Semua Bab Saudara celamitan dari Neraka!: Bab 11 - Bab 20

44 Bab

11. Pembalasan Ana.

Semenjak kejadian di pesta Bu'de Ratmi, tingkah Sri semakin menjadi-jadi. Membuat emosiku dalam masa kehamilan ini yang seharusnya naik turun menjadi naik dan tidak turun-turun. Hebatnya lagi dia hanya akan melakukan semua keisengan itu disaat Ibu mertuaku tidak datang berkunjung ke rumahku. Jika ada Ibu mertuaku, Nenek sihir itu akan langsung berubah menjadi malaikat tanpa sayap yang polos tanpa dosa.Cih ... sungguh ratu drama!Baru saja aku membuka pintu setelah lelah beberes dapur, mataku langsung terbelalak tak percaya. Aku yakin sekarang wajahku sedang memerah seperti tomat karena saking kesalnya melihat teras rumahku berantakan lagi. Aku yakin sekali semua ini perbuatan manusia edan yang ada di samping rumahku ini."SRI ... SRI WIDIASTUTI!" teriakku histeris. Bayangkan saja, sepagi ini aku sudah harus nyapu teras depan rumahku sebanyak tiga kali. Sampah plastik jajan dari berbagai merk serta pasir bertebaran di depan teras membuat rumahku terlihat kumuh.Pucuk dicinta setan
Baca selengkapnya

12. Sri mulai berulah.

Seperti biasa setiap minggu, di hari Jum'at selalu diadakan acara wirid Ibu-Ibu di komplek sini. Aku termasuk anggota yang aktif datang dalam pengajian ini, dari pada aku tidur saja di rumah, kan tidak berfaedah.Setiap anggota akan bergiliran untuk mengadakan acaranya wirid di rumahnya, dan kali ini acaranya jatuh di rumah Bu Susi. Bu Susi tinggal di rumah yang berada beberapa blok dari rumahku. Bu Susi orangnya baik, dan ramah membuat semua ibu-ibu wirid pengajian menjadi suka padanya.Aku mematut diriku di depan cermin, memakai gamis biru tosca yang simple dipadu dengan jilbab plisket warna abu-abu membuat tampilanku terlihat manis. Sedangkan untuk make up, aku hanya menggenakan cushion dari brand yg cukup ternama under 300 ribu dan memoles lipt tint sedikit di bibir agar tidak tampak pucat.Setelah kurasa patut dengan penampilanku, tidak norak dan tidak ngejreng karena ini mau pergi wirid bukan pergi ke kondangan, ye!Aku melangkah kaki keluar, mengenakan sendal lalu mengunci pint
Baca selengkapnya

13. Isi hati Sri.

Pov. Sri Hari Jumat siang ini adalah jadwal wirid wanita, biasanya sehabis pengajian ada acara makan-makan yang disuguhkan oleh tuan rumah. Apalagi yang menjadi tuan rumah kali ini adalah Bu Susi. Tetangga satu RT tapi lain gang. Sebenarnya aku males datang ke acara wirid Ibu-Ibu seperti ini, tapi karena Bu Susi terkenal baik dan dermawan tidak mungkin dia pelit dalam menjamu tamu-tamunya. Jadi sayang sekali jika aku melewatkan makanan yang enak-enak ini. Kupakai gamis terbaik dan perhiasan emasku agar terlihat waw! Dan cetar dari yang lain.Ya, iyalah! Sri Widiastuti ... siapa di kampung ini yang bisa mengalahkan kecantikanku? Dengan bangga aku keluar rumah sambil menggandeng tangan Habibah. Putriku ini harus ikut biar bisa dapat makanan dobel. Kan ada jatah anak.Aku mengunci pintu rumahku dan bertemu Ana yang kebetulan juga melakukan hal yang sama. Langsungku buang saja muka saat mata kami bertemu dan bertukar pandang.Aku sengaja tidak menyapanya, untuk apa menegur wanita pe
Baca selengkapnya

14. Kesombongan di atas rata-rata.            

Pov. AnaAcara pengajian yang seharusnya diisi dengan tausiah dan rasa syukur justru berakhir dengan keributan yang tak berarti. Aku tak habis pikir dengan jalan pikiran Sri dan Mpok Kokom. Apa mereka datang di acara pengajian hanya untuk mendapatkan makanan?Hingga mereka sanggup bertengkar dan mempermalukan diri sendiri di depan orang banyak. Aku menggandeng tangan Habibah dan berjalan santai bersama Bu Endang. Jangan ditanya di mana Sri, tentu dia sudah kabur pulang ke rumah karena rasa malu dengan keadaan berantakan dan mengenaskan.Herannya kok ada ya seorang ibu yang kabur menyelamatkan diri sendiri tanpa ingat anaknya. Kuusap lembut kepala keponakanku yang cantik ini. Habibah adalah anak yang manis dan kalem, sangat berbeda dengan ibunya yang pecicilan serta usil. Kami berjalan bertiga pulang menuju rumah. Sri kebangetan kabur kok sampai lupa dengan anak. Untung ada aku bu'denya, jika tidak? Entah bagaimana nasib anak ini."Oalah ... Nduk! Saudaramu itu, loh. Celamitannya keb
Baca selengkapnya

15. Menjual nama Ana.

Aku menggeleng- gelengkan kepala melihat tingkah Sri. Namun yang herannya, Mas Hadi sebagai suami justru diam saja melihat tingkah istrinya seperti itu."Oh ... ya, An. Memang gaji di resto tempat suamimu kerja itu gede, ya, An? Kalau memang iya, tolong masukkan suami Mbak dong, An!" pinta Mbak Eva membuatku bingung. "Setahu Ana gajinya gak besar-besar banget Mbak. Cukup untuk makan sama bayar hutang," jelasku sambil nyengir.Aku menggaruk-garuk pelipisku yang tak gatal. Aku bingung harus jawab apa. Sebenarnya gaji di resto tidak besar-besar amat.Sebagai penanggung jawab resto seperti suamiku saja hanya bergaji sekitar lima jutaan. Apalagi suami Sri yang hanya karyawan biasa, tentu gajinya jauh di bawah itu. Aku sendiri saja bingung, dari mana Sri dan Mas Hadi mendapatkan uang untuk membayar DP perumahan elit senilai empat puluh juta itu."Ahh ... kamu jangan suka merendah gitulah, An. Suami kamu kan, orang yang cukup berpengaruh di resto itu. Tolongin Mbaklah An, kasian Abangmu it
Baca selengkapnya

16. Sumber kekayaan Sri.

"Mas, tahu nggak? Saudara sepupumu itu mau ambil perumahan baru di ujung jalan raya sana," aduku pada Mas Wahyu. Saat kami sedang duduk santai depan tv.Mas Wahyu menatap ke arahku. Tatapan matanya sulit aku artikan. "Kamu kenapa, Mas. Menatap adek seperti itu?" tanyaku heran."Ssttt!" Mas Wahyu meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. "Jangan keras-keras nanti mereka dengar,""Siapa yang kamu maksud?""Itu, tetangga sebelah."Aku membuka mulut membentuk huruf O. "Mereka nggak ada. Pergi dari pagi hingga sekarang belum pulang-pulang. Memangnya ada apa sih? Bikin aku penasaran." Aku merapatkan dudukku kesebelah suamiku. Melihat raut wajah Mas Wahyu. Aku yakin ada sesuatu yang sangat serius yang tidak aku ketahui."Sebulan yang lalu Hadi diberi kepercayaan mengurus catering makanan untuk hajatan di gedung. Baik dari menu hingga pengeluaran, semuanya Hadi yang handle. Karena karyawan yang biasa menangani sedang kena musibah kecelakaan. Terus ada bisik-bisik sumbang yang Mas deng
Baca selengkapnya

17. Lidah tak bertulang.

Dug! Dag! Dug!Bunyi musik menggema seantero bedengan ini. Hari masih pagi, jam dinding menunjukkan pukul tujuh. Namun tetangga perpaduan antara jin betina dan hantu itu sudah mulai beraksi.Kepalaku yang pusing akibat morning sickness, kini bertambah pusing saja karena ulahnya. Andai saja volume yang dia gunakan adalah volume dalam batas yang wajar mungkin aku masih bisa bertoleransi. Namun nyatanya, volume yang dia gunakan begitu kencang hampir membuat kepalaku terasa mau pecah. Aku berada disituasi ngomong tak enak, diam menderita. Bayangkan! Hingga waktu menunjukkan pukul setengah satu, musik itu masih bergema bersahut-sahutan dengan bunyi azan di masjid. Aku tak tahan lagi. Dia pikir ini diskotik!Bruk! Bruk! Bruk!Aku pukul dengan keras pintu kayu itu, semakin keras bunyi pintu yang aku pukul semakin sakit pula kepalaku. "Sri! Buka pintunya Sri!" teriakku lantang. "Ya Allah ya Tuhan, benar-benar gendeng saudaramu itu Anna!" teriak Bu Endang dari sebelah rumah. Karena suara
Baca selengkapnya

18. Awal mula masalah baru.

[Dasar tetangga irian! Nggak bisa ngelihat orang lain senang aja. Aku yang punya speaker aktif kamu yang kepanasan. Kalua mau juga beli sendiri bukannya marah-marah sama aku. Iri bilang boss! Tandanya kalian tak mampu🥴]Aku yang sudah selesai memasak dan mencuci merebahkan tubuhku di atas sofa pun berselancar ke dunia mayaSebuah caption status Sri tiba-tiba nongol di beranda FB samaranku. Disertai foto speaker baru serta sebuah foto rumah perumnas yang rencananya akan mereka beli. Di lihat dari waktunya, status ini diunggah tadi malam. Sejak kejadian status emas batangan itu, Sri memblokir akunku sehingga aku tak bisa lagi melihat status-status alay yang dia unggah. Sedangkan akunnya di privat hanya teman saja yang bisa melihat. Aku memang sengaja membuat akun samaran dengan foto profil wanita muslimah dalam bentuk kartun animasi. Khusus untuk melihat status-status terbaru Sri. Bisa dibilang aku kepo, tapi entah kenapa melihat status-status alay Sri menjadi kesenangan tersendiri u
Baca selengkapnya

19. Pujian berakhir hinaan.

"Minjam duit, nggak salah? Kamu kan banyak duit sekarang masa minjam duit sama aku yang nggak punya apa-apa ini," jawabku merendah. Tapi lebih tepatnya menyindir. Biar saja, biar dia ngerasa, biar otaknya agak lurus sedikit."Aku lagi butuh uang banget Mbak. Besok aku ada acara arisan di keluarganya Mas Hadi. Jadi aku butuh banget duit Mbak. Duitku sudah habis untuk dp rumah sama membeli elekronik kemarin. Tolonglah Mbak!" pinta Sri memelas.Begini nih kalau orang mental miskin, punya uang dihabiskan dalam sehari seakan besok tak butuh hidup saja.Dia memasang wajah memelas padaku. Aku memutar bola mata malas. Membantingkan pantatku ke sofa yang ada berseberangan dengan Sri. Mengepit toples-toples yang berisikan keripik cemilan kesukaanku.Biar saja dibilang pelit. Orang yang minta aja yang nggak punya otak. Minta kok sampai isi toples kosong. Huh!Dengan santai aku memakan keripik dari dalam toples bekas jarahan Sri yang tinggal sedikit itu."Mbak, tolong kenapa. Jangan diam saja! A
Baca selengkapnya

20. Obrolan pagi penambah dosa.

Burung berkicau tak henti-henti di atas kabel listrik depan teras rumahku. Berisik sekali, mungkin mereka bertengger sambil ngerumpi seperti ibu-ibu komplek ini.Aku menyapu halaman rumahku yang di penuhi oleh daun yang berguguran dari pohon mangga yang ada di sudut pagar pembatas rumahku dan rumah sebelah. Mumpung hari masih pagi. Cuaca belum panas-panas sekali. Kata orang Ibu hamil itu harus rajin-rajin bergerak saat pagi, agar saat melahirkan bisa lancar."Pagi Anna. Wah ... bumil satu ini, pagi-pagi sudah rajin. Mana makin cantik aja sekarang Ann," sapa Mbak Sarinah dari ujung sana."Ah ... Mbak bisa aja. Lagi nyari keringat aja Mbak. Katanya wanita hamil itu nggak boleh malas-malas biar lahirannya gampang," balasku tak kalah ramahnya.Sarina putri bungsu Bu Endang berumur 30 tahun. Tua tiga tahun dariku. Sebenarnya Sarina adalah gadis yang manis dan cantik, serta ramah. Hanya saja karena sesuatu hal, gadis itu memilih hidup sendiri. Gadis itu tampak enggan dekat dengan lawan je
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status