All Chapters of Saudara celamitan dari Neraka!: Chapter 41 - Chapter 50

68 Chapters

41. Biang onar datang lagi.

Tak terasa sudah hampir tiga bulan Sri pindah ke depan rumahku. Selama itu pula dia gencar mendekati tetangga-tetangga yang menurutnya kaya dan royal. Aku yang duduk di teras sambil mengemil buah, menatap ke arah rumah Sri yang tampak sepi ditinggal pemiliknya pergi jalan-jalan ke pantai dari postingan yang dia unggah satu jam yang lalu."Assalamualaikum, Ann!" seru Mbak Clara. Aku menoleh. Tangan kanannya berusaha membuka pintu rumah ini. Sedangkan tangannya satu lagi memegang sebuah kotak berwarna hijau yang cukup besar."Bisa Mbak?" tanyaku pada Mbak Clara sambil berusaha berdiri dari dudukku."Bisa kok Ann. Kamu duduk saja di sana! Kasihan Mbak lihat kamu bawa perut gede gitu!" blas Mbak Clara perhatian yang berhasil membuka pintu dan masuk ke dalam. Namun terlebih dahulu menutup pintu itu kembali rapat-rapat. "Apa itu Mbak?" tanyaku lagi saat dia sudah berdiri di hadapanku. Dahiku berkerut melihat kotak hijau yang sedari tadi
last updateLast Updated : 2024-09-15
Read more

42. Cari aman.

"Dia saudara sepupu Mbak Anna?" tanya Sri memastikan mendengarnya. Ekpresi wajahnya seolah tak percaya, tapi matanya masih memandang sinis ke arah Mbak Clara. Sedangkan Mbak Clara tersenyum geli. Lagian ada-ada saja dia, memang apa yang salah dari Mbak Clara. Penampilannya yang sederhana aku rasa masih pantas-pantas saja. "Iya, memangnya kenapa? Lagi pula, ngapain kamu ke sini?" ketusku. Rasanya ingin sekali mengusirnya. Amit-amit cabang bayi, aku mengusap perutku sembari merapalkan matra. Orang tua bilang jangan terlalu benci pada seseorang saat sedang hamil, takutnya nanti anak yang lahir akan mirip dengan orang tersebut dan aku tak mau hal itu terjadi. "Jngan marah-marah gitu dong Mbak. Aku kesini dengan maksud baik agar kita bisa sukses bersama. Walaupun Mbak Ana hanya Ibu rumah tangga biasa, Mbak juga bisa punya penghasilan dan tabungan biar gak dikira beban suami."Keningku berkerut mendengar ucapannya yang tak jelas mau kemana.
last updateLast Updated : 2024-09-16
Read more

43. Arisan berantai.

"Mas saudara kamu itu lucu banget deh," ucapku pada Mas Wahyu di sela-sela makan malam kami."Sri maksud kamu, Dek? Lucu bagaimana?" tanyanya acuh. Mas Wahyu menikmati makan malamnya dengan lahap karena aku memasakkan menu favorit pesanannya."Masa tadi sore datang nawari aku dan Mbak Clara ikut arisan. Tapi maksa dan ngotot banget seakan kami harus berkata iya. Saat kami tetap kekeuh untuk tidak ikut. Ehh ... dia malah ngambek," jelasku.Mas Wahyu yang sudah selesai makan, langsung mengambil gelas yang berisi air putih di hadapannya. Meminumnya hingga tandas. Lalu meletakkan gelas itu kembali ke atas meja. "Bagus deh kalau kamu nggak ikut, Dek. Soalnya nanti jadi masalah. Kamu tahu sendiri bagaimana watak mereka sedari dulu! Tak akan berubah." Aku mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan suamiku. Selesai makan, aku mengikuti langkah kaki suamiku ke ruang keluarga. Seperti biasa, kami akan mengobrol dan bercerita di ruang keluarga sambil menonton TV. Suamiku memutar chanel kes
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

44. Kecemasan Ana.

"Assalamualaikum," seru para ibu-ibu dari pintu depan menghentikan obrolan kami tentang arisan get ala Sri."Waalaikum salam. Eh ... sudah pada datang. Ayo ... masuk ibu-ibu!" jawab Mbak Clara. Kami yang duduk di meja makan langsung keluar menemui para ibu-ibu tersebut. Kami duduk di atas karpet bulu milik Mbak Clara. Karpet bulu import yang halus. Terkadang aku bingung dengan Mbak Clara. Semua barang yang dia miliki adalah barang mewah. Bahkan baju serta sepatunya, bahkan tas. Semuanya barang branded dan tersusun banyak di lemari. Tetapi, kenapa yang dipakainya sehari-hari adalah daster itu pun sampai pudar warnanya?Kalau kata dia sih, daster kalau semakin lama. Bahannya semakin enak dan adem. Apalagi jika bolong sedikit terasa ada fentilasinya. Silir-silir semriwing."Wah Mbak Anna ternyata sudah duluan. Saya senang lihat persaudaraan yang akur seperti kalian berdua ini. Adem saja liahtnya." ujar Bu Eka. Semua orang di sini sudah tahu jika Mbak Clara adalah istri dari Kakak sepu
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

45. Syukuran 7 bulanan.

Kamis pagi adalah jadwalku untuk kontrol kandungan. Mas Wahyu juga sudah siap sejak tadi. Dia sengaja cuti kerja hari ini, hanya untuk ikut melihat calon anaknya. Usia kandunganku sudah memasuki tujuh bulan. Seperti kata Ibu mertuaku, sudah seharusnya diadakan acara tujuh bulanan. Sebenarnya aku sempat menolak, hanya saja Ibu mertuaku yang tetap kekeuh karena ini adalah kehamilan pertamaku. Jadi sebagai anak terpaksa aku menurut saja.Sepulang dari rumah sakit, aku melihat suasana rumahku ramai akan kehadiran orang tuaku dan orang tua Mas Wahyu. Terlihat dari mobil mereka yang terparkir tersusun rapi di halaman."Assalamualaikum," sapaku saat telah memasuki rumah. "Waalaikum salam. Kamu sudah pulang, Nduk. Bagaimana pemeriksaanya?" tanya Ibu mertuaku. Aku duduk di sebelahnya, tangan kanannya mengusap lembut perutku yang membuncit."Alhamdulilah sehat, Bu. Tumben Ibu dan Mama datangnya barengan?" tanyaku. Mama yang baru datang dari dapur, sambil membawa piring yang berisi kue-kue t
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

46. Kelemahan Sri.

Acara syukuran tujuh bulananku berjalan dengan lancar. Tak ada satu pun hambatan, para tetangga juga banyak yang berdatangan mendoakan aku dan calon anakku yang ada di dalam kandungan.Semua warga sudah pada pulang, tinggal kami para keluarga yang tinggal di rumah ini. Mbak Eka dan Mbak Clara sudah sibuk membantu Bik Sumi dan Bik Siti membereskan piring serta kue-kue yang masih tersisa.Sri bukannya membantu, dia justru sedang asik duduk sambil menikmati kue yang tersisa di piringnya, sementara putrinya dia biarkan main di luar bersama Rendy. Tanpa peduli sedikit pun apakah putrinya itu sudah makan apa belum? Benar-benar hanya memikirkan perutnya sendiri.Di tambah kostum yang dia kenakan malam ini benar-benar membuatku menepuk jidat. Aku heran kenapa dia selalu menggunakan pakaian yang tak sesuai dengan acara. Memang tak tahu atau sengaja biar beda dari yang lain? Entahlah.Mataku melirik ke arah pergelangan tangannya, aku perhatikan secara teliti memang ada yang beda di tubuhnya sed
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

47. Double sial.

Pov. SriAku pulang ke rumah dengan perasaan kesal. Kesal dengan sikap Mbak Eka yang terus saja merundungku di setiap kesempatan saat kami bertemu. Kalau bukan karena dia mengetahui rahasiaku yang  pernah selingkuh dengan lelaki lain saat Mas Hadi merantau di luar kota dulu hingga menyebabkan aku hamil, mana mungkin aku seperti kerbau dicucuk hidung di depannya.Jika mbak Eka membongkar semua rahasiaku. Bisa mati aku di hajar Mas Hadi. Aku juga nggak ingin jadi janda. Nggak mau!Akan tetapi, sampai kapan aku akan hidup dalam tekanan seperti ini. Mbak Eka juga sepertinya suka sekali mengganggu kehidupanku. Bukan hanya di rumah Mbak Anna. Tapi di sosial media pun juga begitu. Sampai-sampai aku harus selalu menyembunyikan postinganku darinya. Ingin sekali aku blokir tapi aku takut justru dia meradang dan membongkar semuanya pada Mas Hadi."Awas ya, nanti kalau ada kesempatan mau tak, heh! Kesal! Kesal aku!" gerutuku sambil menghentak-hentak
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

48. Mulai kacau.

Udara pagi yang cerah. Namun kantongku meringis. Gajian Mas Hadi masih lama. Sedangkan uang arisan member sudah banyak yang aku pakai untuk beli baju, tas serta perhiasanku kemarin yang pada akhirnya baju itu rusak begitu saja. Sayang sih, tapi mau bagaimana lagi. Salahku sendiri yang memilih ukuran yang begitu ketat di tubuhku hanya agar lekuk tubuhku terlihat. Tak terasa sudah satu tahun aja aku jadi bandar arisan. Baik arisan di komplek maupun arisan online.Hasil dari arisan sudah bisa membuatku memiliki banyak perhiasan. Bahkan ukurannya juga besar-besar. Tapi sayang, kini uangku habis karena kemaren aku baru aja beli sofa baru. Seperti sofa milik Bu Tejo, daripada bingung, aku berjalan santai ke arah kiri rumahku menyusuri jalan setapak ini. Hitung-hitung olah raga pagi. Sedangkan Habibah aku tinggal bersama Ayahnya. Kebetulan hari ini Mas Hari masuk kerjanya siang, jadi aku bisa santai. Sambil jalan aku menggerak-gerakkan tanga
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

49. Menjarah isi kebun.

"Ya Allah, Jenk Ratna. Sorry banget aku lupa, maaf," ujarku meringis dengan memasang wajah sendu. Aku tahu Jenk Ratna ini orangnya keras tapi paling gak tegaan. "Udah jangan pakai drama! Mana uang yang kamu janjikan. Sini! Aku lagi butuh uang itu untuk bayaran anak sekolah!" desaknya tak sabaran. Dasar mata duitan, giliran uang aja mepet terus. Rumah diujung sana tahan jalan kaki ngejar sampai ke sini. Huh!"Ada ... ada kok Jenk, sabar! Uangnya belum sempat aku ambil di bank. Masih pagi juga, bank kan belum buka. Sabar ya, nanti siang atau sore aku antar deh ke rumah Jenk Ratna. Jenk Ratna tunggu aja di rumah, duduk manis." Aku mengusap bahu Jenk Ratna sambil merayu agar dia luluh. Perkara uang nanti sore ya nanti saja aku pikirkan. Terpenting saat ini bisa selamat sebelum jadi tontonan orang banyak di komplek ini. Kan malu, dong, ahh! Sri Widiastuti yang cantik jelita dan kaya jadi tontonan orang karena di tagih hutang. "Alah! Aku nggak percaya lagi dengan janjimu! Katanya invest
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

50. Minyak langka.

Hampir satu jam Mas Hadi tak kunjung juga pulang. Sementara Biba sudah menjerit-jerit minta makan. Wajar saja karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang lewat empat puluh lima menit. Tak tahan mendengar tangisannya yang menggelegar akhirnya aku berinisiatif menggorengkan telur satu butir untuknya, dengan sisa mentega yang aku gunakan untuk membakar roti satu minggu yang lalu.Walau rasa telur dadar itu agak aneh. Asin-asin gurih gimana gitu. Tapi ya sudah lah, disiram kecap juga rasanya bercampur jadi satu. Toh ... buktinya putriku doyan saja. Entah enak, entah karena lapar. Masa bodoh lah."Enak sayang?" tanyaku berbasa-basi. "Nggak, asin!" jawab Biba jujur. Aku hanya meringis mendengar jawabannya. Mau bagaimana lagi, Mas Hadi beli minyak goreng saja lamanya bukan main. "Asin tapi habis," ledekku dengan bibir yang di buat maju. Aku juga salah, sudah tahu margarin asin masih juga aku tambah garam halus pula lagi ke dala
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status