Share

109. Karma 9

Bram melihat jam tangannya. "Kamu mandi dulu. Papa yang akan nganterin kamu dan adik berangkat sekolah. Sony juga belum turun. Buruan papa tunggu untuk sarapan."

Vanya mengangguk. Dengan cepat menaiki tangga sambil membawa ranselnya.

"Vanya benar-benar menyesal, Bram. Kemarin sepanjang hari menangis. Akhirnya dia tahu sendiri bagaimana kelakuan mereka."

"Ya, Ma."

"Bagaimana kondisi Puspa?"

"Besok saya akan mengajaknya pulang ke sini, Ma. Kalau nanti sore Vanya menemuinya, pasti Puspa tidak akan ragu untuk pulang bersama kami."

Bu Dewi lega. Satu permasalahan yang menyita pikiran putranya, sudah mulai bisa di atasi. Tapi ia yakin, keluarga Bu Harso belum tentu diam saja setelah ini.

Sementara Vanya yang masuk ke kamar dan bersiap-siap untuk mandi, berbalik mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja.

Santi menelepon. Vanya mematung lama sebelum menerima panggilan. Setelah sehari semalam, baru dia dicari. "Halo," jawabnya lirih dan takut.

"Bagus ya kamu main kabur saja dari rumah.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (23)
goodnovel comment avatar
Indah Wirdianingsih
pak maksum tobat pak, jangan tamak jadi orang
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
🥹🥹🥹🥹🥹
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
sama-sama Mbak ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status