Share

55. Mulai Nyaman 2

Author: Lis Susanawati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Nah, makanya itu. Jangan mudah dipengaruhi. Kalau Bunda nantinya punya anak, adik bayi itu menjadi adiknya Sony dan Mbak Vanya. Bohong kalau mereka bilang, kasih sayang kami pada kalian akan berkurang. Tidak akan ada yang berkurang. Papa dan bunda akan menyayangi kalian sama besar. Sony, mengerti kan?"

"Mengerti, Pa. Sony juga pengen punya adik. Teman-teman Sony banyak yang punya adik. Mereka sering beli jajan dibawa pulang untuk dikasihkan ke adiknya. Tapi Kak Vanya bilang kalau dia nggak mau punya adik lagi. Padahal adik bayi itu kan lucu, kiyut, imut."

Bram tersenyum. "Kalau gitu papa mau mandi dulu. Nanti kita sarapan bareng-bareng."

"Sony juga mau mandi." Bocah itu pun mengekori papanya menaiki tangga.

Dari cerita Sony, memperkuat dugaan Bram kalau keluarga Sandra memang begitu dalam menanamkan kebencian anak-anak pada ibu tiri mereka. Jelas karena kecewa, karena ia menolak menikahi Santi.

Dia ingat bagaimana dulu ibunya Sandra mendukung Santi bercerai dari suaminya, disaat pa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yanyan
dikit" peristiwa itu akan lupa .asal pendekatan nya kaya mas Bram ..sudah top lah mas ..lanjut
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
semoga harapan Sony buat punya adek segera terkabul y..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   56. Mulai Nyaman 3

    Niat Puspa berjilbab kemarin untuk menghilangkan jejak, tapi ternyata keterusan sampai sekarang. Orang pasti selalu punya alasan kenapa berubah. Beruntung kalau perubahan itu bisa menjadikan diri lebih baik lagi. Setahunya, almarhumah Sandra tidak berjilbab. Semua fotonya menampakkan rambut indahnya yang tergerai sebawah bahu. Dia wanita anggun, cantik, dengan tatapannya yang teduh. Tapi sejak awal bersama Bram, lelaki itu memang tidak pernah menceritakan tentang istrinya. Apalagi memuji dan membandingkan antara Sandra dan dirinya. Hanya saja foto wanita itu masih ada di kamarnya anak-anak dan di ruang kerjanya. Di kamar pribadi mereka ada foto pernikahannya yang terbingkai rapi tergantung di dinding. Sementara di ruang santai lantai dua, ada foto dengan formasi keluarga mereka sekarang ini.Bahkan ketika mendapati dirinya tidak lagi virgin, Bram juga tidak menyinggung almarhumah istrinya yang masih perawan. Lelaki itu marah karena dirinya tidak jujur saja saat ditanya. Hanya itu p

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   57. Sampai Kapan 1

    PERNIKAHAN - Sampai Kapan"Kamu tunggu di mobil. Mas nggak akan lama." Bram bicara pada Puspa seraya membukakan pintu mobil. Setelah istrinya duduk, Bram mengajak Dahlan agak menjauh. Khawatir Puspa bisa mendengar apa yang mereka bahas."Hari Sabtu depan, tim sukses dari saudara Dikri akan mengadakan sosialisasi mengenai budidaya ternak dan pertanian, Bos. Itu hanya dalihnya saja, padahal ada money politik untuk pemilihan awal tahun depan. "Warga sini dan warga desa sebelah sudah di data yang akan ikut. Mereka harus menyerahkan fotocopy KTP. Pertemuannya dimulai jam sebelas siang. Mereka akan dapat snack, makan siang, dan uang saku.""Pertemuannya di mana?""Di tempat pertemuan para warga pemilik kebun. Balai pertemuan di tengah hutan itu, Bos.""Oke. Pembahasan ini kita lanjutkan nanti setelah saya kembali dari mengantarkan Puspa.""Siap." Dahlan melangkah kembali ke gudang. Sedangkan Bram ke mobilnya. Yang penting sekarang mengantarkan istrinya dulu, setelah itu mengatur rencana u

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   58. Sampai Kapan 2

    Berbagai nasehat, masukan, pandangan, dijabarkan dokter Anggi dalam sisa waktu satu jam itu. Dia tidak bisa menyediakan waktu lebih karena harus berangkat ke rumah sakit.Akhirnya sesi kedua telah selesai. Dokter Anggi mengantarkan pasiennya hingga ke halaman depan. Puspa terlihat lebih semringah daripada waktu datang tadi. Wajahnya cerah dan senyum menghiasi bibirnya."Mas, kalau ada waktu. Kita ke rumah ayah nanti malam. Di hadapan kalian, aku ingin memberitahu siapa lelaki durjana itu." Puspa berkata dengan wajah menunduk, ketika mobil sudah meninggal rumah dokter Anggi."Oke. Kita ke sana habis maghrib, ya."Puspa mengangguk."Sebelum kita pulang, ada yang ingin kamu beli?""Antarkan aku ke toko perlengkapan kue, Mas. Aku mau beli bahan untuk membuat sponge kek pisang. Kulihat tadi ada pisang di meja yang nggak dimakan.""Oke, Sayang." Bram menjawab dengan santai.Oh, panggilan yang membuat Puspa mendadak salah tingkah. Pipinya sampai bersemu merah begitu. Sungguh mengejutkan meli

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   59. Sampai Kapan 3

    "Sony pulang jam satu, kan? Biar nanti kujemput," ujar Puspa."Tidak perlu. Biar anak-anak dijemput sama Tejo saja. Setelah kamu benar-benar pulih, baru antar jemput mereka.""Aku juga ingin sesekali mengantar jemput Vanya.""Mungkin kamu akan sering kecewa karena sikapnya.""Nggak apa-apa."Bram melingkarkan lengan di pinggang Puspa yang membuat wanita itu kaget dan menoleh. "Duduklah lebih dekat," ujar Bram sambil menggeser tubuh istrinya. Puspa ini seperti kapas saja di tangan suaminya. Enteng sekali untuk dipindahkan atau pun di gendong."Minggu depan, kita jadi staycation mengajak anak-anak dan mama. Jumat sore kita berangkat, Minggu sore kita pulang.""Jadi ke Jogja?""Mungkin tidak. Kalau ke Jogja, waktu habis di perjalanan. Lain hari saja kalau ada liburan panjang, kita ke sana.""Ya.""Sehabis ngajak jalan anak-anak, lain hari kita perlu pergi berdua saja. Semalam pun tidak mengapa."Kembali Puspa merinding. Kenapa gampang sekali seperti ini sekarang. Memang sudah mulai nyama

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   60. Terungkap 1

    PERNIKAHAN - Terungkap Bu Lurah tersenyum semringah melihat kedatangan putri dan menantunya. Puspa terlihat lebih cerah, tidak sepucat terakhir mereka pulang dari rumah sakit. "Ibu sama ayah rencananya mau nyambangi kamu, malah keduluan kamu yang ke sini." Bu Lurah mengusap kepala putrinya saat disalami. Bram pun melakukan hal yang sama."Aku tadi siang bikin sponge kek pisang, Bu." Puspa memberikan paper bag yang dibawanya. "Syukurlah kalau kamu sudah bisa beraktivitas. Ayo, masuk. Ayah tadi masih di belakang." Bu Lurah mengajak anak dan menantunya masuk ke rumah.Dari dalam muncul Pak Lurah yang tersenyum senang melihat anak kesayangannya. "Kamu sudah jauh lebih baik?""Alhamdulillah. Iya, Yah. Tadi siang kami konsultasi kedua ke dokter Anggi.""Ayah dan ibu selalu mendoakan yang terbaik buat kalian," jawab Pak Lurah. "Mbakmu sama suaminya sore tadi juga ke sini.""Bagaimana pertemuan dengan Pak Maksum tempo hari, Yah?" tanya Bram. Membuat Puspa memandang tidak suka. Dia belum t

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   61. Terungkap 2

    Pak Lurah menegang. Kaget tentu saja. Bu Lurah pun sama. Tubuhnya sampai berkeringat dingin, padahal belum tahu siapa orang itu."Siapa, Nduk?" tanya Bu Lurah menahan tangis.Puspa menarik napas panjang berulang kali. "Dia lelaki yang kutolak saat mengungkapkan perasaannya. Aku nggak menyukainya. Dia juga sudah punya pacar. Waktu itu, aku ke rumahnya untuk mengantarkan sesuatu. Dan kesempatan itu digunakannya untuk melakukan perbuatan bejatnya." Sejenak Puspa berhenti sambil mengusap air mata dengan tisu. Tubuh Pak Lurah terguncang hebat oleh tangisnya yang tak bersuara. Lelaki itu menahan kedua matanya dengan ujung jemari. Kemudian Puspa melanjutkan cerita bagaimana kedua orang tua lelaki itu pun tahu, lalu membuat kesepakatan dan mengancam agar dia tidak memberitahu siapapun. Bahkan si ibu sempat merias wajah Puspa yang sembab supaya tidak dicurigai orang.Bu Lurah terpukul. Siapa orang tua yang sama biadabnya dengan sang anak? Siapa ibu yang tidak memiliki hati nurani dan empati

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   62. Terungkap 3

    Puspa mengangguk. Nasehat ibunya bermakna begitu dalam. Meski tidak dijabarkan secara luas. Beberapa hari ini dia sudah melakukan apa tugasnya sebagai istri, kecuali urusan ranjang. Rasanya belum siap saja karena mengingat malam itu. Memikirkannya membuat tangan Puspa gemetar dan menjatuhkan sendok ke lantai."Kamu nggak apa-apa to, Nduk?" tanya Bu Lurah melihat tangan putrinya gemetar."Nggak apa-apa, Bu.""Hmm, kek buatanmu enak," puji Bu Lurah sambil makan kek yang sudah dipotongnya dan ditata di piring oval."Padahal aku baru belajar membikinnya hari ini, Bu. Tapi dibantuin sama mama mertua. Aku juga mau belajar memasak, agar menu makanan kami beragam.""Harus itu. Suami lebih suka kalau dimanjakan perutnya, apalagi yang bawah perutnya." Perkataan Bu Lurah yang tanpa tedeng aling-aling membuat pipi Puspa merona. "Jangan anggap ucapan ibu ini tabu atau nggak sopan. Ngajari anak sendiri kok dibilang tabu. Ibu juga bilang begini pada mbakmu. Biar para suami itu betah sama istrinya k

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   63. Malam yang Sempurna 1

    PERNIKAHAN- Malam yang Sempurna "Sebaik apa Rayyan?" Sorot netra Bram begitu lekat mengunci wajah istrinya yang serba salah.Puspa harus bagaimana? Apa mesti jujur saja agar tidak menimbulkan salah paham kali kedua. Bram paling benci di dustai bukan? Tapi pada dasarnya antara dirinya dan Rayyan belum sampai ada ikatan yang serius."Baik karena dia nggak bertingkah seperti cowok-cowok yang suka iseng. Dia nggak jahil juga, nggak pernah main perempuan." Itu jawaban Puspa. "Kamu yakin itu?""Kami berteman baik, Mas."Bram manggut-manggut. Padahal dia sudah tahu cerita mereka dari Dita tempo hari. Yang jelas, bisa dikatakan kalau Puspa sempat ada perasaan dengan cowok itu. Sempat hampir jadian, lalu Puspa menjauh setelah ternoda. Rayyan pria yang tampan. Bram masih ingat bagaimana wajahnya. Namun Bram memilih diam, karena jika mengatakannya jelas akan ketahuan kalau dia sempat menemui Dita di Surabaya.Bagaimanapun juga ia harus menepati janjinya pada Dita. Kalau tidak akan menceritaka

Latest chapter

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   197. Nikah Yuk! 1

    PERNIKAHAN - Nikah, yuk!Dikri memperhatikan seorang perempuan yang memakai setelan kantoran warna abu-abu berdiri di seberang jalan. Segera disusulnya Maya untuk diseberangkan. Karena lalu lintas sangat ramai."Kamu istirahat sampai jam berapa?" tanya Dikri saat mereka berjalan beriringan masuk ke rumah makan."Jam satu lebih tiga puluh lima menit. Tapi aku harus salat zhuhur juga."Mereka duduk dan langsung memesan makanan. "Kamu biasa makan siang di sini?" tanya Dikri."Nggak. Biasanya aku bawa bekal atau makan di kantin. Kebetulan hari ini aku nggak bawa karena tadi aku dan mama bangun kesiangan. Siang ini pas banget dapat traktiran." Maya terkekeh. Dia terlihat ceria daripada saat bertemu Dikri beberapa waktu yang lalu. "Oh ya, tadi kamu bertemu klien di mana?""Di Kertosono.""Setelah ini nanti langsung kembali ke kantor?""Iya. Kamu pulang jam berapa?""Jam empat. Kalau banyak kerjaan, kadang jam tujuh malam baru nyampe rumah.""Makan dulu, May." Dikri mempersilakan saat pra

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   196. Teman Lama 3

    Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Maya memandangi suasana alun-alun yang selalu ramai di Minggu pagi.Meski mereka sudah berbincang-bincang, tapi Dikri tidak memberitahu bahwa ia pernah melihat mantan suami Maya bersama wanita lain di dalam mobil."Oh ya, kamu belum punya anak?""Pernikahanku sebenarnya dibilang baik-baik saja hanya dua bulan, Dik. Selebihnya kami pisah rumah hingga bercerai. Dia sudah membawa wanita lain ke rumah semenjak ketahuan selingkuh. Mungkin ini balasanku karena ninggalin kamu disaat sedang butuh dukungan.""Nggak, May. Jangan punya pikiran seperti itu. Anggap semuanya takdir." Dikri tidak ingin Maya punya pikiran demikian, karena dirinya juga bukan tunangan yang baik. "Nomer teleponmu masih sama?""Aku sudah ganti nomer semenjak menikah.""Boleh minta?""Iya."Keduanya menyimpan nomer masing-masing. Dilanjut berbincang hingga hari beranjak siang. "Sudah siang, aku mau pulang dulu, Dik. Kapan-kapan ketemuan lagi.""Kamu naik apa?"

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   195. Teman Lama 2

    Maya diam sejenak. Ada jeda yang panjang, Maya tidak tahu harus mulai dari mana. Wajah Maya tertunduk. Sejujurnya, sejak ia bercerai, ia kerap membayangkan jika takdir membawanya bertemu Dikri lagi. Namun itu sungguh tidak tahu diri. Dia yang tega memutuskan pertunangan mereka disaat Dikri sedang terpuruk."Dikri, aku …" Maya menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Banyak hal yang terjadi dalam hidupku setelah kita ....""Setelah kamu menikah?" potong Dikri seolah tidak ada beban. Dia sudah melupakan dan tidak pernah dendam pada Maya setelah ditinggalkan.Maya mengangguk, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuknya. "Iya. Pernikahan itu nggak seperti yang kubayangkan. Setelah beberapa bulan, suamiku mulai berubah. Dia kasar, dan ternyata dia juga selingkuh. Aku malu cerita seperti ini sama kamu. Aku merasa sangat bersalah telah meninggalkanmu di saat-saat sulit demi menuruti keinginan orang tuaku."Kami memutuskan hubungan pertunangan waktu itu juga

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   194. Teman Lama 1

    PERNIKAHAN- Teman Lama"Kamu pakai baju seperti itu?" seloroh Bu Ira saat melihat Dikri keluar kamar hanya memakai kaus dan celana pendek."Iya, Ma. Memangnya kenapa?"Bu Ira tampak termangu sejenak. Kalau sang anak memakai baju seperti itu, berarti dia tidak sedang janjian sama cewek. "Oh, nggak apa-apa. Hati-hati di jalan. Kamu mau ketemuan sama temanmu di mana?""Di car free day, Ma.""Jam segini car free day sudah buyar, Dik." Bu Ira memandang jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan."Kami cuman mau ngopi sama ngobrol. Siapa tahu ada prospek bisnis yang bisa kujadikan sampingan.""Ya sudah.""Aku pergi dulu, Ma. Motornya kubawa. Assalamu'alaikum.""Iya, hati-hati. Wa'alaikumsalam," jawab Bu Ira seraya membereskan meja makan. Kecewa. Ternyata belum ada tanda-tanda Dikri dekat dengan perempuan.Motor Dikri melaju pelan di jalan desa pinggir sawah. Sinar matahari semakin terang, membuat embun di dedaunan perlahan-lahan menguap dan menghilang. Namun, kesejukan pagi masih

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   193. Masih Normal 3

    "Semoga kamu selalu sehat sampai lahiran. Mbak ikut bahagia, Pus." Netra Indah berkaca-kaca. "Aamiin." Puspa merangkul sang kakak. Sekali pun sudah ikhlas menerima kondisinya, tapi dalam hati Indah, pasti berharap bisa hamil lagi. Untung ada Denny yang sangat menghiburnya.Dalam kesempatan itu, mereka foto bersama-sama dengan seluruh keluarga. Bram menggendong A'im seraya memeluk pinggang sang istri. Di samping kiri dan kanan berdiri Vanya, Sony, orang tua mereka dan kerabat yang lain. Angin yang semilir dan bulan purnama di angkasa sana, seolah menjadi saksi kebagian Bram dan keluarganya.***L***"Siapa yang ngasih lapis Surabaya ini, Ma?" tanya Dikri yang baru keluar dari kamarnya. Mencomot satu potong kue dan memakannya. Biasa kalau libur kerja, habis salat subuh kembali tidur dan bangun sekitar jam delapan pagi."Jiya yang ngasih. Semalam baru datang. Tadi Rayyan juga mencarimu ke sini. Mama bilang kalau kamu belum bangun.""Dia masih di sini?" Bram melihat ke luar lewat pintu.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   192. Masih Normal 2

    Rayyan mengangguk. "Jiya juga asli sini, Mas. Cuman kerjanya di Kediri. Kantornya bersebelahan dengan kantor saya." Rayyan mengulas sedikit kedekatan mereka, juga menyebutkan tempat tinggal Najiya. Bram yang asli kota angin, tahu desa tempat tinggal gadis itu.Pesanan mereka datang dan langsung makan sambil berbincang. Puspa lega, Rayyan sudah menemukan tambatan hatinya. Tidak terbelenggu lagi oleh kisah mereka yang tidak pernah kesampaian.Puspa menghindari bertemu pandang dengan lelaki itu. Karena binarnya masih terlihat ada cinta untuknya. Bram bisa membawa keadaan menjadi sangat nyaman dan hangat. Dia bertanya, juga menceritakan tentang kondisi perekonomian sekarang ini. Berbagi pendapat dengan Rayyan. Bram yang disangkanya kaku oleh Rayyan, bisa seramah itu dan cukup enak diajak berbincang.Tentu saja. Sebab Bram seorang wirausaha yang sering berhadapan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Tentang cemburu, bukan tidak ada lagi rasa itu. Namun dia tahu bagaimana cara menge

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   191. Masih Normal 1

    PERNIKAHAN- Masih Normal "Kenapa Mbak Santi itu nggak pernah bersikap ramah sedikit saja sama aku ya, Mas?" Puspa penasaran. Saat itu mereka sudah di perjalanan."Kamu kepikiran tentang hal itu?" "Nggak, sih. Heran saja.""Nggak usah heran. Memang ada orang yang seperti itu. Sudah tabiatnya. Jika nasehat manusia tidak bisa menyadarkannya, biar Allah saja yang menegur dengan cara-Nya."Puspa merinding mendengar ucapan suaminya. Pak Maksum, istrinya, dan Dikri saja bisa menyadari kesalahannya dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Kenapa Santi yang tidak separah mereka, tidak juga mau berubah.Mungkin dia menganggap sikapnya itu hal yang wajar. Jadi tidak pernah merasa keliru. Kalau terlalu fatal seperti keluarga Pak Maksum, sangat kentara dan akhirnya membuat mereka bisa instrospeksi diri.Bram pun sudah tidak mempermasalahkan keluarga mertuanya hendak seperti apa. Bukan urusannya lagi, selagi mereka tidak menghasut Vanya dan Sony. Anak-anak pun sekarang sudah mengerti, mana

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   190. Kebesaran Hati 3

    "Nggak apa-apa, Pa. Aku sudah bisa menerima semuanya. Setahun ini, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aku sekarang lebih fokus ke Dikri, memastikan dia segera menikah. Usianya sudah tiga puluh satu tahun.""Papa juga mengingatkan Dikri untuk segera berumahtangga."Kembali keheningan menerpa. Dikri yang diam-diam menajamkan pendengaran dari balik pintu kamar, cukup geram. Kedua orang tuanya masih juga berbelit-belit seperti anak muda."Kalau Papa ingin menikah lagi, monggo. Di usia tua, perlu juga pendamping hidup supaya ada teman. Tapi selesaikan dulu urusan di antara kita." Bu Ira bicara dengan pembawaan yang kalem. Tidak ada amarah dan emosi seperti dulu.Pak Maksum menghela nafas panjang. "Apa papa sudah nggak diberikan kesempatan lagi untuk kembali bersama kalian, Ma? Papa tahu terlalu sering menyakiti. Namun papa sudah menyadari kesalahan itu."Papa ingin menghabiskan masa tua dengan keluarga kita. Biar Dikri tenang dan bisa memikirkan untuk masa depannya."Bu Ira memandang l

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   189. Kebesaran Hati 2

    Ponsel Bram di atas meja kecil berdering. Puspa melihat siapa yang menelepon. "Mas, ada telepon dari Bu Harso.""Angkat saja.""Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Bukan suara Bu Harso, tapi suaranya Santi."Ada apa, Mbak?""Aku mau bicara sama Mas Bram.""Mas Bram lagi sibuk, Mbak. Ada pesan apa nanti saya sampaikan.""Sebentar saja. Bisa nggak?" Wanita di seberang memaksa."Nggak bisa diganggu Mas Bram-nya, Mbak. Jangan khawatir, nanti pasti saya sampaikan." Puspa jadi geram. Memangnya mau bicara apa. Bram pun sudah memberitahu Santi atau Bu Harso, kalau ada urusan yang mungkin perlu disampaikan ke Vanya dan Sony, bisa bicara langsung pada Puspa. Tapi wanita itu sepertinya tidak percaya padanya."Besok malam, ada acara arisan keluarga di rumah mama. Vanya dan Sony disuruh datang atau biar aku yang jemput mereka.""Oke. Nanti aku kasih tahu ke Mas Bram."Panggilan langsung ditutup begitu saja tanpa mengucapkan salam. Bram mendekat sambil mengendong A'im. "Ada apa?""Mbak Sant

DMCA.com Protection Status