Share

27. Ipar maut.

Pagi-pagi sekali aku menemui Mbak Yuni di rumahnya, setelah menitipkan Habibah sebentar pada Mbak Anna. Wanita itu sempat bingung melihatku yang sudah misuh-misuh pagi-pagi begini. Tapi urung dia tanya padaku. Lagi pula aku juga malas menjawabnya.

Tok! Tok! Tok!

Aku menggedor pintu rumah Mbak Yuni dengan keras. Emosiku yang telah aku pendam dari tadi malam masih membuncah di dalam dada.

Aku juga tahu, hanya ada Mbak Yuni di rumah. Sedangkan Bang Hendra sedang ada di Batam saat ini. Mungkin dia akan pulang dua hari lagi.

Ceklek!

Mbak Yuni membuka pintu rumahnya, sebuah seringai mengejek terukir di sudut bibirnya saat melihat kehadiranku. Membuat emosiku semakin menjadi saja melihat kesombongannya itu.

"Mau ngapain kamu ke sini? Mau pinjam uang! Nggak ada!" ucapnya ketus menghujam ke hatiku.

Sombong banget dia sebagai Ipar. Jika bukan karena abangku yang bekerja keras. Maka hidupnya tak mungkin layak seperti ini. Dia hanya anak pedagang susah. Jangankan untuk sekolah atau kuliah untuk m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status