Semua Bab Cinta Gila Putra Konglomerat: Bab 1 - Bab 10

22 Bab

Bab 1

"Bagus Lo pakai pakaian kurang bahan gitu? Mau caper sama siapa, hah?" gertak Zero menatap tajam."Ehm, ini Aurora yang dandanin gue," cicit Pamela menundukkan kepalanya."Lain kali kalau adek gue ngajarin aneh-aneh Lo harus nolak! Gue nggak suka lihat Lo jadi pusat perhatian cowok-cowok!""I—iya, Zero."Zero melepaskan Hoodie warna abu-abunya, lalu melempar ke wajah Pamela.***"Gue udah pernah bilang, Pamela. Jangan dekat-dekat sama cowok lain!" tegas Zero."Dia anaknya langganan toko kue mama, gue cuma ngasih kembalian soalnya kemarin mamanya keburu-buru pergi," jawab Pamela mencoba menjelaskan."Nggak usah banyak alasan! Lo bisa kan tinggal transfer aja nggak usah pakai ketemuan begitu!" sergah Zero."Lo kenapa sih? Kita ini cuma temen, gue mau sama siapapun juga bukan urusan Lo," balas Pamela uang muka merasa jengah."Oh ... Sudah berani melawan rupanya," gumam Zero menyeringai, tanpa basa-basi langsung menarik tengkuk Pamela dan membungkam mulut gadis itu secara paksa."Hemph
Baca selengkapnya

Bab 2

Di sebuah kamar rawat inap rumah sakit, ada seorang gadis yang tengah menjaga mamanya. Dia tidak bisa tidur, takut jika sewaktu-waktu mamanya bangun dan kehausan.Sambil bermain ponsel, sesekali bibirnya tersenyum kala membalas pesan dari kekasihnya—Tirta.Gadis itu adalah Pamela, sejak kecil terbiasa kerja keras membantu mamanya yang memiliki usaha toko kue kecil. Dan sekarang dia sudah memiliki banyak toko cabang. Kue miliknya sangat terkenal, semua berkat temannya semasa SMA yang menjadi selebgram dan gencar mempromosikan tokonya.Pamela tidak pernah melupakan sahabat baiknya yang sangat cantik itu, hingga kini mereka berdua masih berteman sekalipun temannya telah menikah.Sampai tiba-tiba senyum di bibirnya memudar kala Tirta mengirimkan sebuah foto yang sedang bertemu dengan teman-temannya. Bahkan tangannya gemetar hingga ponselnya terjatuh, untung saja tidak rusak.Dia … Telah kembali. Ternyata Kak Zero adalah teman SMA Tirta?Tanpa terasa, tiba-tiba air matanya tumpah. Dadanya
Baca selengkapnya

Bab 3

Pagi ini Zero berniat untuk memuaskan diri tidur sebelum latihan sepak bolanya dimulai. Dia ingin menghemat tenaganya sebab dia tahu pelatih timnas memiliki metode pelatihan yang keras.Sampai tiba-tiba dari luar kamar dia mendengar tangisan anak kecil sembari pintunya digedor-gedor.“Kak Zero! Buka pintunya!”Mau tak mau Zero memaksakan diri membuka matanya, dia berjalan malas-malasan dan membukakan pintu lalu menundukkan kepalanya untuk menatap siapa yang sudah mengusiknya pagi-pagi ini.“Evelyn Emma … ada apa?” tanya Zero pada gadis cilik berusia 4,5 tahun itu.“Kak Vicenzo menghabiskan donat aku yang rasa strawberry!” adu Evelyn sambil nangis.“Jangan nangis, tinggal suruh Kak Vicenzo membelikan yang baru,” bujuk Zero.“Nggak mau, pengennya sama Kak Zero saja,” rengek Evelyn.Dulu ada Aurora—adik pertamanya yang begitu manja dan suka merecokinya. Setelah Aurora menikah dan ikut suaminya muncul satu lagi versi kemasan sachet yang tak kalah manjanya.Tak lama kemudian Vicenzo munc
Baca selengkapnya

Bab 4

Menjadi seorang atlet, Zero selalu menjaga kesehatan tubuhnya. Dia tidak pernah minum alkohol maupun merokok. Tapi senja ini, di balkon kamarnya dia mulai menghisap nikotin tersebut secara perlahan.Zero sendiri tidak tahu apa yang dia mau, tapi melihat Pamela berada di dalam dekapan lelaki lain membuatnya terbakar api—cemburu.Dia … masih saja merasa takut saat melihat gue. Apakah dulu gue sebegitu mengerikan sampai dia bertingkah gue ini layaknya monster?Tiba-tiba sebuah tangan merebut rokok dan membuangnya begitu saja, Zero hanya melirik tajam ke arah adiknya yang lancang itu.“Sudah gue duga, masa ini akan terjadi juga,” ucap Vicenzo mulai serius.“Maksud Lo?”“Pamela … Lo sampai merokok karena dia kan? Mommy sangat cemas padamu, dia nyuruh gue antar Lo ke psikolog,” timpal Vicenzo.“Kalian jangan berlebihan, gue baik-baik saja,” jawab Zero dingin.“Gue tahu Lo bakal nolak, karena gue rasa yang bisa menjadi obat ya sumbernya sendiri,” balas Vicenzo terkekeh.“Nggak usah sok tahu,
Baca selengkapnya

Bab 5

Pamela tidak mau diperlakukan semena-mena seperti dulu lagi, sampai saat ini jika mengingat masa lalu rasa malu itu menggerogoti harga dirinya.“Zero, Kalau Lo tidak pergi gue akan berteriak biar Lo dihajar oleh warga di sini!” ancam Pamela. Dulu dia memanggil dengan sebutan kakak, karena dia menghormati Zero yang satu tahun lebih tua darinya. Tapi saat ini, panggilan kakak itu sudah tidak pantas lagi untuk Zero.Sementara Zero terkekeh, justru semakin senang dipanggil tanpa adanya embel-embel Kak.“Coba saja berteriak, Gue ingin lihat apakah mereka ingin menghajar gue atau malah menikahkan kita berdua sekarang juga!” tantang Zero masih memeluk tubuh Pamela dari belakang dan mengecup lehernya.Pamela merinding bukan main, dia bisa merasakan hawa panas dari tubuh Zero. Seolah-olah panas itu juga merambat ke tubuhnya sendiri.“Lo nggak waras, Zero! Dulu Lo sendiri yang bilang jika gue ini tidak ada arti apa-apa bagi Lo, lalu sekarang Lo kenapa seperti ini?” pekik Pamela dengan suara ter
Baca selengkapnya

Bab 6

Sebenarnya selama lima tahun di Belanda Zero rutin melakukan terapi. Dia sudah bisa mengontrol emosinya. Siapa kira, bertemu Pamela malah memicu lagi saat perempuan itu bersama lelaki lain. Zero—sangat frustrasi.Pamela, gue tidak mengira ditinggalkan itu akan sesakit ini. Maafkan gue, pasti 5 tahun lalu itu perkataan gue benar-benar menyakiti Lo. Sekarang gue sadar, Lo adalah seseorang yang gue inginkan untuk mendampingi gue sampai mati.Setelah meneror Pamela Zero memilih untuk pulang ke rumah, tetapi baru masuk pintu dia sudah dihadang oleh Daddy nya.“Zero, bibir Lo kenapa?” tanya Syadeva.“Tidak apa-apa, Dad,” jawab Zero menunduk.Syadeva terkekeh, lelaki yang sudah memiliki jam terbang tinggi mana mungkin bisa ditipu oleh anak ingusan itu.“Ayo masuk ke ruang kerja Daddy!” ajak Syadeva.“Iya, Dad,” jawab Zero patuh.Zero takut, sekaligus malu. Dia yakin setelah ini akan mendapat ceramah panjang lebar.“Tadi teman adik kamu yang bernama Pamela menelpon Mommy, untung saja Mommy su
Baca selengkapnya

Bab 7

Di rumah adiknya, Zero memilih duduk bersama suami adiknya di halaman belakang rumah. Sementara Evelyn dan Aurora bermain entah kemana.“Zero, setelah pertandingan selesai Lo bakal balik ke Belanda?” tanya Eiffel.Zero terdiam, pertanyaan yang sepele dari adik iparnya memang. Tetapi saat ini dia juga tidak bisa menjawabnya.“Kok kelihatan bingung?” sela Eiffel lagi.“Gue—masih belum bisa memutuskannya,” cicit Zero.“Lo kaya orang yang banyak pikiran, kalau ada kesulitan bilang saja! Siapa tau gue bisa membantu,” balas Eiffel.“Gue tidak apa-apa kok, cuma lelah aja.”Tak lama kemudian muncul Aurora dan Evelyn yang sedang main kejar-kejaran, Zero tersenyum tipis kala melihat kedua adiknya yang cantik dan menggemaskan itu.“Aurora, udah jadi seorang istri tapi tingkahnya kaya masih gadis kecil aja,” gumam Zero.“Memangnya kalau sudah menjadi istri harus seperti apa?” balas Eiffel terkekeh.Zero tahu, jika adik iparnya yang memiliki usia jauh lebih tua darinya itu sangat posesif. Tetapi d
Baca selengkapnya

Bab 8

Pamela—merasa sangat tertekan. Dia tidak ingin pulang ke rumah, tapi juga bingung mau kemana. Tepat pada saat itu, kekasihnya menelponnya.[Hallo]“Hallo, Tirta.”[Kamu dimana, Sayang? Aku ke rumah kamu kok nggak ada, kata Tante Hasna kamu ke toko. Aku susul juga tidak ada]“Oh, aku sedang berada di rumah Aurora. Ini aku lagi diperjalanan, pengen ke cafe.”[Cafe mana?]“Yang biasa kita ke sana.”[Baiklah, aku akan segera menyusul]Pamela pun segera melajukan mobilnya lebih cepat, mobil pemberian dari Tirta saat mereka jadian tepat satu tahun. Lelaki itu—tak hanya membantu Pamela dalam mengobati luka hatinya. Tapi juga membantu proses kesuksesan dia yang sampai bisa memiliki beberapa toko kue cabang. Lalu, bagaimana bisa dirinya setidak tahu diri itu mau menyakitinya?Zero lelaki yang mesum, kalau gue mau menerima tawaran dia untuk menjadikannya selingkuhan justru akan semakin rumit. Bisa-bisa gue habis di tangan dia. Lebih baik gue jujur saja sama Tirta, yang penting gue masih perawan
Baca selengkapnya

Bab 9

“Pamela—Gue sayang sama Lo,” gumam Tirta memeluk Sander.“Sadar heh, gue Sander!” pekik Sander memegang Tirta yang memeluknya, takut terjatuh.“Udah Lo bawa dia pulang aja!” titah Zero.“Bantuin gue dong,” rengek Sander.Zero membantu, tapi hanya sampai Tirta masuk ke dalam mobil.“Gue nggak bisa ikut. Ada urusan!” dusta Zero.Sander hanya mencebikkan bibirnya, tapi kalau itu hanya sebuah alasan.Zero segera pulang dan menyerahkan Tirta pada Sander, dia malas mendengar ocehan Tirta yang teler terus membahas tentang Pamela. Dia—cemburu. Andaikan saat itu dia tidak melakukan kesalahan besar sudah pasti Pamela hanya akan mencintai dia seorang.Zero membutuhkan—teman. Dan yang tahu mengenai dirinya hanyalah adiknya sendiri. Saat berhenti di lampu lalu lintas, diapun segera menelpon sang adik sebab biasanya Vicenzo setiap malam suka keluyuran di luar.[Hallo, ada apa, Kak?]“Lo dimana?” tanya Zero malas basa-basi.[Baru pulang, ada apa?]“Jangan tidur dulu, gue mau curhat penting.”[Oke]Z
Baca selengkapnya

Bab 10

“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” tanya Zeta pada putra pertamanya.“Iya, Mom.”“Kamu—bisa merelakan Pamela?” tanya Zeta lagi.Zero terdiam, tak mau berkata bohong tapi tidak bisa menjawab jujur.“Mom…”“Iya?” tanya Zeta dengan tatapan yang teduh.“Mommy apakah mencintai Daddy?” tanya Zero tiba-tiba.Zeta terkekeh, lalu mengambil beberapa pakaian di depannya. “ Ya cinta lah, kalau tidak mana ada lahir Vicenzo dan Evelyn,” timpalnya.“Jadi, Mommy sayang sama aku dan Aurora karena saking cintanya dengan Daddy?” sela Zero penasaran. Ini adalah pertanyaan yang sudah dipendam sejak dia kecil. Sebab faktanya, dia dan Aurora terlahir dari ibu yang berbeda-beda akibat kesalahan masa lalu Syadeva tetapi Zeta mencintai mereka semua dengan cara yang sama.“Bukan begitu, Mommy mencintai kalian bukan karena Daddy. Ya karena kalian adalah anak Mommy!” jawab Zeta.Zero terdiam lagi, tidak meragukan kasih sayang ibu sambungnya itu.“Mom…”“Iya, Nak? Ada yang mau ditanyakan lagi?”tanya Zeta yang p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status