All Chapters of Saudara celamitan dari Neraka!: Chapter 51 - Chapter 60

68 Chapters

51. Dikejar hutang.

"Nah ... mau kabur kemana lagi kamu!" tuduh Jenk Ratna padaku. Sudah seperti hantu saja wanita ini, tiba-tiba nongol di belakangku. "Ya Allah Jenk Ratna, bikin orang kaget saja!" jawabku cengengesan, sekedar berbasa-basi. Ditanggapi wanita bertubuh pendek serta kulit sawo matang ini dengan tatapan yang datar. Wajahnya yang kasar seperti raut laki-laki semakin tampak sangar saja."Nggak usah berbasa-basi, aku malas mendengarnya. Mana uangku yang kamu janjikan sore ini!" tangannya langsung tengadah padaku.Langsung menodong uang yang aku tak tahu dimana keberadaannya. Entah sudah aku beli sofa, atau aku beli perhiasan uang itu kemarin. Masa bodohlah."Baru juga jam tiga, belum pergi narik ke bank ini," dalihku. Ulur-ulur aja waktu selama yang aku bisa ketimbang jual harta. "Kenapa nggak ambil siang tadi, sekarang sudah sore malah uangnya nggak ada. Gimana sih kamu!" murkanya padaku. Bibirnya mulai merenggut-rengut seperti sungut
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

52. Masalah baru.

Pagi yang cerah tapi suasana hatiku semrawut. Gimana nggak semrawut, uang tak ada, stok bahan di rumah juga sudah pada habis. Pagi ini aku tak meyiapkan sarapan apa pun untuk Mas Hadi. Tak ada apa pun yang bisa dimasak. Biasanya paling kecil aku bikin nasi goreng dengan telor orek-orek. Berhubung telur mahal dan minyak pun tak ada. Yah ... apa mau di kata, hanya nasi putih dan kecap saja yang bisa di makan sebagai pengganjal perut yang lapar. Aku mengajak putriku Biba pergi ke warung di gang ujung komplek yang berbatasan dengan komplek subsidi itu dengan menggunakan motor. Kalau jalan kaki mah aku ogah! Sedangkan Mas Hadi berangkat kerja dengan motor yang dipinjamkan kantor tempat dirinya bekerja. Aku berniat untuk hutang. Pemilik warung itu terkenal baik dan gak tegaan sehingga ada juga penghuni komplek subsidi yang hutang di sana. "Mbok Mah. Mau beli mie goreng 3 bungkus, telor 10 biji, sama minyak 1 liter!" pintaku pada wanita paruh baya it
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

53. Tidak balik modal.

"Assalamualaikum, Mbak An. Mbak An!" teriakku sambil menenteng putriku Biba yang sudah cantik dan wangi. Kami memasuki rumah lewat pintu samping. Rumah Mbak Anna kini selalu rapi karena dia membayar mbak-mbak harian untuk membereskan rumahnya. " Ada apa Sri?" Mbak Anna keluar dari kamarnya. "Mbak Anna nggak kemana-mana kan, Mbak? Aku mau nitip Habibah sebentar!" ucapku. Aku langsung menyuruh Biba  masuk agar tak ada alasan Mbak Anna untuk menolak. Mata Mbak Anna membulat. "Eh ... Sri, memangnya kamu mau ke mana?" tanyanya. Tangannya mengusap perut yang sudah membesar. Tangannya yang tampak halus dan lembut terisi gelang dan cincin, yang kilaunya membuat mataku tergoda. Perhiasannya tidak terlalu besar tapi modelnya yang cantik dan simple membuatku naksir."Aku mau ikut antri minyak Mbak. Kasihan Biba jika aku ajak kesana," jawabku dengan memasang wajah sedikit memelas. "Kamu mau antri Sri? Yakin?!" Mbak A
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

54. Ketangkap basah.

Pelataran supermarket terlihat begitu berantakan. Manusia yang penuh sesak kini sudah bubar barisan. Para karyawan supermarket yang tengah sibuk membereskan kotak-kotak kardus minyak tadi yang kini sudah bertumpuk tinggi.Hari sudah sore, cahaya yang mulai meredup seiring dengan wajahku yang muram durja. Badan sudah capek remuk redam, rambut acak-acakan, kaki lecet. Di tambah pakaian yang kucel membuat tampilanku seperti orang habis diperkosa. Akan tetapi, yang bikin lebih mengenaskan lagi. Aku tidak kebagian minyak satu liter pun karena stok sudah habis sedangkan kalung emasku sudah hilang begitu saja. Padahal tadi aku sempat lihat banyak ibu-ibu yang dapat lebih dari jatah seharusnya. Hanya karena minyak goreng manusia menjadi serakah. Saling sikut menyikut dan mendorong untuk mendapatkan apa yang menjadi incaran. Aku melangkah gontai ke arah motorku seperti panglima yang kalah di medan perang. Andai aku tahu ujungnya seperti ini, maka aku akan memilih untuk tak ikut saja. Aku
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

55. Pesan masuk di malam hari.

Pulang aku langsung menjemput Bibah di rumah Mbak Anna. Sempat terdengar omelan dari mulut wanita hamil itu, tapi tak aku hiraukan. Otakku terasa berisik dengan berbagai pertanyaan atas apa yang aku lihat tadi. Aku masih tak habis pikir jika Mas Hadi mengkhianatiku. Aku kembali ke rumah bersama Habibah. Kuakui Mbak Anna begitu telaten mengurus putriku. Setiap di titip di rumahnya, anakku ini pasti sudah mandi dan makan hingga kenyang.Aku membiarkan Habibah masuk kamarnya untuk tidur sementara diriku melepas penat dengan mandi. Membersihkan segala keringat serta bau yang menempel di tubuh ini. Pukul sebelas malam, Mas Hadi tak kunjung pulang. Ponselnya pun tak dapat dihubungi. Aku yang sudah panik pun menghubungi nomor mertuaku untuk mengadu akan nasib buruk yang akan menimpa rumah tanggaku itu. "Sabar! Jangan mengambil keputusan yang gegabah. Kamu tunggu suamimu pulang dulu dan tanya baik-baik dulu padanya. Siapa tahu kamu hanya salahpaham saja," ucap Mertuaku memberi nasehat. Ha
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

56. Pertengkaran suami-istri.

"Bangun kamu, Mas! Bangun!" Aku menggoyang-goyangkan tubuh Mas Hadi hingga dia terbangun dalam keadaan kaget. Tak hanya Mas Hadi, Bibah pun juga ikut terbangun seraya merengek karena tidurnya tak nyenyak. "Apaan sih kamu, Ma. Sudah malam!"Plak!Tanganku langsung melayang ke pipi Mas Hadi membuat matanya yang sayu sebab masih mengantuk jadi terbuka lebar karena kaget. "Apa kamu gila!""Iya, aku memang gila dan semua itu karena kamu, Mas. Siapa wanita yang kamu beri nama sayangku pada nomornya? Ternyata benar, kamu main gila dengan perempuan lain di belakangku dan bahkan kalian berdua masuk ke dalam hotel tadi kan?" Aku tak bisa menahan emosiku. Hatiku sakit saat membayangkan mereka yang b3rcumbu mesra tanpa sepengetahuanku. Mas Hadi beranjak dari ranjang dan menarikku keluar dari kamar putri kami. Tangannya menyeretku dengan kasar hingga lenganku terasa begitu nyeri. Di kamar Mas Hadi langsung menghempaskan tubuhku ke atas ranjang. Aku terkesiap untuk sesaat dan menetralkan laju
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

57. Selalu buat masalah.

Pov. AnnaSemenjak perutku mulai besar, aku mulai merasakan kebas dan begah dia area perut bawahku. Malam pun aku lalui dengan perasaan tak nyaman. Belum lagi lengan yang sering pegal minta ampun dan rasa sakit itu akan sedikit berkurang jika aku letakkan plester panas di lenganku tentunya. Mata ini terpejam tapi pikiran entah kemana sedangkan telinga awas mendengarkan sekitar yang sunyi dan lenggang. Suasana hening terganggu dengan suara teriakan samar-samar yang aku dengar. Mata ini pun terbuka lebar. "Mas, bangun!" ujarku pada suamiku yang masih tertidur lelap. Kugoyang-goyangkan tubuhnya berulang kali agar terjaga. "Ada apa, Dek?" tanya Mas Wahyu dengan suara seraknya. Dia bangkit seraya mengucek-ngucek matanya yang ngantuk agar tajam penglihatan. "Mas, coba dengar! Itu seperti suara anak perempuan nangis." Mas Wahyu membuka matanya lalu menajamkan telinga. Dia pun mulai beranjak dan aku langsung menahan lengan
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

58. Istana retak seribu.

"Sebenarnya ada apa ini?" tanya lelaki berperawakan tinggi dengan kumis kasar tumbuh di atas bibirnya. Kopiah hitam selalu standby di kepala setiap dia keluar rumah. Dialah Pak Rt di wilayah ini. Suaranya yang tegas serta pembawaan yang tenang terlihat berwibawa. Aku duduk di kursi single seraya menangis dan memeluk bantal. Ada lima orang di rumahku ini tapi suasananya begitu mencekam seakan hanya ada aku saja. "Jawab pertanyaan Pak Rt itu Hadi! Kamu masih punya mulut untuk menjelaskan bukan!" sambung Mas Wahyu terdengar mengejek. Mas Hadi menoleh sekilas ke arahku, tak ada rasa kasihan di wajahnya terhadapku yang menahan rasa perih di pipi ini setiap ingin membuka mulut. Akibat dari tamparannya bibirku tak hanya sobek sedikit di setiap sudut, tapi pipiku juga ikut bengkak di buatnya. "Semua ini karena Sri membangunkanku malam-malam dan memukulku tanpa alasan yang jelas," ucap Mas Hadi mau melimpahkan kesalahan padaku. "Itu bohong! Dia selingkuh di belakangku Pak RT dan mer
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

59. Raba kuduk.

"Mama benar-benar malu dengan tingkah kalian berdua. Kamu juga Sri, Mama sudah bilang sama kamu tanya baik-baik dulu siapa tahu kalian salah paham. Ini kamu malah marah-marah di tengah malam buta. Benar-bemar kekanak-kanakan sekali!" ucap mertuaku ketus.Dia baru saja datang setelah mendapatkan kabar dari Mas Wahyu. kami berempat kumpul di ruang makan sambil menikmati secangkir teh dan juga gorengan yang Mas Hadi beli di simpang. Mama datang bersama adik perempuan Mas Hadi yang selalu memandang sinis padaku. Sejak berpacaran dulu, adiknya itu memang tidak pernah menyukaiku. Aku tak tahu apa yang membuatnya sampai seperti itu."Kenapa hanya aku saja yang Mama salahkan. Kenapa Mas Hadi tidak? Dia juga ada andil dalam keributan ini. Dia selingkuh dengan wanita lain sampai masuk hotel," jawabku. Kubuka semua yang menjadi pemicu keributan kami. "Jangan fitnah kamu, Sri. Aku tidak selingkuh, aku hanya mengantar Nyonya Indah ke hotel itu sebagai supirnya, pekerjaan sampinganku untuk memba
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

60. Bikin naik darah.

Pertengkaran diantara kami semakin memanas hingga tak ditemukan kata tenang. Mas Hadi dan Tika terus menyalahkanku, sementara aku tentu saja tak terima di salahkan. Bukannya memang tugas seorang suami untuk membahagiakan istrinya. Jika pada akhirnya si istri berhutang di luaran sana itu berarti si suami yang tak bisa memenuhi kebutuhan istrinya. "Sudah! Sudah! Mama tambah pusing mendengar kalian semua. Tak ada satupun yang mau mengalah. Jika terus saja saling jawab menjawab, kapan masalah ini berakhir," sentak Mertua yang tak lagi tahan dengan kebisingan ini. Kini dia menatap mataku intenst. Ada pancaran tak suka dari tatapan matanya. Ya ... sebaik apa pun mertua tetap saja saat terjadi pertengkaran dia pasti akan membela anaknya. Entah itu secara halus atau terang-terangan. "Kamu juga, Sri. Tugas suami memang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anak dan istri, tapi kamu sebagai istri juga harus tahu diri. Jangan mengikuti ukuran sepatu orang lain dan inilah hasilnya," lanjutn
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status