Begitu mendengarnya, staf mendongak menatap Syifa. Dia mengira akan melihat ekspresi sedih, tetapi Syifa malah terlihat begitu tenang, bahkan tersenyum.Ketika melihat staf itu menatapnya, Syifa bertanya dengan sopan, "Apa ada yang perlu ditambahkan di dokumen?""Oh, nggak kok. Semuanya sudah lengkap," sahut staf itu."Baguslah." Syifa tersenyum.Staf bertanya lagi, "Gimana dengan hak asuh anak? Apa kalian sudah membahasnya?""Kami ...." Begitu membahas tentang anak, tatapan Syifa menjadi suram. Billy juga memalingkan wajahnya dan tidak ingin menanggapi. Pada akhirnya, Syifa menimpali, "Kami ... nggak punya anak.""Oh, oke. Kalau begitu, perceraian ini mudah diurus," ucap staf itu."Ya.""Tunggu sebentar, biar kuselesaikan semuanya.""Baik."Staf tiba-tiba bertanya kepada Billy, "Pak, apa kamu keberatan dengan sesuatu? Kenapa diam saja?""Aku ikuti keinginannya saja." Billy mendongak dan menggeleng.Staf terkekeh-kekeh, lalu memasang ekspresi paham dan bertanya, "Aku tahu, kalian mema
Baca selengkapnya