Semua Bab Menjadi Istri Duda Muda: Bab 31 - Bab 40

68 Bab

31. Kita Putus!!

Semua karyawan yang hadir tampak terkejut dengan penuturan Arka. “Pak, maaf, maksud saya bukan seperti itu,” tutur seorang karyawan perempuan yang merasa bersalah.“Saya tidak mau siapapun menganggap remeh istri saya!” ancam Arka dengan menatap intens ke semua karyawannya.“Saya minta maaf, Pak,” ungkap karyawan itu lagi.“Dion, urus pemberhentian karyawan itu,” titah Arka. Dion langsung mengangguki.Arka langsung meninggalkan ruangan utama rapat itu. Diikuti juga oleh Dion dan beberapa karyawan inti. Beberapa karyawan lain mendekati karyawan yang tadi langsung di tempat. Terlihat karyawan perempuan itu langsung ketakutan dibuatnya.“Persembahan bisnis skincare ini harus berjalan dengan lancar. Kenapa tadi ada yang membuat masalah?” tanya Dion pada divisi penyelenggara.“Maaf, Pak. Saya tidak tau akan ada kejadian itu. Saya sudah mewanti-wanti semua karyawan,” ucap salah satu divisi penyelenggara.“Sepertinya ada yang tidak beres,” sungut Dion nampak berpikir keras.Sementara di ruang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-30
Baca selengkapnya

32. Persaingan ketat

Ana mulai membenahi kamarnya. Hari ini dia ingin beberes saja. Setelah beberapa bulan tinggal di rumah mewah seperti itu. Ana merasa kalau rasanya biasa saja. Yang ada sakit hati ketika kian masalah hadir menyapanya. “Bagaimana Ana? Kau bahagia kan jadi istri Tuan Arka?" tanya laki-laki berjenggot tebal saat berpapasan dengan Ana ketika keluar kamar. “Bang Bewok, lama tidak ketemu,” sapa Ana. Bang Bewok tampak tersenyum. Beberapa bulan ini dia memang menyibukkan diri dengan kegiatannya. Selain Dion, bang Bewok juga merupakan orang kepercayaan Arka. Bahkan untuk memilih Ana, bang Bewok lah yang mencarikannya. “Kenapa tidak dijawab pertanyaan saya Ana?” tanya bang Bewok kembali. “Sepertinya bang Bewok tau sendiri jawabannya,” ujar Ana. Dia tampak tersenyum paksa. Bang Bewok berpikir sejenak lalu mengangguk. “Pastinya kau bahagia,” tebak bang Bewok menyipitkan kedua matanya. “Nggak bang, saya gak bahagia. Bang Bewok bisa tolong saya buat bebasin dari tuan Arka?” tanya Ana p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-31
Baca selengkapnya

33. Persaingan sengit

Ana menatap bingung ke arah suami dudanya itu. Dia tampak berpikir keras. “Mau, tapi ada syaratnya Pak,” jawab Ana menunduk ragu. “Sebutkan saja syarat itu,” anjur Arka. Dia sambil memotong beberapa cheese keju kesukaan Ana. Tak lupa juga menuangkan minuman strawberry milk. “Izinkan saya meneruskan kuliah,” pinta Ana pada Arka. Sedikit ragu tapi Ana sangat menginginkan hal itu. “Boleh kok,” balas Arka. Ternyata dia menyetujui permintaan sang istri. “Terima kasih, Pak,” kata Ana dengan tersenyum bahagia. Akhirnya dia dapat melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda itu. “Nah, jangan panggil saya dengan panggilan itu,” tolak Arka dengan ekspresi kesal. Ana langsung menutup mulutnya sebab dia tertawa sejenak. “Terus maunya dipanggil apa ya?” ujar Ana dengan menahan tawa. “Sayang atau honey atau baby,” beo Arka memegang dagunya. Ana manggut-manggut menyetujui. “Oke, panggil Mas aja ya,” lirih Ana akhirnya. Arka bersedekap dada. “Terserah aja, yang penting bukan panggilan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-01
Baca selengkapnya

34.

Arka turun dari mobilnya dengan wajah kusut. Dia terlihat menekuk wajahnya. Suram sekali. Sementara Ana langsung menyambut sang suami. “Sayang,” panggil Arka langsung memeluk Ana. Pelukan hangat di sore hari yang pertama kali mereka lakukan. Biasanya sepulang Arka kerja tak pernah seperti itu. “Mas Arka kenapa?” tanya Arka dengan pelan. Dia perlu membiasakan panggilan baru itu. “Gak apa-apa kok,” sahut Arka. Dia langsung mengelus dengan lembut kepala sang istri tercinta. “Kalo ada sesuatu, dibilang aja ya,” ucap Ana tanpa melihat langsung ke Arka. Semenjak percakapan malam kemarin, Ana jadi serba canggung saat berinteraksi dengan Arka. Seperti pertama kali bertemu. “Iya sayang, tenang aja,” ujar Arka. Lalu keduanya pun langsung masuk ke dalam. Di dalam terlihat Gio yang tengah berlari menuju papanya. “Pa, Gio punya mainan baru lagi,” ucap Gio nampak gembira menunjukkan mainan robot kontrol itu. “Bagus ya, siapa yang beliin?” tanya Arka tampak meneliti setiap sudut mainan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-02
Baca selengkapnya

35. Hak asuh?

Keadaan semakin memanas. Dion berusaha menenangkan keduanya. “Bro, Arka, sabar. Ayo bicarakan dengan kepala dingin,” ajak Dion meminta Arka untuk duduk di sofa. “Diem,” tolak Arka tak mau disentuh Dion. Dion serba salah. Akhirnya dia sendiri memilih duduk di sofa sambil melihat perdebatan kedua mantan suami istri itu. “Mau bagaimana pun, Gio itu aku yang mengandung, aku juga yang melahirkan. Itu jauh lebih besar pengorbanannya daripada merawat saja,” ungkap Gisel dengan tenangnya. Tak ada rasa bersalah sedikitpun dalam benak dia. “Ibu macam apa kau Gisel? Tugas orang tua bukan cuma mengandung dan melahirkan. Tapi juga merawat,” titah Arka dengan nafas menggebu-gebu. “Sudah lupakan hal itu. Yang penting sekarang aku mau anakku, Gio,” bentak Gisel. Dia merapikan baju atasannya yang sangat mewah. “Gak akan aku biarkan kamu mengambil anakku, Gisel. Perempuan macam kamu gak pantas jadi ibunya Gio. Mau jadi apa Gio kalau hidup sama ibu yang tidak bertanggung jawab seperti kamu hah!
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-03
Baca selengkapnya

36. Kamu tidak mau memiliki anak dari saya?

Ana Menggantungkan kalimatnya. Dia tampak panik saat melihat kedatangan sang suami yang tiba-tiba. “Mas Arka,” ujar Ana langsung berdiri. “Jadi kalian masih berhubungan?” tanya Arka menatap tajam pada Putra. “Tidak Tuan. Saya tidak sengaja bertemu Nona Ana disini,” jawab Putra dengan nada bergetar. Dia tampak kebingungan. Arka langsung menggandeng lengan Ana. “Awas saja kalau kamu macam-macam, Putra. Saya bisa pecat kamu!” ancam Arka dengan serius. Arka sesekali membelai rambut milik Ana. “Maaf Tuan, saya tidak akan macam-macam lagi,” kata Putra. Dia menunduk dalam sambil melirik ke arah Ana. “Mas, ayo pulang,” ajak Ana menarik tangan Arka. “Loh, saya baru sampai,” tolak Arka. Ana merasa tak enak hati dengan Putra. Lalu dia memaksa sang suami untuk mengikutinya. “Aku pengen beli cilok, beliin ya?” pinta Ana. Dia kembali menarik tangan Arka hingga mereka berdua menjauhi Putra. “Ayo, sama jus alpukat,” ucap Arka dengan yakin. Lalu keduanya pun pergi ke tempat jualan yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-04
Baca selengkapnya

37. Ibu tiriku baik?

Ana bungkam dengan pertanyaan Arka. Dia tak bisa menjawab kejelasan dari pertanyaan sang suaminya itu. Terlihat duda itu pun merajuk sekarang.“Mas, aku jelasin dulu,” pinta Arka mendekati meja kerja milik Arka.“Sudahlah, saya gak mau berharap lebih,” tolak Arka. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya. Dion hanya terlihat geleng-geleng melihat kelakuan dua pasangan di depannya itu.“Mas, aku kan mau lanjut kuliah. Kamu lupa ya?” peringat Ana kembali. Seketika Arka terdiam juga.“Jadi yang mau lanjut?” tanya Arka akhirnya.Ana mengangguk mantab. “Jadi dong, masa gak jadi. Kamu kan udah janji,” ujar Ana merengek pada Arka.Arka pun mengangguk. “Iya, besok saya urus,” kata Arka pada akhirnya. Ana pun tersenyum senang.“Bisnis skincare buat kamu, gagal launching,” ucap Arka memberitahu lewat tampilan laptop miliknya.Ana mendekati sang suaminya itu. “Gak apa-apa, kok. Kan bisa buat lain kali aja,” ujar Ana tetap tersenyum menerimanya.Arka terlihat pasrah juga. Melihat reaksi Ana, Arka jug
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-05
Baca selengkapnya

38. Pasangan tak saling menguntungkan

Bu Mirna dengan penuh keraguan mendekati Ana. Arka melirik Mirna dengan tajam. Entah apa yang sedang dia rencanakan. “Nak, maafin ibuk ya,” ucap Mirna sambil memegang kaki sebelah kanan Ana. Ana menggeleng, “Gak usah, Ana bisa cuci sendiri,” tolak Ana menjauhkan kakinya. “Nggak Nak, ini perintah suami kamu. Mungkin ini bisa menebus dosa ibuk selama ini yang telah jahat pada kamu, nak,” lirih Mirna dengan suara merendah. Ana langsung beranjak berdiri. “Udah, Ana bilang gak usah. Bukan kayak gitu caranya,” ujar Ana. Dia nampak kesal melirik sekilas pada suaminya yang tengah memicingkan mata. “Ya sudah, mending anda siapkan makanan kesukaan istri saya sekarang juga,” titah Arka kembali lagi. Mirna langsung mengangguk dan langsung meninggalkan diri menuju dapur. “Mas, maksud kamu apa sih?” tanya Ana mendekati Arka. “Sudah, tak apa. Kamu pasti suka dengan rencana saya,” peringat Arka sambil mengelus lengan putih sang istrinya. Ana hanya merenggut kesal dibuatnya. Rasa penasaran Ana
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-06
Baca selengkapnya

39.

Semua menoleh ke arah sumber suara berasal. Adiva menutup mulutnya, dia barusan sadar dengan suaranya yang begitu keras barusan. Nazila menyenggol bahu Adiva.“Maaf Zil,” ucap Adiva. Nazila langsung menepuk dahinya. Beruntungnya di ruangan itu hanya ada Gus kembar dan beberapa pengurus senior.“Asih, Adiva, kok keras banget sih suara kamu!” tegur Nazila dengan ekspresi takut.“Aduh, beneran maaf loh, aku saking terkejut soalnya,” ujar Adiva menggigit bibirnya. Dia memang benar-benar tak sengaja.“Gimana ini dong,” lirih Nazila. Dia seperti malu dan ketakutan.“Ya udah kabur aja yuk,” ajak Adiva. Nazila pun mengangguk. Mereka berdua sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari meninggalkan ruangan itu. Namun ada seseorang yang menghentikannya.“Loh, mau kemana kalian?” tanya Fatah. Ketiga Gus kembar pun menghampiri kedua perempuan yang sama-sama sedang ketakutan itu.“Ini Gus, mau ke asrama putri,” jawab Adiva. Sementara Nazila menunduk dalam. “Loh, sebentar dulu Nazila. Ini bang Kemal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-07
Baca selengkapnya

40.

Adiva mencoba melihat ke arah pintu, cahaya yang remang dan tak terlalu jelas. Adiva dapat mendengar suara itu dengan sangat jelas. “Kamu siapa?” tanya Adiva sedikit berteriak.Sosok perempuan itu semakin mendekat. Dia sekarang berada tepat di depan Adiva. Namun Adiva tak bisa melihatnya secara jelas. Sebab terbatasnya penerangan yang ada. “Kamu tidak perlu tau siapa aku,” ujar perempuan itu dengan suara lantang.Adiva mencoba membuka lagi tapi yang mengikat tangannya. Namun tetap saja itu percuma. Tapi itu terasa semakin erat mengikat tangannya. “Cepat lepaskan aku, ini sangat sakit,” keluh Adiva. Meringis kesakitan. Mana rasa lapar mulai mendesaknya. Dia bahkan tidak makan sedari pagi tadi.“Mimpi kamu, jauhin Fahri dulu, baru aku akan melepaskan kamu!” ancam perempuan itu memberi pilihan pada Adiva.Adiva menggeleng dengan cepat. “Nggak, aku gak mau, kenapa harus menjauhi Fahri? Memangnya kamu siapanya dia?” tanya Adiva dengan nafas memburu. Suaranya pun sudah mulai melemah. Dia se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status