Lepas ibu mertua mengakhiri panggilan di ponselnya, kedua anak beranak itu menjauh dari rumahku."Ayo pergi, Feni," ajaknya pada kakak ipar. Wanita yang dipanggil hanya menatapku sekilas lalu melenggang begitu saja melewatiku."Aku berikan waktu seminggu, kemasi barangmu dan pergi dari tempat ini.""Saya tidak akan kemana-mana!""Bertahan saja, kalau kau bisa," balasnya sambil menjauh.Aku terduduk sedih, aku terdiam melihat bagaimana mertua menyakiti hati ini. Tentang suami, teganya dia menceraikan diri ini lewat telepon. Tidak bisakah ia pulang lalu menyudahi urusan denganku? ternyata posisi diri ini sudah direbut. Cinta pertama dalam hidup suamiku kembali muncul dan menimbulkan petaka di antara kami. Pun keluarganya, teganya mereka mencampakkanku begitu saja, padahal sebelum ini, kami tidak pernah bermasalah, cenderung harmonis dan bahagia.*Dua hari kutunggu Mas Dirga untuk pulang, kutunggu itikad baik untuk menyudahi hubungan ini dan membereskan tentang rumah yang harus dibagi.
Setelah kupukul dan mereka menyadari sesuatu, kedua orang yang kubenci itu beringsut pergi dari rumah ini tanpa mengatakan apapun lagi.Tadinya Mas Arga ingin membalas dan memukulku tapi dan berpikir sekali lagi lalu tanpa banyak bicara lagi diajaknya sang kekasih keluar dari kamar utama lalu meninggalkan rumah ini."Artinya dia berpikir sebelum bertindak," gumamku.Kulirik ponsel dan melihat status video yang beberapa menit lalu kuunggah. Ternyata disana Sudah ada banyak komentar yang pro dan aku tidak membacanya agar mental dan pikiranku tidak semakin terpengaruh dan aku makin murka.Akan kusiapkan diriku untuk apa yang akan terjadi selanjutnya.Kuambil ponsel lalu menelepon Ibu memintanya untuk datang menjemput Hafiz."Kenapa Ibu harus menjemput Hafiz?" tanya wanita itu dengan nada heran."Karena aku akan masuk kantor polisi," jawabku."Kantor polisi? Kenapa, apa kamu melakukan sesuatu?""Ibu lihat saja videonya di Facebook milikku aku tidak ada waktu untuk menjelaskan karena harus
Aku terbangun karena kicauan burung Pipit yang bertengger di pohon, kubuka mata dan memastikan diriku masih ada di sofa semalam, tanpa selimut dan kedinginan."Tidak ada yang datang, apa sampai sekarang mereka tidak melaporkan perbuatanku?" Aku membatin sambil membenahi jilbab dan bangun untuk mencuci muka.Kusiapkan sarapan untukku sendiri duduk di meja makan dan menikmati sarapan sembari berteman sepi. Kulirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, lalu membuka ponsel untuk menghubungi Ibu. Kulihat anakku sedang sibuk bermain dan disuapi ibu ketika panggilan video call itu diangkatnya."Gimana keadaanmu sekarang?"Tanya ibu sambil mengarahkan sendok ke mulut kecil Hafiz."Baik aku sedang sarapan.""Apa tidak ada yang datang?""Tidak ada sampai sekarang tidak ada.""Baguslah itu artinya mereka tidak akan melakukannya," ucap ibu dengan senyum tipis beliau."Mungkin saja rencana dulu sebelum mereka datang dan membekukku," ucapku lirih.Tiba-tiba saja, selagi aku bicara suara
"Oke ... oke, aku mengaku salah, wanita itu pergi pasca berita tentang hubungan kami viral. Orang orang di kantor heboh dan sedang menunggu untuk memberiku hukuman, orang tuaku juga tak kalah malunya karena tercoreng sebagai mertua yang jahat, begitu juga kakakku, apakah menurutmu itu belum cukup hukumannya?" Dia mulai berbicara dengan nada cepat."Aku membutuhkan permintaan maaf dihadapan semua orang, karena aku sudah mengunggahnya ke sosial media maka yang harus kau lakukan adalah memberikan klarifikasi ke sosial media juga," jawabku dingin.Pria itu langsung memberingas dan mendekatiku, dicekalnya lengan ini yang hendak mengambil gagang sapu lalu ditatapnya mata ini dengan tatapan kesal."Apa maumu! Kini aku sudah pulang padamu, kembalikan keadaan seperti semula!"Beraninya dia melotot padaku, memaksaku mengembalikan keadaan padahal orang yang memperkeruh suasana jelas jelas adalah dia."Mengapa menuntutku untuk mengembalikan keadaan seperti semula? harusnya kamu yang memperbaiki
Tentu saja mendengar ucapan Ibu mertua yang terkesan amat melecehkanku, tak kuasa diri ini menahan kegeraman. Mungkin wajar wanita itu bersikap angkuh, karena dia sendiri tak tahu rasanya dimadu.Mungkin ada baiknya jika ayah mertua menikah lagi dan memberinya rasa sakit seperti yang kurasakan sekarang."Gak usah, Bu, biar di sini saja, saya mau pergi," ucap wanita itu membalikkan badan. Namun ibu mertua bersikeras menarik tangannya dan memintanya untuk masuk dan menemui Mas Arga."Kini Arga adalah calon suamimu, kamu berhak menemuinya dan memberikan dia makanan. Kebetulan wanita ini nampaknya juga tidak menyiapkan sesuatu untuk Arga." Wanita itu mendelik sinis padaku."Tidak Bu, Mas Arga memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan saya, kebetulan di momen ini saya berniat mengembalikan buku tabungan yang dia serahkan untuk acara pernikahan kami," ucap Gita sambil menyerahkan buku tabungan berwarna biru.Tentu saja hati ini semakin sakit, tidak menyangka bahwa diam-diam suamiku menyi
Aku sedang berada di supermarket ketika bertemu dengan salah seorang mantan Teman sekolahku, dia bernama Ardina, menyapaku ketika diri ini sedang sibuk memilih apel di stand buah."Hai, Irma kan?" sapa wanita dengan blazer berwarna navy dengan celana pipa senada."Iya, ini Irma, kalau gak salah kamu Ardina kan?""Iya," jawabnya dengan binar bahagia, kami berpelukan dan saling menanyakan kabar. Dulu dia teman satu kelas dan juga satu klub pecinta alam denganku."Kamu kerja di mana sekarang?""Di PT. Cakra buana, perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis dan menyediakan makanan organik yang didistribusikan ke supermarket-supermarket ke berbagai kota," ucapnya pelan."Kebetulan Kakak iparku Mas Hendri, suami Kakak Mas Arga juga bekerja di PT yang sama," balasku cepat."Oh, Pak Hendri yang kepala divisi pemasaran?""Iya._""Iya, aku mengenalnya, dia orang yang ramah, kepercayaan Bos dan sedikit tampan," bisiknya malu malu."Sungguhkah dia menurutmu tampan," tanyaku mengulum senyum."
Tanpa menunggu lebih lama, berita itu terdengar dengan cepat sampai ke rumahku, di pagi-pagi buta, Mas Arga terdengar panik mendapatkan panggilan telepon dari ibunya."Assalamualaikum?" sapa suamiku yang masih setengah mengantuk di balik selimutnya.Entah apa yang dia dengar, tapi seketika saja suamiku langsung melompat dari pembaringan, wajahnya terkejut pusat pasi dan terlihat menatapku dengan raut yang begitu syok."Mas Hendri selingkuh?!" Mas Arga tidak mampu menyembunyikan ekspresi terbelalaknya."Oke ... oke, aku akan datang," jawabnya sembari menutup telepon dan bergegas ke kamar mandi dan mencuci muka."Ada apa?" tanyaku pura pura bodoh."Ti-tidak ada apa apa, hanya sedikit uhm ....""Apa ..? kudengar kakakmu diselingkuhi," ujarku dengan senyum sinis.Pria yang kutanya hanya mendecak sambil segera merapikan pakaiannya dan bergegas pergi, meraih kunci motor dan meluncurkan kendaraannya dengan cepat.Aku tahu, ini saatnya keluarga 'toxic' itu menerima karma yang menyakitkan,
Pukul tiga sore seperti yang kujanjikan, aku sudah berada di sebuah gedung berlantai tiga yang belum rampung pembangunannya.Kuhubungi salah satu orang yang pernah kukenal sebagai preman pasar, dan meminta pria itu untuk menggertak pelakor dalam rumah tanggaku. Awalnya pria sangar itu tidak mau, tapi dengan bayaran yang cukup besar akhirnya, dia setuju."Tapi kalo ada apa apa, gue gak mau terlibat ya," ucapnya yang mengacu pada polisi."Iya, lakukan saja dengan aman, agar semuanya tidak perlu ketahuan," balasku sambil mengangsurkan amplop coklat lalu memberikan itu padanya."Kalau aku tertangkap, kau akan kuseret juga," ujarnya."Abang tak perlu memperkosa wanita itu, cukup beri pelajaran saja!""Baiklah, aku akan menyamar, mengenakan pakaian dan gaya mirip suamimu sementara kau datang saja lebih dulu," balasnya sambil tersenyum jahat."Siap, aku akan di sana untuk merekamnya!"Aku berencana menggunakan video skandal traumatis itu untuk membuat wanita itu takut, dan cemas sepanjang