Tentu saja mendengar ucapan Ibu mertua yang terkesan amat melecehkanku, tak kuasa diri ini menahan kegeraman. Mungkin wajar wanita itu bersikap angkuh, karena dia sendiri tak tahu rasanya dimadu.Mungkin ada baiknya jika ayah mertua menikah lagi dan memberinya rasa sakit seperti yang kurasakan sekarang."Gak usah, Bu, biar di sini saja, saya mau pergi," ucap wanita itu membalikkan badan. Namun ibu mertua bersikeras menarik tangannya dan memintanya untuk masuk dan menemui Mas Arga."Kini Arga adalah calon suamimu, kamu berhak menemuinya dan memberikan dia makanan. Kebetulan wanita ini nampaknya juga tidak menyiapkan sesuatu untuk Arga." Wanita itu mendelik sinis padaku."Tidak Bu, Mas Arga memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan saya, kebetulan di momen ini saya berniat mengembalikan buku tabungan yang dia serahkan untuk acara pernikahan kami," ucap Gita sambil menyerahkan buku tabungan berwarna biru.Tentu saja hati ini semakin sakit, tidak menyangka bahwa diam-diam suamiku menyi
Aku sedang berada di supermarket ketika bertemu dengan salah seorang mantan Teman sekolahku, dia bernama Ardina, menyapaku ketika diri ini sedang sibuk memilih apel di stand buah."Hai, Irma kan?" sapa wanita dengan blazer berwarna navy dengan celana pipa senada."Iya, ini Irma, kalau gak salah kamu Ardina kan?""Iya," jawabnya dengan binar bahagia, kami berpelukan dan saling menanyakan kabar. Dulu dia teman satu kelas dan juga satu klub pecinta alam denganku."Kamu kerja di mana sekarang?""Di PT. Cakra buana, perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis dan menyediakan makanan organik yang didistribusikan ke supermarket-supermarket ke berbagai kota," ucapnya pelan."Kebetulan Kakak iparku Mas Hendri, suami Kakak Mas Arga juga bekerja di PT yang sama," balasku cepat."Oh, Pak Hendri yang kepala divisi pemasaran?""Iya._""Iya, aku mengenalnya, dia orang yang ramah, kepercayaan Bos dan sedikit tampan," bisiknya malu malu."Sungguhkah dia menurutmu tampan," tanyaku mengulum senyum."
Tanpa menunggu lebih lama, berita itu terdengar dengan cepat sampai ke rumahku, di pagi-pagi buta, Mas Arga terdengar panik mendapatkan panggilan telepon dari ibunya."Assalamualaikum?" sapa suamiku yang masih setengah mengantuk di balik selimutnya.Entah apa yang dia dengar, tapi seketika saja suamiku langsung melompat dari pembaringan, wajahnya terkejut pusat pasi dan terlihat menatapku dengan raut yang begitu syok."Mas Hendri selingkuh?!" Mas Arga tidak mampu menyembunyikan ekspresi terbelalaknya."Oke ... oke, aku akan datang," jawabnya sembari menutup telepon dan bergegas ke kamar mandi dan mencuci muka."Ada apa?" tanyaku pura pura bodoh."Ti-tidak ada apa apa, hanya sedikit uhm ....""Apa ..? kudengar kakakmu diselingkuhi," ujarku dengan senyum sinis.Pria yang kutanya hanya mendecak sambil segera merapikan pakaiannya dan bergegas pergi, meraih kunci motor dan meluncurkan kendaraannya dengan cepat.Aku tahu, ini saatnya keluarga 'toxic' itu menerima karma yang menyakitkan,
Pukul tiga sore seperti yang kujanjikan, aku sudah berada di sebuah gedung berlantai tiga yang belum rampung pembangunannya.Kuhubungi salah satu orang yang pernah kukenal sebagai preman pasar, dan meminta pria itu untuk menggertak pelakor dalam rumah tanggaku. Awalnya pria sangar itu tidak mau, tapi dengan bayaran yang cukup besar akhirnya, dia setuju."Tapi kalo ada apa apa, gue gak mau terlibat ya," ucapnya yang mengacu pada polisi."Iya, lakukan saja dengan aman, agar semuanya tidak perlu ketahuan," balasku sambil mengangsurkan amplop coklat lalu memberikan itu padanya."Kalau aku tertangkap, kau akan kuseret juga," ujarnya."Abang tak perlu memperkosa wanita itu, cukup beri pelajaran saja!""Baiklah, aku akan menyamar, mengenakan pakaian dan gaya mirip suamimu sementara kau datang saja lebih dulu," balasnya sambil tersenyum jahat."Siap, aku akan di sana untuk merekamnya!"Aku berencana menggunakan video skandal traumatis itu untuk membuat wanita itu takut, dan cemas sepanjang
Setelah Bang Hilman selesai memberikan pelajaran kepada Gita, kami tinggalkan tempat itu dengan cara terpisah. Kutelpon dia untuk mengkonfirmasi bahwa tugasnya sudah selesai, lantas aku pun berniat untuk membayarkan sisa biayanya, sementara pria itu akan mengirimkan video yang baru saja dia rekam."Terima kasih atas bantuannya, saya tahu ini tidak kriminal tapi sepertinya saya tidak punya pilihan lain untuk mempertahankan apa yang saya miliki.""Ya, sama sama.""Karena abang Hilman tidak tergoda untuk menyentuh perempuan itu," ucapku berhati hati."Aku tak berminat pada Lon** gratisan, yang dibayar lebih menantang," jawabnya terkekeh pelan."Terima kasih sekali lagi.""Aku sudah membantumu dan akan mengirimkan videonya tapi Jangan libatkan aku dalam segala urusan yang kemudian terjadi keesokan harinya.""Baik," jawabku."Tapi saya lebih khawatir karena Wanita itu mungkin bisa mendeskripsikan ciri-ciri Bang Hilman ke polisi.""Tidak perlu khawatir, dia tak akan berani melakukannya," ja
Beberapa jam Setelah kepergian Mas Arga dia kembali menelpon ke ponselku, ketika aku angkat pria itu terdengar sangat resah dan panik."Halo, assalamualaikum.""Gita mengalami trauma berat dan mentalnya mengalami gangguan, nampaknya dia baru saja dicoba untuk diperkosa. Gadis itu nampak terguncang frustasi dan ketakutan.""Mengapa kau beri tahu aku seakan itu penting bagiku, aku tak peduli dan itu bukan urusanku," jawabku ketus."Keluarganya sudah lapor polisi," ujarnya dengan tegas.Mengapa suamiku harus mengatakan hal itu padaku? apa menurutnya laporan pada polisi akan penting? aku sama sekali tidak peduli. Andai pun wanita itu melapor, maka video penelanjangan dirinya akan viral di sosial media. Tentu saja dia tidak akan berani untuk membuka mulutnya, siap tentang siapa pelaku dan bagaimana detail kejadiannya."Ya lapor saja, aku tak peduli, dan ya, katakan padaku .. kau janji sudah mengakhiri hubungan dengan Gita, mengapa sekarang kau masih peduli padanya dan panik seolah-olah di
Sekuat-kuatnya aku ... perpisahan tetaplah hal yang menyakitkan, membayangkan bahwa kami yang dulu amat bahagia lalu tidak bersama lagi, membuat air mata ini menggenang di pelupuk mata. Aku menangis di sepertiga malam, di atas sajadah di mana kusujudkan diri dan melabuhkan doa doa panjang."Ya Allah, apa sampai di sini saja rumah tangga kami, sesingkat inikah hubungan yang kami untai dengan janji suci, haruskah berakhir hanya begini saja?"Semakin dipikirkan rasanya makin tak kuat diri ini membayangkannya. "Jika harus berpisah mengapa ditakdirkan bersama?" Mungkin bukan hanya aku yang menanyakan pertanyaan demikian tapi banyak orang di dunia ini dengan nasib yang sama.Sebuah misteri dan permainan takdir yang sulit diartikan. Terlihat tidak adil tapi Tuhan punya hak prerogratif yang tidak bisa diganggu gugat."Ah, aku pasrah," gumamku seraya merangkum air mata dengan ujung mukena.*Hari Minggu, pukul empat sore kedua belah pihak anggota keluarga untuk berdiskusi membicarakan peri
Setelah kepulanganku dari persidangan, kubuka pintu rumah yang sebagiannya terbuat dari kaca dengan hati Sekuat-kuatnya aku ... perpisahan tetaplah hal yang menyakitkan, membayangkan bahwa kami yang dulu amat bahagia lalu tidak bersama lagi, membuat air mata ini menggenang di pelupuk mata. Aku menangis di sepertiga malam, di atas sajadah di mana kusujudkan diri dan melabuhkan doa doa panjang."Ya Allah, apa sampai di sini saja rumah tangga kami, sesingkat inikah hubungan yang kami untai dengan janji suci, haruskah berakhir hanya begini saja?"Semakin dipikirkan rasanya makin tak kuat diri ini membayangkannya. "Jika harus berpisah mengapa ditakdirkan bersama?" Mungkin bukan hanya aku yang menanyakan pertanyaan demikian tapi banyak orang di dunia ini dengan nasib yang sama.Sebuah misteri dan permainan takdir yang sulit diartikan. Terlihat tidak adil tapi Tuhan punya hak prerogratif yang tidak bisa diganggu gugat."Ah, aku pasrah," gumamku seraya merangkum air mata dengan ujung muk