. Dia tidak bisa menyediakan waktu lebih karena harus berangkat ke rumah sakit.Akhirnya sesi kedua telah selesai. Dokter Anggi mengantarkan pasiennya hingga ke halaman depan. Puspa terlihat lebih semringah daripada waktu datang tadi. Wajahnya cerah dan senyum menghiasi bibirnya."Mas, kalau ada waktu. Kita ke rumah ayah nanti malam. Di hadapan kalian, aku ingin memberitahu siapa lelaki durjana itu." Puspa berkata dengan wajah menunduk, ketika mobil sudah meninggal rumah dokter Anggi."Oke. Kita ke sana habis maghrib, ya."Puspa mengangguk."Sebelum kita pulang, ada yang ingin kamu beli?""Antarkan aku ke toko perlengkapan kue, Mas. Aku mau beli bahan untuk membuat sponge kek pisang. Kulihat tadi ada pisang di meja yang nggak dimakan.""Oke, Sayang." Bram menjawab dengan santai.Oh, panggilan yang membuat Puspa mendadak salah tingkah. Pipinya sampai bersemu merah begitu. Sungguh mengejutkan meli
Read more

59. Sampai Kapan 3

"Sony pulang jam satu, kan? Biar nanti kujemput," ujar Puspa."Tidak perlu. Biar anak-anak dijemput sama Tejo saja. Setelah kamu benar-benar pulih, baru antar jemput mereka.""Aku juga ingin sesekali mengantar jemput Vanya.""Mungkin kamu akan sering kecewa karena sikapnya.""Nggak apa-apa."Bram melingkarkan lengan di pinggang Puspa yang membuat wanita itu kaget dan menoleh. "Duduklah lebih dekat," ujar Bram sambil menggeser tubuh istrinya. Puspa ini seperti kapas saja di tangan suaminya. Enteng sekali untuk dipindahkan atau pun di gendong."Minggu depan, kita jadi staycation mengajak anak-anak dan mama. Jumat sore kita berangkat, Minggu sore kita pulang.""Jadi ke Jogja?""Mungkin tidak. Kalau ke Jogja, waktu habis di perjalanan. Lain hari saja kalau ada liburan panjang, kita ke sana.""Ya.""Sehabis ngajak jalan anak-anak, lain hari kita perlu pergi berdua saja. Semalam pun tidak mengapa."Kembali Puspa merinding. Kenapa gampang sekali seperti ini sekarang. Memang sudah mulai nyama
Read more

60. Terungkap 1

PERNIKAHAN - Terungkap Bu Lurah tersenyum semringah melihat kedatangan putri dan menantunya. Puspa terlihat lebih cerah, tidak sepucat terakhir mereka pulang dari rumah sakit. "Ibu sama ayah rencananya mau nyambangi kamu, malah keduluan kamu yang ke sini." Bu Lurah mengusap kepala putrinya saat disalami. Bram pun melakukan hal yang sama."Aku tadi siang bikin sponge kek pisang, Bu." Puspa memberikan paper bag yang dibawanya. "Syukurlah kalau kamu sudah bisa beraktivitas. Ayo, masuk. Ayah tadi masih di belakang." Bu Lurah mengajak anak dan menantunya masuk ke rumah.Dari dalam muncul Pak Lurah yang tersenyum senang melihat anak kesayangannya. "Kamu sudah jauh lebih baik?""Alhamdulillah. Iya, Yah. Tadi siang kami konsultasi kedua ke dokter Anggi.""Ayah dan ibu selalu mendoakan yang terbaik buat kalian," jawab Pak Lurah. "Mbakmu sama suaminya sore tadi juga ke sini.""Bagaimana pertemuan dengan Pak Maksum tempo hari, Yah?" tanya Bram. Membuat Puspa memandang tidak suka. Dia belum t
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status