All Chapters of PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri): Chapter 31 - Chapter 40

197 Chapters

31. Dilema 2

"Sebenarnya Puspa sudah mewanti-wanti pada saya supaya nggak memberitahu siapapun. Mungkin dia butuh waktu untuk menyendiri, Mas.""Apa Puspa menceritakan permasalahannya pada, Mbak?"Dita mengangguk samar. Dia tidak bisa bersandiwara dihadapan lelaki ini. Terlihat jelas dia pria yang baik. Soal permasalahan dengan Puspa, karena memang tidak ada komunikasi yang terbangun. Bisa dianggap merupakan salah pengertian saja. "Saya tidak tahu apa yang menimpa Puspa. Andai saya tahu sebelumnya, mungkin saya tidak akan bersikap yang menyakitinya." Tatapan Bram menerawang. Dia berusaha tidak menceritakan pada Dita, tapi ternyata Puspa sudah memberitahu sahabatnya."Saya ingin bertemu dan membawa Puspa pulang," lanjutnya."Tapi saya nggak tahu di mana tempat kosnya, Mas? Puspa nggak mau ngasih tahu. Waktu dia datang ke rumah, saya terkejut karena Puspa terlihat pucat dan lebih kurus dari sebelumnya. Harusnya dia butuh istirahat. Jiwa dan raganya sedang sakit dan memerlukan support." Mata Dita be
Read more

32. Dilema 3

Ternyata nomernya memang tidak sama dengan nomer yang diberikan teman Puspa hari itu."Tolong kabari saya ya, Mbak!" ujar Bram melihat Dita terdiam."Insyaallah, Mas. Oh ya, saya mau pulang ya. Mama pasti nungguin saya." Dita menyimpan kartu nama Bram ke dalam tas, lantas menyalami lelaki itu. "Maaf, boleh saya tahu rumahnya, Mbak Dita."Setelah termangu sejenak, Dita mengangguk. Ketika berjalan menuju motornya, ponsel di saku celana berdering. Saat dilihat, Dita terkesiap. Itu nomer barunya Puspa. Dita mengembalikan ponsel ke saku celananya. Semoga Bram yang berjalan di sebelahnya tidak curiga.Akhirnya Bram mengikuti Dita hingga sampai depan rumah. Setelah memarkir motornya di garasi, Dita kembali ke depan. "Ini rumah saya, Mas.""Iya. Makasih banyak, Mbak. Tolong kalau Puspa datang ke sini lagi atau menghubungi, Mbak Dita, kabari saya ya. Saya benar-benar menunggu."Dita mengangguk. Bram pergi dan dia masuk ke rumah.Ponsel kembali berpendar. Puspa menelepon lagi. Dita termangu d
Read more

33. Pertemuan 1

PERNIKAHAN - Pertemuan "Puspa!" Panggilan itu membuat Puspa yang berjalan di trotoar berhenti. Di sebelahnya sebuah mobil menepi. Teman di sebelah Puspa juga ikutan berhenti."Ray." Puspa kaget saat seorang laki-laki turun dari kendaraannya. Wajahnya pias. Kenapa ia bertemu Rayyan. Salah satu orang yang ingin dihindarinya."Kenapa kamu di sini?" Rayyan keheranan sekaligus bahagia. Puspa juga kebingungan dan teman kos Puspa hanya diam tidak mengerti. Sebab wanita yang lebih tua dari Puspa itu memang tidak tahu permasalahan teman barunya.Jalan itu memang biasa dilalui oleh Rayyan sepulang kerja sebagai jalan alternatif untuk menghindari kemacetan.Padahal Puspa memakai jilbab, tapi Rayyan bisa mengenalinya."Puspa, kenapa kamu ada di sini?" ulang Rayyan yang berdiri di depan Puspa. Lelaki itu memperhatikan Puspa berjilbab. Wajahnya yang pucat tersapu bedak tipis."Oh, aku ada urusan di Surabaya," jawab Puspa gugup."Kamu sendirian apa sama suamimu?""Sendiri. Aku baru beberapa hari
Read more

34. Pertemuan 2

"Kalau baru nikah terus ada masalah itu wajar, Dek. Masih tahap menyesuaikan diri dengan pasangan. Aku nggak tahu permasalahanmu apa? Cuman seberat apapun itu, mestinya diselesaikan berdua."Wanita di sebelahnya ini berkata benar. Tapi dia tidak tahu serumit apa masalahnya. Sesuatu yang tidak bisa Puspa ceritakan pada sembarang orang. "Jadi janda tuh nggak enak banget. Apalagi kalau sudah ada anak. Seperti aku ini contohnya. Apa-apa sendiri, terlebih suami sudah sibuk dengan perempuan barunya, jadi aku yang ngurus anak tanpa nafkah darinya. Lelaki kalau sudah punya yang baru, bakalan lupa sama tanggungjawabnya."Belum lagi menghadapi cibiran tetangga karena statusku yang janda. Makanya aku nekat pergi merantau. Di sini nggak ada yang mengenaliku. Aku bisa tenang dan bekerja. Yang penting anak ada yang menjaga. "Dalam rumah tangga kalau suami nggak KDRT atau selingkuh, sebaiknya dipertahankan saja, Dek. Permasalahan bisa dibicarakan untuk mencari penyelesaian. Tapi kalau sudah seling
Read more

35. Pertemuan 3

Kalau tadi dia ikut temannya masuk ke dalam minimarket, mungkin tidak akan bertemu Bram. Sayangnya dia memilih menunggu di luar, sedangkan temannya masuk ke dalam untuk bicara dengan kepala toko."Nggak usah mencariku. Sudah kubilang kalau aku akan pulang suatu hari nanti.""Maafkan Mas, Puspa. Duduklah, Mas ingin bicara. Atau kita mencari tempat lain untuk ngobrol."Puspa menggeleng. "Apa yang sudah kutulis waktu itu, sudah menceritakan semuanya. Mas, pulang saja. Suatu hari nanti aku pasti pulang pada orang tuaku. Katakan pada mereka kalau aku baik-baik saja."Jangan temui aku lagi, rasanya aku sudah nggak punya muka dan harga diri untuk berdiri dihadapanmu. Aku juga sudah siap untuk menghadapi perceraian kita."Dada Bram bagai dihantam gada. Sakitnya Puspa tembus ke dadanya. Begitu dalamnya rasa sakit yang ia berikan pada istrinya. Sungguh Bram tidak bermaksud begitu. Dia emosi ketika Puspa tidak mau jujur dan bilang itu hanya masa lalu."Puspa, Mas mengkhawatirkanmu. Semua keluarg
Read more

36. Pulanglah, Nak 1

PERNIKAHAN- Pulanglah, Nak.Mendengar kabar kalau ibunya sakit, membuat Puspa cemas sekaligus bimbang. Apalagi sampai mendapatkan perawatan di rumah sakit. Seingatnya baru kali ini ibunya opname. Pasti kondisinya lebih parah dari sakit biasanya.Sang ibu rajin minum jamu tradisional. Jamu herbal buatan sendiri untuk menunjang kesehatan. Makanya wanita itu jarang sekali sakit. Kalau pun sakit, sangat cepat sembuhnya.Bram mengambil ponsel dari saku jaket. Tidak menunggu lama, panggilannya dijawab oleh Indah. Sengaja ditekannya tombol loud speaker supaya Puspa mendengarnya."Mbak, Ibu ada? Saya ingin bicara dengan Ibu.""Ada, Mas. Sebentar."Tidak lama kemudian terdengar suara Bu Lurah. "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam, Bu. Saya sudah bertemu Puspa."Terdengar ucapan hamdalah beberapa kali dengan suara serak. Air mata Puspa sudah tidak bisa ditahan lagi. Berderai tanpa kompromi. Biasa tiap menghadapi kesulitan apapun, pada ibunya dia bercerita sambil tiduran di pangkuannya. Namun u
Read more

37. Pulanglah, Nak 2

"Ayahmu sudah pergi ke masjid. Kamu nggak usah khawatir, ayahmu nggak akan bertindak di luar batas. Kamu nggak usah takut. Ibu sudah bicara banyak dengan ayah. Pulang, Nduk. Kami menunggumu. Tiap malam ayahmu nggak bisa tidur memikirkanmu.""Maafkan aku, Bu. Hanya membuat ayah dan ibu susah saja.""Nggak, Nduk. Pulanglah bareng Nak Bram. Ibu khawatir kalau kamu pulang sendirian. Yang penting pulang dulu dan kita bisa membicarakan setelah kamu sampai di rumah. Malam ini kamu harus sudah di rumah. Ibu tunggu. Assalamu'alaikum." Tanpa memberi kesempatan Puspa menjawab lagi, wanita itu menyudahi panggilan.Azan Maghrib berkumandang. Si mbak menghampiri Puspa. "Dek, kita pulang salat maghrib dulu. Aku sudah bicara sama kepala toko dan memutuskan kalau kamu nggak jadi melamar kerja. Maaf, aku terpaksa mengambil keputusan tanpa tanya dulu ke kamu. Beliau minta jawaban segera, karena ada orang lain yang juga melamar pekerjaan di sini.""Iya, Mbak. Nggak apa-apa.""Kita pulang, ya," ajak si mb
Read more

38. Pulanglah, Nak 3

"Pulang? Sama siapa?" Ah, Dita hanya berpura-pura."Sama Mas Bram. Kami berhenti di rest area ini. Dia lagi beli makan.""Lah, dia bisa menemukanmu?" Dita sok terkejut."Dit, beneran kamu nggak tahu tentang hal ini? Maksudku Mas Bram yang menghubungimu dan kamu memberitahu keberadaanku.""Memangnya selain kamu, siapa yang tahu nomer ponselku?""Mbak Indah yang tahu, tapi sudah lama nomermu hilang sejak dia ganti ponsel.""Jadi nggak mungkin suamimu meneleponku, kan? Lagian kamu ngasih tahu alamat kosanmu padaku juga baru siang tadi."Puspa diam. Memperhatikan rest area yang ramai orang berisitirahat."Kamu memang perlu bicara dengan suami dan keluargamu, Pus. Mereka pasti merasa kehilangan dengan kepergianmu dari rumah. Oh ya, sore tadi kamu ketemu Rayyan, ya. Dia menelponku nanyain kamu. Aku bilang saja nggak tahu apa-apa.""Iya, sebaiknya kamu memang bilang begitu saja, Dit. Tolong simpan apa yang kuceritakan untuk dirimu sendiri.""Kamu jangan khawatir tentang hal itu. Sebaiknya ka
Read more

39. Menunggu 1

PERNIKAHAN- Menunggu Depan ruang IGD diliputi ketegangan dan kekhawatiran bagi Bram, Pak Lurah, dan istrinya.Orang tua Puspa duduk di bangku logam, sementara Bram mondar-mandir di depan pintu kaca dan berulang kali memandang ke dalam. Sudah lima menit Puspa masuk ruangan itu.Ponsel Bram bergetar di saku celana, pria itu menjauh untuk menjawab telepon dari sang mama supaya tidak menganggu ketenangan di sana."Halo, Ma. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Kamu sekarang di mana?""Saya sudah pulang, Ma. Maaf belum sempat ngabari.""Jangan bohong, Bram. Mama ada di rumahmu ini.""Maksudnya saya sudah di Nganjuk, tapi belum pulang ke rumah. Saya sekarang di rumah sakit. Saya baru sampai dari Surabaya dan Puspa tiba-tiba pingsan setelah turun dari mobil.""Jadi kamu pulang bersama Puspa?""Iya, Ma.""Alhamdulillah. Kalau kamu sudah bertemu dengan istrimu. Tapi kenapa dia pingsan?""Puspa memang kelihatan lemah saat saya bertemu di Surabaya sore tadi. Puspa kurus sekarang, Ma. Dia masih
Read more

40. Menunggu 2

Pak Lurah yang menunggu di luar IGD, langsung mengikuti mereka menuju kamar yang dipesan Bram. Paviliun VVIP. Bram juga sempat berbincang dengan dokter jaga yang memeriksa Puspa tadi. Sebab dia ingin ada psikiater yang akan menangani Puspa.Menceritakan sekilas tentang tekanan mental yang dialami istrinya tanpa membuka aibnya. Bram hanya bilang, Puspa sangat kehilangan pasca keguguran. Soal cerita selengkapnya, biar nanti psikiater saja yang tahu.Puspa sudah pindah dari brankar ke hospital bed. Perawat mengatur suhu ruangan, membenahi selang infus, baru kemudian keluar. Bram pamit untuk ke minimarket. Membeli minum dan mengambil snack di mobilnya. Tidak lama dia sudah kembali ke paviliun."Nak Bram, pasti capek. Istirahat saja. Biar kami yang menjaga Puspa," kata Pak Lurah. Apapun yang terjadi, Pak Lurah tetap menghargai keberadaan Bram. Meski Puspa tanggungjawab suaminya, Pak Lurah tetap berterima kasih karena Bram bisa menemukan Puspa dan membawanya pulang."Ayah dan Ibu saja yang
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status