Share

17. Lidah tak bertulang.

Dug! Dag! Dug!

Bunyi musik menggema seantero bedengan ini. Hari masih pagi, jam dinding menunjukkan pukul tujuh. Namun tetangga perpaduan antara jin betina dan hantu itu sudah mulai beraksi.

Kepalaku yang pusing akibat morning sickness, kini bertambah pusing saja karena ulahnya.

Andai saja volume yang dia gunakan adalah volume dalam batas yang wajar mungkin aku masih bisa bertoleransi. Namun nyatanya, volume yang dia gunakan begitu kencang hampir membuat kepalaku terasa mau pecah.

Aku berada disituasi ngomong tak enak, diam menderita. Bayangkan! Hingga waktu menunjukkan pukul setengah satu, musik itu masih bergema bersahut-sahutan dengan bunyi azan di masjid.

Aku tak tahan lagi. Dia pikir ini diskotik!

Bruk! Bruk! Bruk!

Aku pukul dengan keras pintu kayu itu, semakin keras bunyi pintu yang aku pukul semakin sakit pula kepalaku.

"Sri! Buka pintunya Sri!" teriakku lantang.

"Ya Allah ya Tuhan, benar-benar gendeng saudaramu itu Anna!" teriak Bu Endang dari sebelah rumah. Karena suara
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status