Share

Lalu, Apa Yang Kamu Lakukan?

"Selamat atas pernikahanmu," Juan mengulurkan tangan yang diabaikan Luna begitu saja. Mendadak Luna merasa muak melihat Juan. Apa yang dulu membuatnya jatuh cinta kepada Juan? Ah! Tentu saja mulut manisnya yang membuatnya akhirnya terperdaya.

"Ck! Kamu pengantin terburuk yang pernah kulihat. Wajahmu terlihat seperti badut," Ana tersenyum meremehkan.

Luna tidak menyangka bahwa pasangan penghianat itu masih berani menghampiri dirinya ketika sedang menunggu mobil milik Bian yang akan menjemputnya.

Ana menarik tangan Luna dan meletakkannya di perutnya. "Kamu merasakannya? Ya, ada benih Juan di sini. Kami akan memiliki anak."

Luna menarik tangannya dari perut Ana, “Kamu hanya mendapatkan pria bekas, jadi aku tidak perduli”

Ana tersenyum kecut mendengar jawaban Luna, " Setidaknya aku menikah dengan pria yang aku cintai. Bukan dengan seorang pria kejam!" Luna tidak berkomentar, tidak ingin membuang waktu melakukan pembelaan. Disaat Ana baru saja hendak menghina Luna lagi. Suara Bian menghentikan keduanya.

"Peringatan pertama dan terakhir. Jangan mengusik sesuatu yang menjadi milikku jika kalian masih ingin hidup tenang."

***

Setelah satu jam perjalanan. Luna kini sampai di rumah Bian. Sebuah mansion mewah bergaya klasik yang berdiri megah di tengah-tengah halaman yang luas. Bangunan itu memiliki pilar-pilar tinggi yang menjulang di depan, memberikan kesan megah dan elegan. Jendela-jendela besar dengan hiasan kerai yang indah menghiasi fasad, memancarkan aura kemewahan yang tak terbantahkan.

Bian menundukkan kepala sedikit, mendekatkan wajahnya ke arah Luna, dan berbisik dengan suara rendah, "Selamat datang di rumahmu yang baru, Luna. Aku harap kamu merasa nyaman... dan siap melayani setiap kebutuhanku." Luna merasakan desiran dingin menjalar di punggungnya.

Ucapan Bian terdengar memiliki ancaman terselubung di balik kata-katanya. Luna menatap Bian dengan tatapan datar, mencoba menunjukkan bahwa dia tidak takut, meskipun dalam hatinya ada ketidakpastian yang besar.

Bian tersenyum tipis, sudut bibirnya terangkat, dan mata yang tajam menatapnya penuh makna.

"Mulai sekarang ini adalah rumah barumu."

Sebelum Luna berkomentar, pintu sudah dibuka. Nathan membimbingnya masuk ke dalam rumah.

"Apa pun yang terjadi, Anda tidak diperkenankan naik ke lantai dua." Peringatan tiba-tiba itu membuat Luna langsung menoleh pada Nathan yang terlihat kaku tanpa ekspresi.

“Silahkan." Nathan membuka pintu, memperlihatkan sebuah ruangan yang tidak kalah megah dari bagian rumah lainnya. Kamar itu sangat luas, dengan langit-langit tinggi yang dihiasi ukiran klasik dan lampu gantung kristal yang berkilau, memancarkan cahaya lembut di seluruh ruangan. Di tengah kamar, terdapat tempat tidur king size dengan empat tiang kayu jati yang kokoh, dilengkapi dengan kelambu sutra putih yang menggantung indah dan berkualitas tinggi. Apa yang Luna lihat membuatnya gelisah.

Gelisah dan gugup tentang malam yang akan ia dan Bian dan lewati. Tiba – tiba pintu diketuk dan seorang gadis muda berpakaian pelayan muncul dari balik pintu.

"Saya datang mengantar pakaian Anda, Nyonya."

"Panggil saja Luna, tidak usah bersikap formal begitu."

"Tidak bisa Nyonya, atau kami akan dihukum karena telah bersikap kurang ajar. Nonya, Tuan Bian memintamu untuk mandi. Ia akan datang sebentar lagi dan tentunya Tuan tidak ingin menunggu." Pelayan tersebut menaruh pakaian di atas ranjang, Luna tidak menggubris hal itu. Dia terlalu tegang setelah melihat ranjang mewah di hadapannya. "Jika ada sesuatu yang Nyoya inginkan, tinggal menekan bel yang ada di sana." Pelayan menunjuk tombol yang menempel di dinding di dekat ranjang, lalu meninggalkan Luna.

"Nathan atau pelayan tidak mengatakan padamu bahwa aku tidak suka menunggu?" Luna berjengkit kaget. Dia berbalik dan menemukan Bian sudah ada di dalam kamar. Kapan pria itu masuk? Luna tidak mendengarnya sama sekali.

"Mereka mengatakannya dengan sangat jelas." Luna menatap Bian dengan cemas.

"Lalu apa yang kamu lakukan? Apa kamu sedang menungguku untuk mandi bersama?” Bian mengatakan itu dengan nada kesal, namun ucapannya malah membuat imajinasi Luna  berfantasi liar tentang malam intim yang mungkin akan mereka lewati. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Putri Nuriasari
peringatan dr bian bikin meleleh, tp masih terlalu pagi kalo menyangka bian jatuh hati ke Luna .. eemmm
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status