Hari ini aku pergi ke tempat kerja seperti biasa, kutepikan motor dan masuk ke kantor dengan santai. Kusapa teman-temanku yang ada di kantor depan lalu kuambil tempat duduk di meja kerjaku. Kunyalakan komputer dan memulai segalanya dengan Bismillah.Tring ....Ada notifikasi di layar ponsel yaitu, pesan dari Ardina. Dia mengirimkan sebuah foto di mana dia dan Mas Hendri sedang berpose mesra, lalu di slide berikutnya wanita itu terlihat memeluk suami Mbak Feni dalam posisi membelakangi kamerea dengan raut penuh haru dan bahagia. Di tangannya ia pegang sebuah alat test kehamilan dan ekspresi itu sudah kupahami bahwa dia tengah mengumumkan kebahagiaannnya.(Apa? Kamu hamil, selamat ya, Ardina.)(Alhamdulillah, kini aku bisa mengukuhkan hubungan, aku punya alasan untuk dinikahi Mas Hendri dengan sah,) jawabnya dengan cepat.(Kamu lagi di mana?)(Di kantor aku, di seberang gedung kamu kan?)(Kapan kamu tahu kamu hamil?)(Kemarin malam. OMG, aku bahagia banget, sampai aku gak bisa bendun
Tak kusangka, sore hari ini, selepas jam kerja berakhir, ada sosok yang menungguku di loby utama. Ketika aku keluar dari lift pria itu langsung tersentak, matanya berbinar, dia mendekat, meski dengan langkah tersuruk rasa ragu. Jelas, roman wajahnya mengatakan hal itu."Mas Arga lagi ... hmm, malas aku menemuinya." Kupercepat langkah dan pura-pura tidak melihat pria itu. "Irma tunggu ...." Pria tampan itu sigap menarik tanganku. Aku terhenti sementara teman teman kerja yang menyasikan adegan itu kini bersorak dan menggoda kami dengan segala selorohan yang mencanggungkan, jelas, karena mereka tidak tahu sosok itu adalah itu mantan suamiku."Apa yang kau inginkan?" tanyaku dengan pelototan mata tak suka. Aku berusaha melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan tanganku."Ayo menepi dan bicara," ajaknya."Kantor tutup dan gedung ini akan ditutup pula!" sentakku sambil menarik tanganku dengan kebencian yang sudah mengurat di kepala."Kalo begitu kita bicara di cafe seberang jalan."
Sungguh tidak ada yang lebih membahagiakan ketika melihat orang yang pernah mencampakkan dan menyakiti kini balik tersakiti dan menderita. Meski aku tidak mengetahui sepenuhnya seluk beluk apa latar belakang yang membuat Mas Arga membatalkan pernikahan hingga waktu yang tidak ditentukan, tapi setidaknya aku mulai merasakan bahwa dia goyah dengan keputusan awalnya. Keputusan yang digadang-gadang akan membuatnya bahagia dengan cara melupakanku dan meninggalkan Hafiz.Tidaklah sebuah kebodohan meninggalkan keluarga yang mencintai dan selalu menunggu kita dengan penuh kerinduan, lalu mengganti semua kesetiaan itu dengan penghianatan atau cinta yang dibelokkan. Meski menurut pepatah menikah belum tentu berjodoh tapi sebuah ikatan tidak akan terjalin tanpa ada komitmen dan janji untuk menghabiskan hidup bersama selamanya.Di sisi lain seumur hidup gunakan terlalu lama jika dihabiskan dengan orang yang salah, tadinya aku pun bertahan dan ingin menjaga keutuhan rumah tangga namun lama-kelamaa
Aku tahu, aku tak boleh terjebak dalam muslihat atau ikut ikutan dengan rencana jahat sahabatku, meski aku sendiri ingin sekali memberi keluarga Mas Arga pelajaran berharga bahwa jika mereka menyakiti orang lain pasti akan ada karma buruk yang mengikuti.Aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan hidupku, jika masyarakat terus-menerus hubungan ini tanpa alasan beruntungnya dia segala menceraikanku. Menyelesaikan urusan kami yang tertunda sehingga aku bisa melanjutkan hidupku hingga sekarang, aku jadi wanita bekerja yang bahagia dengan diri sendiri.Jika pagi aku terbangun dengan penuh semangat lalu pulang sore hari, bertemu anakku dan menghabiskan waktu kami berdua saja dengan gembira, naik motor sambil menikmati sore, kadang mampir ke pantai di mana ada wahana odong odong untuk menghibur dia, lalu kubelikan anakku balon dan gulali kapas. Sesederhana itu saja bisa menerbitkan senyum di bibirnya apalagi jika ... ah aku tak akan membayangkan kebahagiaan andai keluarga kami bers
Bruk!Kututup mata sambil melindungi kepala, aku tahu wanita itu akan menyerang dengan brutal, tapi sampai ada suara orang jatuh dan saling tabrak aku masih baik baik saja.Kubuka mata perlahan sambil menebak apa yang terjadi, apakah wanita itu terjatuh atau ...Ya, seseorang menangkapnya dariku. Ternyata itu Mas Arga."Mbak Feni, jangan bikin malu!""Wanita itu ... dia tahu sahabatnya menjalin hubungan dengan Mas Hendri," jerit wanita itu sambil meronta ronta di pelukan adiknya.Semua orang yang ada loby menatap padaku sambil mengernyit heran, ada yang kaget, ada raut terkejut, tidak percaya dan ada pula yang nampak menyudutkan."Sungguhkah?" desis teman yang ada di sampingku."Tidak, wanita itu gila.""Jangan mengelak kamu, ngaku aja kamu, kamu memang tahu kan?""Tahu gak tahunya, bukan urusan saya dengan rumah tangga kamu, kenapa kamu marah ke saya? Aneh deh....""Kamu sengaja kan nyuruh teman kamu buat goda suami saya agar kamu bisa balas dendam.""Apa? Emangnya saya kurang kerja
Kumatikan ponsel lalu menatap wanita itu, memandang wajahnya yang merah padam serta mata yang sembab, dia menangis menyesali takdir buruknya pada diriku yang tidak tahu apa-apa. "Aku akan masuk ke dalam rumah, kau bisa menunggu jemputanmu di sini atau di depan jalan sana," perintahku sambil membuka pintu yang setengah bagiannya adalah kaca, lalu masuk ke dalam."Kalau begitu mari kita bicara baik-baik," ucapnya menahan langkahku."Untuk apa?""Untuk saling memahami.""Aku tidak bisa saling memahami dengan wanita menjijikkan yang sudah merusak rumah tanggaku, masih bagus karena aku tidak memukul dan menamparmu, jangan melebihi batas!""Tolong beri pengertian pada Mas Arga, agar tidak menggantung hubungan kami. Aku ingin segera dinikahi," ucapnya dingin.Tatapan matanya liar namun di sisi lain juga ada kekosongan yang hampa."Memangnya apa yang sudah dilakukan Arga padamu hingga kau begitu lengket padanya? Apakah dia sudah berhasil mengambil keperawananmu, Apakah dia sudah menidurimu b
Setelah mendengar percakapanku, Mas Arga tidak lagi membalasnya. Status WhatsAppnya langsung offline begitu saja. Aku tidak paham, namun mungkin ada rasa malu juga kecewa yang kini menggerogoti perasaan mantan suamiku, di sisi lain juga, aku sungguh sudah muak padanya."Bagus jika pria itu tidak lagi menggangguku," gumamku.Kurebahkan diriku ke atas tempat tidur lalu mematikan lampu yang ada di meja sebelahku dan memaksa diri memejamkan mata.Memang tidak mudah move on dari orang yang pernah mencintai kita. Tapi ketika dia mencampakkan ke sisi paling gelap di dunia ini, aku tidak punya pilihan lain selain melupakan orang yang telah menyakiti hatiku."Dundaaa ...."Anakku tiba-tiba meraba wajahku dan mata kecilnya menatap diri ini dengan binar polos dan penuh cinta."Iya Sayang, ada apa?"tanyaku sambil mendaratkan kecupan di keningnya."Ayah ... na ...?" Aku memahami bahwa berita kecil yang sedang merindukan ayahnya, dia bertanya padaku di mana Mas Arga sekarang."Ayah sedang sibuk ja
Ternyata kejadian barusan terlihat oleh temanku Ardina. Nampaknya dia kebetulan lewat dan menyaksikan adegan yang terjadi di dalam cafe. Wajar melihat karena dindingnya terbuat dari kaca transparan."Astaga, apa yang terjadi?" tanyanya menyongsongku ketika aku keluar dari tempat. Sahabatku tak mampu menyembunyikan raut terkejutnya."Pria itu lancang sekali ingin meminta rujuk kepadak," jawabku sambil mendecak pelan."Hah, minta rujuk, apa dia sedang CLBK? Hahahah." Temanku itu hanya tertawa sejadi jadinya, sedang aku hanya menaikkan sudut bibir, jengkel dengan tertawaannya. "Mungkin menyesal karena ternyata kekasihnya mungkin tidak sesuai ekspektasi .... atau bisa jadi dia meninjau kembali tentang anak kami.""Umumnya pria yang tergila-gila pada kita pertama yang tidak akan peduli tentang nasib istri dan anak karena sudah dibutakan cinta. Mas Hendri saja yang bukan cinta pertama sangat tergila-gila padaku, apalagi Arga yang sudah memupuk perasaannya selama bertahun-tahun.""Kalau b