"Kamu salah, Dokter," Luna segera membantah. Meski kesal, ia menahan diri demi kesopanan. Gairah? Yang benar saja. Bian orang yang tidak akan bergairah padanya, sekalipun ia telanjang mungkin. Baginya, Bian menyentuhnya dulu hanya karena tuntutan pewaris. Mengingat hal itu, hatinya masih merasa sakit. Entah apa yang ia pikirkan saat ia memutuskan untuk tetap ikut dengan Bian."Ya, aku benar wanita muda. Jangan ragukan pandangan pria tua ini. Dan ya, melihat amarahmu yang berkobar seperti yang kamu katakan, kamu hanya butuh antibiotik dan penurun panas. Istirahatlah yang cukup agar segera pulih," dokter Dirga memberikan resepnya."Apa ini aman untuk ibu menyusui?" Tanya Luna."Kamu sedang menyusui?""Ya, putraku, Arga, baru berusia tiga bulan," jawab Luna sambil tersenyum kecil.Dokter Arga mengganti resepnya dan pamit undur diri.Luna menghela napas panjang lagi. Ia harus bersiap untuk bertemu dengan Sarena. "Hai, Luna..." Sarena langsung berdiri menyambut Luna. Memeluk wanita itu. "
Baca selengkapnya