Semua Bab Suamiku Terpincut Sahabatnya: Bab 1 - Bab 10

100 Bab

Bab 1 Orang yang Berbeda di atas dan di luar Ranjang

"Syifa, Syifa ...."Di telinganya terdengar suara yang rendah dan serak, tetapi lembut dan penuh kehangatan. Sudah tiga tahun menikah, Syifa Perdana masih merasa bahwa suaminya, Billy Aditama, memiliki kepribadian yang berbeda saat berada di atas dan di luar ranjang.Sifat Billy sehari-hari sangat penuh perhatian, lembut, dan sopan. Namun, saat mereka telah berduaan di malam hari, Syifa selalu merasa dirinya tidak sanggup mengimbangi stamina Billy. Setelah selesai berhubungan intim, seluruh tubuh Syifa terasa sakit hingga tangannya pun terkulai lemas.Detik berikutnya, lengannya kembali digenggam oleh pria itu. Syifa benar-benar tidak bisa membuka matanya lagi. Dia memohon dengan nada manja, "Sudah dulu ya, besok kita masih harus kerja."Akhir-akhir ini, Syifa sedang mempersiapkan diri untuk penilaian di tempat kerjanya, sehingga rutinitas kesehariannya sangat sibuk. Setelah selesai menulis laporan, malam pun sudah sangat larut. Namun, Billy malah masih mengajaknya berhubungan intim. S
Baca selengkapnya

Bab 2 Intuisi yang Terlalu Tajam Juga Bukan Hal Baik

Aulia tersentak melihat kondisi ini. "Dok, ternyata kamu kenal sama suami pasien?"Syifa menatap wajah yang familier ini dengan intens. Pria itu tampak kewalahan, terkejut, gelisah, tetapi yang paling jelas adalah ... kecemasannya terhadap wanita di dalam ruang operasi. Bahkan setelah berusaha menahan diri sekalipun, Billy tetap tidak bisa menyembunyikan ketakutan dan kekhawatirannya."Kamu ..." Syifa melirik sekilas ke ruang operasi dan melanjutkan, "Suaminya?"Aulia menceletuk, "Ya, dia suaminya. Keluarga yang tanda tangan persetujuan tadi itu dia."Sekujur tubuh Syifa langsung gemetaran. Raut wajahnya berubah muram, "Oh ...."Billy menggertakkan giginya dan berkata, "Syifa, nanti akan kujelaskan masalah ini padamu."Syifa berusaha menenangkan dirinya untuk menjaga profesionalismenya sebagai dokter. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia berkata, "Tenang saja, operasinya sukses. Dua-duanya selamat, tapi masih harus diopname dan diinfus penguat janin beberapa hari. Kalau nggak ada mas
Baca selengkapnya

Bab 3 Terlalu Dekat, Jadi Tidak Bisa Jadian

Apa Syifa merasa terkejut? Sejujurnya, tidak.Meskipun pernikahannya dengan Billy bukan hasil dari pacaran seperti biasanya, mereka telah hidup bersama selama hampir tiga tahun. Syifa merasa bahwa dia cukup mengenal suaminya.Billy adalah pria yang baik, tidak seperti karakter bos besar dalam novel atau drama yang ucapannya bisa mematikan. Sebaliknya, Billy selalu sopan, penuh perhatian, dan melakukan segala sesuatu dengan sangat teliti. Dia adalah pria dewasa yang lembut dan mapan.Jika ada wanita yang bisa membuat Billy kehilangan kendali, pasti wanita itu bukan orang biasa.Syifa telah mempersiapkan mental untuk menghadapi situasi dramatis seperti yang sering terjadi di drama. Namun, kenyataan ternyata jauh berbeda dari bayangannya. Ketika Syifa tiba di rumah keluarga mereka, memang ada seorang wanita hamil di sana.Namun, wanita hamil itu sedang duduk bersama ibu mertuanya, Erica, sedangkan Billy duduk sendirian di sofa. Melihat Syifa masuk, Billy langsung berdiri dan mengambil man
Baca selengkapnya

Bab 4 "Sahabat Terbaik"

Memikirkan lembaran hasil pemeriksaan di dompetnya, jari-jari Syifa yang saling menggenggam tampak sedikit pucat."Belum disiapkan ya?" Billy tersenyum ringan, "Nggak apa-apa, dokter besar sepertimu pasti sibuk sekali. Bisa meluangkan waktu untuk makan malam denganku saja sudah termasuk hadiah ulang tahun yang bagus.""Billy, aku sudah ambil cuti seminggu untuk minggu depan. Gimana kalau kita pergi liburan beberapa hari?"Billy tampak terkejut. "Bukannya kamu lagi sibuk sama laporanmu? Ada waktu?""Aku bisa atur jadwalnya."Billy berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Boleh juga, kita belum sempat bulan madu waktu menikah. Kali ini bisa sekalian.""Oke," kata Syifa, "Ganggu pekerjaanmu nggak?""Minggu depan baru berangkat, jadi aku akan atur pekerjaan minggu ini.""Baguslah," jawab Syifa.Billy bertanya, "Apa jadwalmu besok?""Aku sudah tukar jadwal sama orang lain, jadi besok aku libur."Billy melanjutkan, "Besok aku ada reuni teman-teman SMA. Ikut aku ke sana ya."Sebagai istri Billy se
Baca selengkapnya

Bab 5 Sebaiknya Kamu Panggil Aku Nyonya Aditama

Billy segera kembali fokus setelah melihat sebuah sepeda motor listrik yang melaju melawan arus ke arah mereka. Dia buru-buru membanting setir untuk menghindarinya, lalu menginjak rem dengan keras dan menghentikan mobil di pinggir jalan. Sepeda motor listrik itu berhasil menghindari mereka dengan selamat, tetapi dengan jarak yang sangat tipis.Syifa terkejut hingga wajahnya memucat. "Sebaiknya fokus kalau nyetir.""Ya." Billy juga masih agak terkejut. Dia mengembalikan ponsel itu kepada Shifa. "Kamu buka saja sendiri."Shifa menolaknya, bahkan tanpa menoleh sama sekali. "Aku mau perbaiki riasanku, sibuk.""Tapi aku harus nyetir ....""Bukannya kamu lagi nggak nyetir sekarang?" balas Shifa.Syifa menghela napas dan berkata pada Billy. "Begini saja, berikan ponselnya padaku. Kamu bacakan password-nya, aku yang buka.""Oke." Billy memberikan ponselnya kepada Syifa dan berkata, "Password-nya ryx2 ....""Billy, kamu ngapain!" Shifa tiba-tiba marah besar dan melemparkan cerminnya ke samping.
Baca selengkapnya

Bab 6 Apakah Ada Persahabatan Murni antara Pria dan Wanita?

"Aku istrinya," jawab Syifa.Kedua pria itu langsung tercengang dan menilai penampilan Syifa sekilas. "Kamu ....""Namaku Syifa. S-Y-I-F-A."Mendengarnya, kedua orang itu kembali terpelongo. Syifa tertawa dan bertanya, "Memangnya reuni kalian hari ini nggak boleh bawa keluarga?""Ah, bukan begitu," jawab pria itu."Kalau begitu aku masuk dulu." Syifa membawa tasnya dan masuk ke dalam bar yang penuh sesak.Sebagai pusat perhatian, Billy dikelilingi oleh banyak orang yang berbincang dan menyapanya. Syifa merasa tidak ingin bergabung dalam keramaian itu, jadi dia memilih untuk duduk di sebuah sudut untuk menjauh dari hiruk-pikuk.Suasana bar jadi lebih berisik dari biasanya. Billy yang mungkin merasa kepanasan, lantas melepaskan jasnya dan menggantungnya di lengan. Namun tak lama kemudian, sebuah tangan menyambut jas tu sambil berkata, "Biar kubantu pegang."Billy menghindari tangannya. "Nggak usah, aku bisa pegang sendiri."Shifa tersenyum tipis dan berkata dengan lembut, "Lihat saja ora
Baca selengkapnya

Bab 7 Saku Celana, Sepertinya Tidak Pantas

Apakah ada persahabatan murni antara pria dan wanita? Syifa tidak tahu, dia hanya tahu bahwa Billy sepertinya juga sudah mulai mabuk.Alat penuang minuman di tangannya sudah lama menghilang. Mungkin air mineral di dalamnya sudah habis dan dia dikelilingi oleh beberapa orang yang berebut untuk menuangkan minuman ke gelasnya. Shifa yang masih dalam keadaan hamil, tidak bisa menahan sekelompok pemabuk ini. Meskipun dia sudah berusaha menegur mereka cukup lama, tetap saja tidak ada yang peduli.Billy terpaksa minum beberapa gelas lagi dan langkahnya menjadi agak goyah. Syifa berdiri, "Maaf, aku mau lihat Billy dulu."John juga tidak mengatakan hal-hal aneh lagi dan mengangguk, "Pergilah."Syifa segera berjalan menghampiri Billy. Gelas di tangan Billy baru saja diisi ulang, tetapi langsung direbut oleh Syifa."Hei, siapa perempuan ini?"Syifa tidak peduli dengan hal lain. Dia hanya memegang lengan Billy dan bertanya, "Billy, kamu nggak apa-apa?"Billy memandangnya dengan saksama sejenak seb
Baca selengkapnya

Bab 8 Kebencian yang Sudah Lama Terpendam

Shifa tertegun sejenak, tetapi kemudian langsung membalas, "Aku dan Billy sudah berteman selama lebih dari 20 tahun. Semua orang tahu, kami ini cuma teman baik! Bu Syifa kenapa harus berpikiran sempit begitu? Kalau begitu, semua orang cuma boleh berteman dengan sesama jenis saja. Semua hubungan dengan lawan jenis pasti akan disalahartikan."Syifa segera menjawab, "Tentu saja, berteman sama lawan jenis itu boleh-boleh saja. Tapi tetap saja harus ada batasan antara pria dan wanita, apalagi kalian berdua sudah menikah. Hal-hal seperti ini tetap perlu diperhatikan."Shifa tertawa sinis, "Nggak kusangka seorang dokter sepertimu bisa begitu perhitungan. Minggu lalu waktu kamu mengoperasiku, ada seorang dokter laki-laki yang masuk ke ruang operasi. Aku sudah menolak, tapi apa yang kamu bilang? Kamu bilang, dokter itu nggak memandang gender.""Itu karena dokter laki-laki itu adalah ahli anestesi.""Lalu apa bedanya? Aku perempuan, dia laki-laki, dan ini operasi kebidanan. Bukankah seharusnya j
Baca selengkapnya

Bab 9 Bagaimana kalau ... Cerai Saja?

Entah itu karena kepercayaan atau karena merasa tidak ada yang disembunyikan, ponsel Billy tidak memiliki pengaturan kata sandi. Mungkin juga dia berpikir bahwa Syifa tidak akan pernah memeriksa ponselnya?Sebenarnya, Syifa memang tidak pernah punya kebiasaan untuk memeriksa ponsel Billy. Pertama, karena selama beberapa tahun ini, Billy memang seorang suami yang sempurna dan tidak ada hal mencurigakan. Kedua, Syifa menghormati privasi pribadi. Meskipun mereka adalah pasangan, setiap orang dewasa pasti memiliki rahasia kecilnya tersendiri.Namun, ponsel Billy terus-menerus bergetar sehingga membuat Syifa sulit untuk tidur. Akhirnya, dia mengambil ponsel itu dan mengetik balasan.[ Aku Syifa, Billy lagi mandi. Ponselnya ada padaku. Nanti kalau dia sudah selesai, aku akan minta dia untuk menghubungimu kembali. ]Setelah pesan itu terkirim, ponsel itu langsung menjadi sunyi.Ketika Billy keluar dari kamar mandi, dia melihat Syifa tampaknya sudah tertidur. Namun, dahinya terlihat agak berke
Baca selengkapnya

Bab 10 Apa Masih Bisa Kembali seperti Dulu?

Prilly berseru dengan terkejut, "Apa?!""Baru empat minggu, aku baru periksa."Prilly terdiam.Syifa meletakkan tangannya dengan perlahan di perutnya. "Awalnya, aku mau beri tahu dia waktu ulang tahunnya sebagai kado. Tapi dilihat dari kondisinya sekarang, sepertinya ini bukan kabar baik baginya."Prilly merasa tidak tega dan akhirnya menghiburnya, "Sebenarnya ... belum tentu juga, 'kan? Shifa itu juga sedang hamil. Sesuka apa pun si Billy padanya, nggak mungkin dia mau jadi ayah tiri orang lain, 'kan? Menurutku, dia baik sekali padamu beberapa tahun ini.""Mungkin saja dia sudah nyerah dan memang ingin hidup bahagia sama kamu. Cuma karena kepulangan Shifa kali ini, dia jadi teringat sama kenangan masa mudanya. Wajar saja kalau dia jadi sentimental. Setelah Shifa itu pergi nanti, kalian masih bisa kembali lagi seperti dulu."Syifa membalas, "Apa masih bisa kembali seperti dulu?"Prilly terdiam.Cinta yang terpendam selama 20-an tahun diibaratkan bagai sebuah gunung es. Yang terlihat da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status