Bian segera bergegas menuju tempat Luna ditahan. Kepalanya penuh dengan kekhawatiran, apalagi saat ia mengingat bagaimana Luna terlihat tak berdaya ketika Bryan mulai mengancamnya. Di dalam hati, Bian tidak bisa membiarkan Luna terluka lebih parah lagi."Luna!" Bian memanggilnya dengan suara tegas namun cemas, saat dia mencapai ruangan tempat Luna berada. Luna terlihat terbaring di sudut ruangan, tubuhnya menggigil dan matanya setengah terpejam. Efek dari obat yang disuntikkan mulai terlihat jelas. Nafas Luna tersengal, dan matanya berusaha tetap fokus, namun gagal."Luna, bertahanlah," ujar Bian sambil berlutut di sampingnya. Dengan lembut, dia membelai pipi Luna, mencoba membangunkannya. "Luna, dengar aku. Kamu harus tetap sadar."Luna membuka matanya, namun pandangannya kosong. Tubuhnya terasa berat, seakan-akan seluruh ototnya kehilangan kekuatan. Namun, saat mendengar suara Bian, ada secercah kesadaran yang kembali. "Bian...," bisiknya lemah."Ya, ini aku. Aku di sini sekarang. K
Read more