Share

19. Pujian berakhir hinaan.

"Minjam duit, nggak salah? Kamu kan banyak duit sekarang masa minjam duit sama aku yang nggak punya apa-apa ini," jawabku merendah. Tapi lebih tepatnya menyindir. Biar saja, biar dia ngerasa, biar otaknya agak lurus sedikit.

"Aku lagi butuh uang banget Mbak. Besok aku ada acara arisan di keluarganya Mas Hadi. Jadi aku butuh banget duit Mbak. Duitku sudah habis untuk dp rumah sama membeli elekronik kemarin. Tolonglah Mbak!" pinta Sri memelas.

Begini nih kalau orang mental miskin, punya uang dihabiskan dalam sehari seakan besok tak butuh hidup saja.

Dia memasang wajah memelas padaku. Aku memutar bola mata malas. Membantingkan pantatku ke sofa yang ada berseberangan dengan Sri. Mengepit toples-toples yang berisikan keripik cemilan kesukaanku.

Biar saja dibilang pelit. Orang yang minta aja yang nggak punya otak. Minta kok sampai isi toples kosong. Huh!

Dengan santai aku memakan keripik dari dalam toples bekas jarahan Sri yang tinggal sedikit itu.

"Mbak, tolong kenapa. Jangan diam saja! A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status