All Chapters of LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA: Chapter 41 - Chapter 50

56 Chapters

41

"Halo ...."Tadinya aku tidak berkenan mengangkat panggilan dari Mas Arga, tapi karena dering ponsel terus mengganggu, aku terpaksa menjawab."Boleh ketemu?""Buat apa?""Demi hubungan baik di antara kita dan demi anak kita ke depannya," balasnya."Ah, ya ampun, selalu tentang anak," gumamku sambil memutar bola mata."Mau bahas apaan sih? aku sibuk hari ini dan full jadwal," balasku."Cukup 5 menit aja," balasnya cepat."Oke, silakan datang ke kantor kita ketemu di cafe seperti biasa," jawabku."Tidak bisakah kamu mendatangi restoran yang sudah aku reservasi untuk kenyamanan kita?""Maaf ya, kita kan tidak sedang berkencan jadi bertemu di manapun tidak masalah, lagi pula aku tidak tahu membuat calon istrimu salam paham," balasku.Meski akhir akhir ini Mas Arga menunjukkan tanda penyesalan, tapi aku juga tak melihat sinyal bahwa dia dan Gita sudah berpisah, oleh karenanya, kusebut wanita itu calon istrinya Arga untuk menyentil hatinya."Tolong jangan katakan itu," bisiknya pelan."Data
Read more

42

"Terima kasih ya, Mas, kamu menyelamatkan harga diri dan martabatku di depan keluarga mantan suami yang selama ini sudah merendahkan diri ini.""Aku tahu, tapi wanita tegar seperti yang seharusnya tidak diperlakukan seperti itu, kau layak mendapatkan kehidupan dan perlakuan lebih baik, Irma.""Untuk pertama kalinya saya baru mendengar ungkapan demikian dari orang asing, biasanya selama ini satu-satunya penyemangatku hanya ibu dan ayah.""Bagaimana dengan sahabat.""Saya punya teman, tapi tidak semua hal yang menyangkut privasi hidup ini aku bagikan kepada mereka. Aku takut itu akan jadi senjata makan tuan ketika hubungan kami renggang.""Apa kamu merasa pertemanan hanya akan berakhir kerenggangan?""Tidak demikian, saya hanya berhati hati, Mas, saya membagikan keceriaan canda dan tawa juga beberapa ide dan pendapat tapi tidak dengan kesedihan," balasku sambil menghela napas."Kamu wanita hebat, aku salut padamu," ucapnya sambil menepuk bahuku lembut."Terima kasih, Mas, sekali lagi te
Read more

43

"Terima kasih ya, Mas, kamu menyelamatkan harga diri dan martabatku di depan keluarga mantan suami yang selama ini sudah merendahkan diri ini.""Aku tahu, tapi wanita tegar seperti yang seharusnya tidak diperlakukan seperti itu, kau layak mendapatkan kehidupan dan perlakuan lebih baik, Irma.""Untuk pertama kalinya saya baru mendengar ungkapan demikian dari orang asing, biasanya selama ini satu-satunya penyemangatku hanya ibu dan ayah.""Bagaimana dengan sahabat.""Saya punya teman, tapi tidak semua hal yang menyangkut privasi hidup ini aku bagikan kepada mereka. Aku takut itu akan jadi senjata makan tuan ketika hubungan kami renggang.""Apa kamu merasa pertemanan hanya akan berakhir kerenggangan?""Tidak demikian, saya hanya berhati hati, Mas, saya membagikan keceriaan canda dan tawa juga beberapa ide dan pendapat tapi tidak dengan kesedihan," balasku sambil menghela napas."Kamu wanita hebat, aku salut padamu," ucapnya sambil menepuk bahuku lembut."Terima kasih, Mas, sekali lagi te
Read more

44

Kami sampai ke sebuah tempat ekowisata, hutan pinus dengan perbukitan yang di bawahnya menghampar hijau kebun teh, begitu luas, seperti permadani yang sengaja dihamparkan untuk menyejukkan pandangan mata.Aku dan Mas Adit turun dari mobil, dengan berjalan beriringan kami menuju loket masuk dan membeli karcis.Setelah berhasil masuk, Mas Adit membelikqn gulali dan balon gas untuk hafiz, tentu putraku bahagia menerima pemberian dari temanku itu, teman yang sebentar lagi, mau tak mau akan jadi kekasihku. Ya, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, di saat ada orang yang begitu baik memperhatikanku dan putraku, ditambah dia tampan, nampak dari kalangan mampu dengan segala penampilan dan mobilnya yang berkelas, apa lagi kurangnya?Betapa bodohnya, kalau aku sampai menolaknya."Kita makan dulu, sebelum memutuskan berkeliling," ucapnya."Sebenarnya aku bingung kita akan ngapain saja di sini," ucapku tanpa sengaja, buru buru kuralat ucapan dengan permintaan maaf, khawatir dia akan tersingg
Read more

45

Sekembalinya kami dari tempat wisata, masih diantar Mas Adit, aku kemudian turun dari mobilnya dan berterima kasih. Berterima kasih karena dia sudah mengajakku melepas penat dan kesedihan."Terima kasih untuk Harinya yang seru," ucapku sambil menggendong Hafiz."Sama sama, kuharap kamu sangat senang," ucapnya."Sungguh senang, kapan kapan aku ingin mengulang," ucapku melambaikan tangan. Mobil Mas Adit meluncur perlahan, lalu pergi meninggalkan jalan dan berbelok di ujung, aku mendorong gerbang dan berniat masuk, namun baru saja melangkahkan kaki ke pekarangan, tiba tiba Mas Arga mencekalku, dia menatapku tajam dengan ekspresi yang tidak bisa kumengerti. "Jadi kamu serius lagi dekat sama dia?!""Apaan sih kamu?" tanyaku dengan wajah tak suka, entah kenapa dia tiba tiba ada di dekat gerbang rumah, bersembunyikah dia di balik rimbunnya bunga Bougenville?"Teganya kamu dengan santainya datang ke pesta dan memamerkan kebahagiaan kamu," ucapnya."Siapa yang lebih bahagia pengantin yang
Read more

46

Sebenarnya aku lesu untuk mengikuti rentetan persidangan yang terdengar seperti omong kosong di mataku, bukankah jaman sekarang hukum bisa dibeli oleh mereka yang berkuasa dan punya pengaruh. Aku tak tahu apa rencana Mas Arga, tahu apa yang akan terjadi di ruang pengadilan, entah dia hanya ingin membuatku jera atau malah ingin merampas segalanya, aku tak tahu persis, yang pasti biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan.Harta Gono gini ...? Itu hanya alasan untuk mempersulitku yang kini terlihat bahagia dan bisa move on dari nya.Dia ingin mengambil rumah yang tadinya sudah dia serahkan pada kami sebagai penebus gugatan cerai sepihak yang dia lakukan, seperti menjilat ludah sendiri, pria itu menjelma menjadi sosok munafik yang plin-plan dimana ucapannya tidak satupun yang bisa dijadikan pegangan. Sekali dia bilang akan menyerahkannya padaku sebagai permintaan maaf dan sekali lagi dia katakan bahwa dia akan merampas segalanya.*Hari itu sebelum berangkat kerja aku antarkan Hafiz s
Read more

47

Mengetahui bahwa Mas Adit menawariku apartemen senilai 400 juta untuk ditempati dengan gratis, tentu saja aku sangat gembira tapi di sisi lain ada bagian tidak masuk akal juga. Aku ini hanya orang asing yang sama sekali tidak punya hubungan apapun, mengapa harus diberikan fasilitas semewah itu? Jika alasannya aku adalah kekasih, apakah itu sepadan untukku dan dirinya. Mungkinkan setelah itu, dia akan mengharap balasan dariku? Ah, perlahan dada ini berdesir.Bagaimana jika suatu malam dia datang, lalu memaksakan dirinya padaku, apakah itu nantinya tidak akan berakhir tragis? Oh Tuhan, aku dilema. Namun, sebenarnya aku tidak perlu khawatir Itu karena sebenarnya aku masih punya orang tua. Aku anak tunggal yang tentu saja jika kedua orang tuaku meninggal, rumah dan apa yang mereka miliki menjadi akan menjadi milikku. Sebenarnya ayah dan ibu juga tidak akan keberatan jika aku pulang dan membawa cucunya untuk tinggal dengan mereka, masalahnya aku sendiri yang tidak mau jadi beban orang
Read more

48

Begitu banyak orang yang berkerumun dalam ketegangan, begitu takut dan cemas tapi mereka tidak berani melerai. Sejak awal mereka tahu siapa yang lebih dulu menyulut emosi dan memancing kemarahan orang lain. "Lepaskan dia Kak, dia pasti sudah kapok," ujar seorang wanita."Iya, Kak, gak bakal diulang lagi kayaknya, itu orangnya udah ketakutan banget," timpal yang lain."Tidak, aku akan melemparnya ke muara agar menjadi santapan buaya, aku sama sekali tidak ragu," ujar Mas adit yang masih mencengkeram bagian leher pria yang kini mengucur darah segar dari bibir dan hidungnya."Aku tidak mengganggumu, beraninya kau mengganggu!" Mas Adit makin menggoyangkan badan Mas Arga, Mas Arga berteriak dan mencengkeram tangan kekasih baruku itu dengan panik."Aku juga akan membuatmu terjatuh bersamaku, hahahah," ujarnya. Tadinya dia ketakutan, tapi menit berikutnya pria itu seakan kehilangan akal, dia tertawa terbahak bahak dengan kondisi wajah yang sama sekali tidak sedap dipandang, babak belur dan
Read more

49

Menuruti saran dari ibu aku memilih waktu makan siang untuk mengajak massa adik bicara dia yang selalu jadi tempat langganan makan siang kami. Cafe yang berada di lantai dasar tower kantorku.Pukul 12:34 Mas Adit nampak turun dari loby dan langsung masuk ke cafe, dari pintu utama kami bersitatap dan seperti biaasanya senyum itu tersungging lebar."Kamu udah makan?""Belum, Mas, masih nungguin kamu," jawabku memperbaiki posisi duduk."Harusnya kamu pesenin aja, aku akan makan makanan apapun yang kamu suguhkan," jawabnya tersenyum, sekali lagi menggetarkan dadaku.Lama perasaan ini tidak disentuh romansa dan sensaasi manis menggoda, sehingga ketika tiba tiba Mas Adit datang. Ada rasa baru yang kini menghiasi hatiku, aku selalu ingin tersenyum dan bahagia kala berdekatand dengannya. Energinya yang positif, tampilannya yang bersih dan wangi membuatku nyaman berdekatan."Merasa nggak sih kalau akhir-akhir ini kita jadi topik pembicaraan di kantor?""Aku paham, tapi selagi kita bersikap p
Read more

50

Mungkin mas Arga tidak mau merasa dikalahkan dalam hal kebahagiaan, akhir akhir ini dia sering sekali membagikan link postingan Ig dan Facebooknya ke inbokku. Tautan yang dia kirim berisi postingan foto dan kata kata mesra untuk sang istri.Kadang aku melihat semua itu hanya menggeleng saja, postingannya bagiku bukan sebagai bentuk pamer atas kebahagiaan namun lebih terkesan memaksa terlihat bahagia dan yang ada hanya tempelan saja."Andai dia sungguh bahagia dengan cinta barunya, mungkin dia tak akan ingat untuk mengejarku lagi."Aku menggumam sambil meringis miris. Dari tempat dudukku, kupandangi anakku yang sibuk tertawa dan bermain dengan mainannya. Hanya menatapnya sehat dan ceria saja membuat hatiku tenteram dan bahagia. Itu saja sudah cukup. Aku tak butuh apapun lagi, aku sudah bekerja dan insya Allah bisa menanggung hidup sendiri.Jika suatu hari seorang pria baik dengan niat tulus datang melamar, maka aku akan menerima dengan syarat dia akan mencintai anakku juga.*Wak
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status