Semua Bab LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA: Bab 21 - Bab 30

56 Bab

21

Pukul tiga sore seperti yang kujanjikan, aku sudah berada di sebuah gedung berlantai tiga yang belum rampung pembangunannya.Kuhubungi salah satu orang yang pernah kukenal sebagai preman pasar, dan meminta pria itu untuk menggertak pelakor dalam rumah tanggaku. Awalnya pria sangar itu tidak mau, tapi dengan bayaran yang cukup besar akhirnya, dia setuju."Tapi kalo ada apa apa, gue gak mau terlibat ya," ucapnya yang mengacu pada polisi."Iya, lakukan saja dengan aman, agar semuanya tidak perlu ketahuan," balasku sambil mengangsurkan amplop coklat lalu memberikan itu padanya."Kalau aku tertangkap, kau akan kuseret juga," ujarnya."Abang tak perlu memperkosa wanita itu, cukup beri pelajaran saja!""Baiklah, aku akan menyamar, mengenakan pakaian dan gaya mirip suamimu sementara kau datang saja lebih dulu," balasnya sambil tersenyum jahat."Siap, aku akan di sana untuk merekamnya!"Aku berencana menggunakan video skandal traumatis itu untuk membuat wanita itu takut, dan cemas sepanjang
Baca selengkapnya

22

Setelah Bang Hilman selesai memberikan pelajaran kepada Gita, kami tinggalkan tempat itu dengan cara terpisah. Kutelpon dia untuk mengkonfirmasi bahwa tugasnya sudah selesai, lantas aku pun berniat untuk membayarkan sisa biayanya, sementara pria itu akan mengirimkan video yang baru saja dia rekam."Terima kasih atas bantuannya, saya tahu ini tidak kriminal tapi sepertinya saya tidak punya pilihan lain untuk mempertahankan apa yang saya miliki.""Ya, sama sama.""Karena abang Hilman tidak tergoda untuk menyentuh perempuan itu," ucapku berhati hati."Aku tak berminat pada Lon** gratisan, yang dibayar lebih menantang," jawabnya terkekeh pelan."Terima kasih sekali lagi.""Aku sudah membantumu dan akan mengirimkan videonya tapi Jangan libatkan aku dalam segala urusan yang kemudian terjadi keesokan harinya.""Baik," jawabku."Tapi saya lebih khawatir karena Wanita itu mungkin bisa mendeskripsikan ciri-ciri Bang Hilman ke polisi.""Tidak perlu khawatir, dia tak akan berani melakukannya," ja
Baca selengkapnya

23

Beberapa jam Setelah kepergian Mas Arga dia kembali menelpon ke ponselku, ketika aku angkat pria itu terdengar sangat resah dan panik."Halo, assalamualaikum.""Gita mengalami trauma berat dan mentalnya mengalami gangguan, nampaknya dia baru saja dicoba untuk diperkosa. Gadis itu nampak terguncang frustasi dan ketakutan.""Mengapa kau beri tahu aku seakan itu penting bagiku, aku tak peduli dan itu bukan urusanku," jawabku ketus."Keluarganya sudah lapor polisi," ujarnya dengan tegas.Mengapa suamiku harus mengatakan hal itu padaku? apa menurutnya laporan pada polisi akan penting? aku sama sekali tidak peduli. Andai pun wanita itu melapor, maka video penelanjangan dirinya akan viral di sosial media. Tentu saja dia tidak akan berani untuk membuka mulutnya, siap tentang siapa pelaku dan bagaimana detail kejadiannya."Ya lapor saja, aku tak peduli, dan ya, katakan padaku .. kau janji sudah mengakhiri hubungan dengan Gita, mengapa sekarang kau masih peduli padanya dan panik seolah-olah di
Baca selengkapnya

24

Sekuat-kuatnya aku ... perpisahan tetaplah hal yang menyakitkan, membayangkan bahwa kami yang dulu amat bahagia lalu tidak bersama lagi, membuat air mata ini menggenang di pelupuk mata. Aku menangis di sepertiga malam, di atas sajadah di mana kusujudkan diri dan melabuhkan doa doa panjang."Ya Allah, apa sampai di sini saja rumah tangga kami, sesingkat inikah hubungan yang kami untai dengan janji suci, haruskah berakhir hanya begini saja?"Semakin dipikirkan rasanya makin tak kuat diri ini membayangkannya. "Jika harus berpisah mengapa ditakdirkan bersama?" Mungkin bukan hanya aku yang menanyakan pertanyaan demikian tapi banyak orang di dunia ini dengan nasib yang sama.Sebuah misteri dan permainan takdir yang sulit diartikan. Terlihat tidak adil tapi Tuhan punya hak prerogratif yang tidak bisa diganggu gugat."Ah, aku pasrah," gumamku seraya merangkum air mata dengan ujung mukena.*Hari Minggu, pukul empat sore kedua belah pihak anggota keluarga untuk berdiskusi membicarakan peri
Baca selengkapnya

25

Setelah kepulanganku dari persidangan, kubuka pintu rumah yang sebagiannya terbuat dari kaca dengan hati Sekuat-kuatnya aku ... perpisahan tetaplah hal yang menyakitkan, membayangkan bahwa kami yang dulu amat bahagia lalu tidak bersama lagi, membuat air mata ini menggenang di pelupuk mata. Aku menangis di sepertiga malam, di atas sajadah di mana kusujudkan diri dan melabuhkan doa doa panjang."Ya Allah, apa sampai di sini saja rumah tangga kami, sesingkat inikah hubungan yang kami untai dengan janji suci, haruskah berakhir hanya begini saja?"Semakin dipikirkan rasanya makin tak kuat diri ini membayangkannya. "Jika harus berpisah mengapa ditakdirkan bersama?" Mungkin bukan hanya aku yang menanyakan pertanyaan demikian tapi banyak orang di dunia ini dengan nasib yang sama.Sebuah misteri dan permainan takdir yang sulit diartikan. Terlihat tidak adil tapi Tuhan punya hak prerogratif yang tidak bisa diganggu gugat."Ah, aku pasrah," gumamku seraya merangkum air mata dengan ujung muk
Baca selengkapnya

26

**"Aku mau pergi?" Lelaki terlihat rapi dengan setelan kemeja, rambutnya ditata dengan klimis dan aroma tubuhnya tercium hingga ke seluruh sudut rumah. Melihat ayahnya yang sudah tampan dan berpakaian necis biasanya anak-anak akan heboh bertanya dan minta ikut tapi mereka hanya duduk di depan televisi dan menatap Mas Arman dengan datar. Perbuatannya yang telah mengabaikan keluarga serta fakta yang kemudian terungkap pada anak-anak bahwa dia lebih memilih aruni daripada kami, membuat putra dan putriku terlihat canggung pada ayahnya sendiri. Segan, takut, kecewa dan kesal bercampur jadi satu dan tergambar jelas di wajah Dika dan Inayah. "Ada yang mau ikut?" Lelaki itu berkedip dan menggoda anak-anaknya tapi anak-anak hanya melihatnya lalu menghela nafas, mereka mengabaikannya lalu kembali fokus ke layar TV. "Baiklah, ayah tidak akan memaksa kalau kalian tidak mau ikut, tapi jangan menyesal karena ayah akan pergi ke pesta makan bersama tante aruni dan Gilang."Hah, ya ampun!Kini di
Baca selengkapnya

27

Karena menyadari sekarang aku sudah tidak memiliki orang yang akan menanggung kehidupan kami, maka, kuputuskan untuk mencoba mencari pekerjaan. Kuputuskan untuk mengakhiri dan tidak terus menangis tersedu-sedu dihadapan kedua orang tuaku dan keluarga.Aku tahu persis hatiku sesedih apa tapi mendramatisir keadaan bukanlah solusi yang benar. Aku harus bangun, mencari cara dan menemukan langkah untuk melanjutkan hidupku dan anakku.Kucoba menyusuri lowongan pekerjaan yang dibuka secara online di berbagai aplikasi, kucoba mencari sesuatu yang kemungkinan cocok denganku, misalnya sebagai penulis jurnal atau artikel majalah online atau bisnis rumahan. Aku ingin mencari pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah karena Aku juga ingin fokus pada tumbuh kembang putra semata wayangku.Kebetulan karena aku masih punya nomor kontak Ardina yang merupakan selingkuhan Mas Hendri--suaminya iparku--maka kuputuskan untuk menghubunginya dan mencoba mencari-cari mungkin ada kesempatan bekerja dengannya."
Baca selengkapnya

28

Ada rasa penasaran dalam benakku setelah selesai membahas segala hal dengan Ardina saat makan siang tadi. Kami saling bercerita dan mengevaluasi kinerja masing-masing harus saling mendukung kemudian membicarakan mantan suamiku.Aku heran mengapa dia mantanku menunda pernikahannya sementara dia sendiri mengaku telah menyebarkan undangan.Apa itu bagian dari rencananya untuk menyakitiku? apakah dia mengaku telah menyebarkan undangan padahal kenyataannya persiapan pernikahannya belum dilakukan sama sekali? kalau ternyata ada yang dibatalkan pasti ada alasan, lalu apa alasannya?"Ah, kenapa juga aku harus memikirkan lelaki jahat itu, dia bukan lagi bagian dari hidupku atau hatiku," pikirku sambil menepis segala hal tentangnya.Sepulang kantor, kukenakan mantel, dan merapikan meja kerjaku. Kuraih tas dan kunci motor, lalu keluar bersama teman-temanku, melewati pintu utama, lantas menerobos hujan yang sebentar lagi akan menderas, menyeberang menuju sebuah kedai roti di seberang jalan.Mu
Baca selengkapnya

29

Hari ini aku pergi ke tempat kerja seperti biasa, kutepikan motor dan masuk ke kantor dengan santai. Kusapa teman-temanku yang ada di kantor depan lalu kuambil tempat duduk di meja kerjaku. Kunyalakan komputer dan memulai segalanya dengan Bismillah.Tring ....Ada notifikasi di layar ponsel yaitu, pesan dari Ardina. Dia mengirimkan sebuah foto di mana dia dan Mas Hendri sedang berpose mesra, lalu di slide berikutnya wanita itu terlihat memeluk suami Mbak Feni dalam posisi membelakangi kamerea dengan raut penuh haru dan bahagia. Di tangannya ia pegang sebuah alat test kehamilan dan ekspresi itu sudah kupahami bahwa dia tengah mengumumkan kebahagiaannnya.(Apa? Kamu hamil, selamat ya, Ardina.)(Alhamdulillah, kini aku bisa mengukuhkan hubungan, aku punya alasan untuk dinikahi Mas Hendri dengan sah,) jawabnya dengan cepat.(Kamu lagi di mana?)(Di kantor aku, di seberang gedung kamu kan?)(Kapan kamu tahu kamu hamil?)(Kemarin malam. OMG, aku bahagia banget, sampai aku gak bisa bendun
Baca selengkapnya

30

Tak kusangka, sore hari ini, selepas jam kerja berakhir, ada sosok yang menungguku di loby utama. Ketika aku keluar dari lift pria itu langsung tersentak, matanya berbinar, dia mendekat, meski dengan langkah tersuruk rasa ragu. Jelas, roman wajahnya mengatakan hal itu."Mas Arga lagi ... hmm, malas aku menemuinya." Kupercepat langkah dan pura-pura tidak melihat pria itu. "Irma tunggu ...." Pria tampan itu sigap menarik tanganku. Aku terhenti sementara teman teman kerja yang menyasikan adegan itu kini bersorak dan menggoda kami dengan segala selorohan yang mencanggungkan, jelas, karena mereka tidak tahu sosok itu adalah itu mantan suamiku."Apa yang kau inginkan?" tanyaku dengan pelototan mata tak suka. Aku berusaha melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan tanganku."Ayo menepi dan bicara," ajaknya."Kantor tutup dan gedung ini akan ditutup pula!" sentakku sambil menarik tanganku dengan kebencian yang sudah mengurat di kepala."Kalo begitu kita bicara di cafe seberang jalan."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status