Luna menelan salivanya dengan gugup. Dirinya tidak menyangka bahwa perkataannya yang sok menantang itu justru malah akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Tiba-tiba sebuah ketukan di pintu terdengar. "Ketukan penyelamat," Luna bergumam sambil menghela napas lega. Bian mendengar gumaman Luna dan menoleh padanya dengan alis terangkat. "Ketukan penyelamat?" Luna langsung menutup mulutnya dengan tangan, wajahnya memerah. "Ah, maafkan aku... Maksudku, aku tidak bermaksud..." Bian tidak langsung menjawab, hanya memandangi Luna dengan tatapan datar yang sulit ditebak. "Masuk," bersamaan dengan perintah Bian. Julian membuka pintu dan melambai dengan santai. "Maaf, mengganggu waktunya. Nathan sudah berangkat ke kantor jadi aku berinisiatif untuk menemuimu kemari." "Hai, perkenalkan aku Julian, dokter dan juga terapis suamimu." Mengabaikan Bian, Julian kini justru mengajak Luna berkenalan. Luna melirik Bian, meminta persetujuan apakah dia boleh menyambut uluran tangan pria
Read more