Semua Bab LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA: Bab 11 - Bab 20

56 Bab

11

Pagi baru saja bernapas, tetesan embun masih membasahi kelopak mawar dan anyelir, kubuka pintu, membiarkan hawa pagi memasuki rumah, aroma bunga dan tanah basah merebak seakan ingin mengajakku bersemangat dengan hari baru.Ketika sibuk menyapu suamiku pulang dan langsung memarkirkan motornya, ditemuinya aku yang hanya dia melihatnya datang."Mengapa kamu tidak menyusul ke rumah sakit?""Aku yakin kalian tidak menginginkan kedatanganku, tapi meski begitu, aku sudah menghubungi Mbak Feni tapi dia tidak mengangkatnya." Aku masih melanjutkan kegiatanku menyapu."Aku tidak menyangka bahwa kau akan mengeraskan hatimu dan menunjukkan permusuhan yang dalam pada keluargaku!""Jangan cari gara-gara pagi-pagi Mas, kamu tidak pernah mengerti perasaanku dan kekhawatiranku kepada ayah mertua juga sangat besar, tapi aku tahu diri!" jawabku dingin."Oh ya? Manis sekali ...." Dia mengejekku."Oh ya, apa kamu melaporkan perbuatanku ke kantorku?""Iya." Aku menjawab dengan lantang untuk mengetahui rea
Baca selengkapnya

12

Tanpa merekam video dan menyebarkan ke sosial media, ternyata unggahan nitizen ketika aku menyambangi kafe dan menyirami Gita dengan jus, sudah ramai bahkan sudah ditonton jutaan kali oleh pemirsa. Aku tak menyangka atas reaksi publik dengan video berdurasi beberapa detik itu. Banyak komentar pro dan kontra yang tertuju di video yang diunggah pengunjung cafe itu.Sebagian mendukungku, sebagian lagi menyalahkanku.'Kasihan istrinya, kuat ya, Mbak.'Begitu tulisan di sosial media.'Semoga istrinya bisa menata hidup mandiri bersama putra mereka.' begitu unggahan komentar dari seorang wanita.Namun komentar sumbang yang menyakitkan hati juga diarahkan padaku,'Mungkin istrinya yang kurang pelayanan terhadap suami. Makanya suami nikah lagi.''Mbaknya cerewet atau bisa jadi lupa mengurus diri, makanya Masnya kabur ke pelukan pelakor cantik.'Tapi banyak komentar yang membalas komentar pedas tersebut mungkin karena solidaritas wanita sesama pengguna sosial media, jadi mereka seolah merasaka
Baca selengkapnya

13

Pukul lima sore hari suamiku pulang, diparkirkannya motor seperti biasa lalu tanpa kuduga, dihempasnya helm dengan kasar di depan pelataran rumah.Prak!Sangat keras, sampai aku dan Hafiz terkejut.Lama dia menunggu di depan, tatapan matanya liar, nanar menghadap ke pintu rumah, mungkin dia menunggu aku keluar dan bertanya padanya mengapa kiranya dia membanting pelindung kepala.Tapi, ya, kubiarkan saja, aku sudah paham mengapa kemarahannya demikian."Apa perlumu, sampai kau harus pergi ke kantor Gita dan mempermalukan dia di depan bosnya?""Seorang pelakor harus dipermalukan agar mereka kapok dan tidak mengulangi perbuatan!""Heh, kau tak tahu malu apa, kau tak sadar bahwa kau yang memaksa dirimu padaku," celanya dengan jari telunjuk yang diarahkan ke mata kiriku."Kalau kamu merasa begitu, kenapa tidak jatuhkan talakmu, agar kepalamu tak pusing ... Tinggalkan anak istrimu dan bahagialah dengan wanita itu.""Kau menantangku?!""Ayo lakukan, sekarang kau ucapkan talakmu, besoknya
Baca selengkapnya

14

Lepas ibu mertua mengakhiri panggilan di ponselnya, kedua anak beranak itu menjauh dari rumahku."Ayo pergi, Feni," ajaknya pada kakak ipar. Wanita yang dipanggil hanya menatapku sekilas lalu melenggang begitu saja melewatiku."Aku berikan waktu seminggu, kemasi barangmu dan pergi dari tempat ini.""Saya tidak akan kemana-mana!""Bertahan saja, kalau kau bisa," balasnya sambil menjauh.Aku terduduk sedih, aku terdiam melihat bagaimana mertua menyakiti hati ini. Tentang suami, teganya dia menceraikan diri ini lewat telepon. Tidak bisakah ia pulang lalu menyudahi urusan denganku? ternyata posisi diri ini sudah direbut. Cinta pertama dalam hidup suamiku kembali muncul dan menimbulkan petaka di antara kami. Pun keluarganya, teganya mereka mencampakkanku begitu saja, padahal sebelum ini, kami tidak pernah bermasalah, cenderung harmonis dan bahagia.*Dua hari kutunggu Mas Dirga untuk pulang, kutunggu itikad baik untuk menyudahi hubungan ini dan membereskan tentang rumah yang harus dibagi.
Baca selengkapnya

15

Setelah kupukul dan mereka menyadari sesuatu, kedua orang yang kubenci itu beringsut pergi dari rumah ini tanpa mengatakan apapun lagi.Tadinya Mas Arga ingin membalas dan memukulku tapi dan berpikir sekali lagi lalu tanpa banyak bicara lagi diajaknya sang kekasih keluar dari kamar utama lalu meninggalkan rumah ini."Artinya dia berpikir sebelum bertindak," gumamku.Kulirik ponsel dan melihat status video yang beberapa menit lalu kuunggah. Ternyata disana Sudah ada banyak komentar yang pro dan aku tidak membacanya agar mental dan pikiranku tidak semakin terpengaruh dan aku makin murka.Akan kusiapkan diriku untuk apa yang akan terjadi selanjutnya.Kuambil ponsel lalu menelepon Ibu memintanya untuk datang menjemput Hafiz."Kenapa Ibu harus menjemput Hafiz?" tanya wanita itu dengan nada heran."Karena aku akan masuk kantor polisi," jawabku."Kantor polisi? Kenapa, apa kamu melakukan sesuatu?""Ibu lihat saja videonya di Facebook milikku aku tidak ada waktu untuk menjelaskan karena harus
Baca selengkapnya

16

Aku terbangun karena kicauan burung Pipit yang bertengger di pohon, kubuka mata dan memastikan diriku masih ada di sofa semalam, tanpa selimut dan kedinginan."Tidak ada yang datang, apa sampai sekarang mereka tidak melaporkan perbuatanku?" Aku membatin sambil membenahi jilbab dan bangun untuk mencuci muka.Kusiapkan sarapan untukku sendiri duduk di meja makan dan menikmati sarapan sembari berteman sepi. Kulirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, lalu membuka ponsel untuk menghubungi Ibu. Kulihat anakku sedang sibuk bermain dan disuapi ibu ketika panggilan video call itu diangkatnya."Gimana keadaanmu sekarang?"Tanya ibu sambil mengarahkan sendok ke mulut kecil Hafiz."Baik aku sedang sarapan.""Apa tidak ada yang datang?""Tidak ada sampai sekarang tidak ada.""Baguslah itu artinya mereka tidak akan melakukannya," ucap ibu dengan senyum tipis beliau."Mungkin saja rencana dulu sebelum mereka datang dan membekukku," ucapku lirih.Tiba-tiba saja, selagi aku bicara suara
Baca selengkapnya

17

"Oke ... oke, aku mengaku salah, wanita itu pergi pasca berita tentang hubungan kami viral. Orang orang di kantor heboh dan sedang menunggu untuk memberiku hukuman, orang tuaku juga tak kalah malunya karena tercoreng sebagai mertua yang jahat, begitu juga kakakku, apakah menurutmu itu belum cukup hukumannya?" Dia mulai berbicara dengan nada cepat."Aku membutuhkan permintaan maaf dihadapan semua orang, karena aku sudah mengunggahnya ke sosial media maka yang harus kau lakukan adalah memberikan klarifikasi ke sosial media juga," jawabku dingin.Pria itu langsung memberingas dan mendekatiku, dicekalnya lengan ini yang hendak mengambil gagang sapu lalu ditatapnya mata ini dengan tatapan kesal."Apa maumu! Kini aku sudah pulang padamu, kembalikan keadaan seperti semula!"Beraninya dia melotot padaku, memaksaku mengembalikan keadaan padahal orang yang memperkeruh suasana jelas jelas adalah dia."Mengapa menuntutku untuk mengembalikan keadaan seperti semula? harusnya kamu yang memperbaiki
Baca selengkapnya

18

Tentu saja mendengar ucapan Ibu mertua yang terkesan amat melecehkanku, tak kuasa diri ini menahan kegeraman. Mungkin wajar wanita itu bersikap angkuh, karena dia sendiri tak tahu rasanya dimadu.Mungkin ada baiknya jika ayah mertua menikah lagi dan memberinya rasa sakit seperti yang kurasakan sekarang."Gak usah, Bu, biar di sini saja, saya mau pergi," ucap wanita itu membalikkan badan. Namun ibu mertua bersikeras menarik tangannya dan memintanya untuk masuk dan menemui Mas Arga."Kini Arga adalah calon suamimu, kamu berhak menemuinya dan memberikan dia makanan. Kebetulan wanita ini nampaknya juga tidak menyiapkan sesuatu untuk Arga." Wanita itu mendelik sinis padaku."Tidak Bu, Mas Arga memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan saya, kebetulan di momen ini saya berniat mengembalikan buku tabungan yang dia serahkan untuk acara pernikahan kami," ucap Gita sambil menyerahkan buku tabungan berwarna biru.Tentu saja hati ini semakin sakit, tidak menyangka bahwa diam-diam suamiku menyi
Baca selengkapnya

19

Aku sedang berada di supermarket ketika bertemu dengan salah seorang mantan Teman sekolahku, dia bernama Ardina, menyapaku ketika diri ini sedang sibuk memilih apel di stand buah."Hai, Irma kan?" sapa wanita dengan blazer berwarna navy dengan celana pipa senada."Iya, ini Irma, kalau gak salah kamu Ardina kan?""Iya," jawabnya dengan binar bahagia, kami berpelukan dan saling menanyakan kabar. Dulu dia teman satu kelas dan juga satu klub pecinta alam denganku."Kamu kerja di mana sekarang?""Di PT. Cakra buana, perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis dan menyediakan makanan organik yang didistribusikan ke supermarket-supermarket ke berbagai kota," ucapnya pelan."Kebetulan Kakak iparku Mas Hendri, suami Kakak Mas Arga juga bekerja di PT yang sama," balasku cepat."Oh, Pak Hendri yang kepala divisi pemasaran?""Iya._""Iya, aku mengenalnya, dia orang yang ramah, kepercayaan Bos dan sedikit tampan," bisiknya malu malu."Sungguhkah dia menurutmu tampan," tanyaku mengulum senyum."
Baca selengkapnya

20

Tanpa menunggu lebih lama, berita itu terdengar dengan cepat sampai ke rumahku, di pagi-pagi buta, Mas Arga terdengar panik mendapatkan panggilan telepon dari ibunya."Assalamualaikum?" sapa suamiku yang masih setengah mengantuk di balik selimutnya.Entah apa yang dia dengar, tapi seketika saja suamiku langsung melompat dari pembaringan, wajahnya terkejut pusat pasi dan terlihat menatapku dengan raut yang begitu syok."Mas Hendri selingkuh?!" Mas Arga tidak mampu menyembunyikan ekspresi terbelalaknya."Oke ... oke, aku akan datang," jawabnya sembari menutup telepon dan bergegas ke kamar mandi dan mencuci muka."Ada apa?" tanyaku pura pura bodoh."Ti-tidak ada apa apa, hanya sedikit uhm ....""Apa ..? kudengar kakakmu diselingkuhi," ujarku dengan senyum sinis.Pria yang kutanya hanya mendecak sambil segera merapikan pakaiannya dan bergegas pergi, meraih kunci motor dan meluncurkan kendaraannya dengan cepat.Aku tahu, ini saatnya keluarga 'toxic' itu menerima karma yang menyakitkan,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status