Semua Bab PLAYER: Bab 1 - Bab 10

85 Bab

1  Sang Playboy

Berjalan tergesa, Arla memasuki Artco café yang siang itu tampak cukup ramai karena mendekati jam makan siang. Hampir semua meja telah terisi, tapi ia menemukan sebuah meja kosong yang berada di sudut café.Arla hanya bisa menghela napas pasrah ketika mendapati pesan dari calon rekanan tempatnya bekerja yang menyampaikan kalau mereka akan sedikit telat karena terjebak kemacetan.Setelah memesan minum, Arla mengedarkan pandangan ke sekitar. Menemukan hampir semua meja diisi oleh orang-orang kantoran yang menyempatkan diri untuk me-refresh otak dengan makan siang di café. Matanya kemudian tanpa sengaja bertatapan dengan seorang pria yang juga memandang ke arahnya.Beberapa detik kemudian ia mengalihkan pandangannya. Sudah biasa bukan dirinya ditatap penasaran oleh orang lain karena sepintas lewat ia terlihat berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya. Darah Prancis yang masih ada di dalam dirinya adalah penyebab utama. Tanpa menggunakan soft lens, manik matanya sudah berwarna hazel ala
Baca selengkapnya

2 Sang Playgirl

"Arla!"Arla menjauhkan ponsel dari telinganya akibat suara teriakan dari seberang telepon yang membuat telinganya berdengung."La. Makan di luar yuk.""Hmmm. Ok. Tapi aku yang milih tempat ya. Ada cafe yang mau kudatengin. Gimana?""Ok, see you at lobby. Aku lagi jalan ke kantormu."Risma—sahabat Arla itu bekerja di kantor notaris yang jaraknya hanya dua gedung dari tempat Arla bekerja. Sudah hampir dua tahun ini mereka menyewa apartemen berdua, hubungan mereka sudah lebih dari sekadar sahabat. Teman satu atap lebih tepatnya.Arla tergesa membereskan barangnya. Setelah itu, ia langsung menuju lobby, dan menemukan Risma yang sudah menunggunya di dekat pintu lobby."Yuk.""Cafe baru, La?""Nggak tau juga sih baru atau nggaknya. Aku udah ke sana tadi siang. Makanannya enak. Tapi karena aku kenyang, jadi nggak bisa nyobain semuanya. Makanya pengen balik lagi."Risma hanya mengangguk-angguk saja, mengekori Arla menuju ke mobilnya yang terparkir di barisan paling dekat dengan jalan raya.A
Baca selengkapnya

3 Bedakan antara Tertarik dan Jatuh Cinta!

“Pak Ervin.”“Ck! Kok aku kesel ya setiap denger kamu manggil aku pake embel-embel ‘Pak’ padahal nggak ada orang lain di ruangan ini.”Lily terbahak mendengar gerutuan Ervin. Mereka tidak bersahabat, tidak sedekat itu. Tapi seringnya intensitas orang tua mereka berkumpul, membuat Lily kenal dengan semua anak di keluarga Candra. Hubungan mereka lebih seperti adik dan kakak.“Kata Om Naren, biar kamu inget umur dan tanggung jawab. Makanya titel ‘Pak’ layak disematkan di depan namamu.”“Nurut banget sama papaku? Yang nanti ngasih rekomendasi hasil magangmu aku loh, bukan Papa.”Lily mencibir ucapan Ervin. “Kalau kamu nggak mau ngeluarin, aku yakin Om Naren mau ngeluarin selembar sertifikat magang buat aku, dan sertifikat magang dari Candra Group lebih mentereng daripada sertifikat dari anak perusahaan Candra Group.”Sialan! Apa yang dikatakan Lily memang benar. Ervin hanya bekerja di salah satu anak perusahaan Candra Group. Tentu saja ia hanya remahan rempeyek dibanding papanya yang menj
Baca selengkapnya

4 Prisc ... Something in Her Name?

“Do something, Lil!” bisik Ervin.Untung saja perhatian Priscilia sedang teralihkan ke etalasa sebuah toko jam tangan, hingga kasak-kusuk yang terjadi antara Ervin dan Lily luput dari perhatiannya.“Aku juga?” Lily mendelik kesal pada Ervin. Job desk sekretarisnya semakin melebar ke mana-mana. Selain kerjaan kantor, sekarang ia juga bertugas membelikan baju untuk bakal calon pacarnya, mengingatkan Ervin jadwal bertemu dengan mereka agar tidak bentrok, mencarikan hadiah kalau salah satu wanitanya itu berulang tahun, dan sekarang ia juga harus memutar otak untuk membuat Arla tidak bertemu dengan Priscilia?“Bastian—”“Sialan lo!” Lily tahu ke mana arah pembicaraan Ervin kalau sudah menyebutkan nama Bastian. Itu tanda ancaman untuknya.“Ajak Arla ke atas, makan apa kek. Aku sama Priscilia di lantai ini. Nanti aku ke atas juga buat nemuin Arla.”“Lah, ngapain sih? Ribet amat.”“Gue suka lihat matanya.”Lily memutar kedua bola matanya dengan malas.Ervin mengulum senyumnya saat melihat Lil
Baca selengkapnya

5 Pura-Pura Tidak Kenal

“Arla. Gimana? Udah dapet kabar dari supplier pastry-nya?"Arla yang tengah mengecek laporan triwulanan yang dikirimkan dari cabang menatap bingung ke arah bosnya yang baru datang ke kantor sore itu."Loh kok Ibu masuk? Bukannya kata Ibu hari ini mau di rumah aja?"Wanita berusia lima puluhan yang masih terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usianya itu berdiri anggun di hadapan Arla. "Bosen saya di rumah." Wanita itu tergelak. Beberapa pegawai yang melewatinya mengangguk singkat. Kehadiran bos besar di sore hari, dekat dengan jam pulang kantor, biasanya menjadi hal yang tidak menyenangkan, tapi bos mereka ini berbeda. Work life balance-nya benar-benar dijaga. Jadi mereka tidak perlu khawatir kalau tetap ingin pulang tepat waktu selama pekerjaan mereka sudah selesai."Eh, jadi gimana, mereka sanggup buat jadi supplier pastry kita?"Arla jadi mengingat Rista—yang merupakan perwakilan dari salah satu home catering cake dan pastry—yang saat itu ditemuinya di sebuah café, yang mengantark
Baca selengkapnya

6 Dinner

“Ervin?” Panggilan Arla itu membuat Ervin mendongak dari layar ponselnya.Arla berhasil menyelinap dari balik punggung Ardi, sambil menunduk berjalan menuju toilet yang ada di sudut ruangan dan kemudian berjalan menghampiri Ervin seakan-akan dia hanya pelanggan biasa di coffee shop itu yang baru kembali dari toilet.“Arla? Ngapain di sini?”“Biasa, urusan kerjaan.” Arla melemparkan senyuman terbaiknya. Untuk yang satu ini ia tidak bohong kan? Ia benar-benar berada di gedung itu karena urusan kerjaan, literally dia memang bekerja di situ, hanya saja fakta itu tidak diungkapkannya. “Kamu?”“Kebetulan lewat trus pengen ngopi.”Arla mengangguk-angguk. “Mau langsung balik atau—”“Kamu ada waktu buat ngobrol dulu sama aku?” tanya Ervin yang tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan sebagus ini. Hanya doa yang dipanjatkannya, semoga pekerjaan mamanya agak lebih lama selesainya. Papanya pasti akan mengumpat kalau tahu ia berdoa seperti ini.“Bisa, bisa. Kamu udah pesen?” Arla hanya berbasa-basi
Baca selengkapnya

7 Barisan Gagal Move On

Arla mendongak, kemudian menghela napas lelah. “Ya lagi makan lah. Pake nanya.” Dengan nada sinis, Arla menjawab pertanyaan lelaki itu.“Galak banget sih, Yang.” Lelaki itu hampir mengusapi puncak kepala Arla lagi sebelum Arla memiringkan kepalanya, berusaha memberi jarak lebih jauh.Ervin masih menahan diri. Sejak tadi ia hanya memperhatikan interaksi keduanya. Kalau ia boleh jujur, harga dirinya lagi-lagi terluka. Setelah Arla menolak dijemput, sekarang ada lelaki lain yang terang-terangan menunjukkan Public Displays of Affection (PDA) di hadapannya.Apa lelaki itu tidak punya mata? Arla sedang bersama dirinya. Berani-beraninya laki-laki itu mendekati Arla. Arla adalah targetnya!“Hei, Arla kayaknya nggak suka kamu sentuh!”Lelaki itu tidak menjawab, hanya menunjukkan seringainya kepada Ervin.“Than, please! Aku ke sini sama … pacarku. Hargai pacarku dong.”Untung saja Ervin sedang tidak mengunyah sesuatu, karena bisa dipastikan ia akan tersedak setelah mendengar ucapan Arla.“Kamu
Baca selengkapnya

8 Eleminasi Bakal Calon Pacar Ervin

"Hai.” Ervin menyapa Ema yang baru saja masuk ke dalam mobilnya.See? Harusnya semudah ini untuk mendapatkan alamat rumah atau kantor dari seorang wanita. Memang hanya Arla yang jual mahalnya kemahalan.“Hai, Vin.” Ema yang berprofesi sebagai influencer itu melemparkan senyum dan segera memasang seat belt-nya. Mungkin dari semua lelaki yang pernah mendekatinya, Ervin adalah yang paling tinggi levelnya, dari segi fisik maupun kekayaan.“So, kita mau ke mana? Kamu mau makan apa?” tanya Ervin.“Hmm … terserah deh.”Ervin menahan helaan napas beratnya yang hampir keluar. Untung sudah ada sebuah tempat di dalam pikirannya. Selalu seperti itu. Ervin pasti akan memikirkan sebuah tempat kalau-kalau wanita yang dibawanya menjawab dengan kata ‘terserah’.“Di PIK ada café yang lagi happening, mau ke sana?”“Boleh, aku ngikut aja.”Salenco, café dua lantai yang mengusung konsep healthy food itu ternyata dari luar lebih terlihat seperti rumah dua lantai dibanding sebuah café.Ema sedikit mengernyi
Baca selengkapnya

9 Pernikahan Tidak Ada dalam Kamus Arla

0821 4545 xxxx: ArlaDahi Arla mengernyit heran. Baru jam 6 pagi. Terlalu pagi rasanya seorang penipu mengirim chat padanya. Tapi ia belum menyimpan nomor orang yang baru saja menghubunginya via chat room.Lalu sesaat kemudian, nomor yang sama mengiriminya pesan lagi.0821 4545 xxxx: It’s me0821 4545 xxxx: Raihan0821 4545 xxxx: Bisa ketemu La?0821 4545 xxxx: Aku udah balik dari AussieAh, Raihan. Mantannya dua tahun lalu. Arla masih ingat, saat itu mereka putus karena Raihan sibuk mengurus persiapan kuliah S3-nya di luar negeri. Kemudian Raihan memintanya untuk serius dengannya dan melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan sebelum Raihan berangkat ke Australia.Hell no! Kata ‘pernikahan’ tidak ada dalam kamus Arla. Maka beberapa detik setelah Raihan memintanya untuk lanjut ke jenjang pernikahan, Arla malah meminta putus dari Raihan.Untuk apa Raihan ingin bertemu dengannya lagi? Apa dia mau meminta maaf karena akhir hubungan mereka yang kurang mengenakkan?Harus Arla akui,
Baca selengkapnya

10 Obat Luka Buat Kulit, Bukan Obat Luka Hati

Arla menoleh ke ujung tangga, menyaksikan seorang laki-laki yang beberapa hari lalu membuatnya kesal setengah mati, kini melangkah tergesa ke arahnya dan membantunya berdiri.Ervin hanya menatap lelaki yang berdiri sekitar dua meter di dekat Arla dengan tatapan membunuh. Mungkin ia memang beberapa kali menyakiti hati perempuan, tapi tidak sekalipun ia pernah menyakiti perempuan secara fisik. Ervin dengan pemikirannya yang sempit. Padahal sakit hati tetaplah terasa sakit, mungkin lebih sakit daripada sekadar kaki yang keseleo.“Kamu nggak apa-apa, La?”Akhirnya dengan bantuan dari Ervin, Arla bisa berdiri lagi, meski kini hanya menopangkan berat tubuhnya pada kaki kirinya yang masih bisa berdiri tegak, sementara kaki kanannya sepertinya terkilir.“Ini yang baru, La?” Raihan menunjuk Ervin dengan dagunya.Arla tidak suka dibentak, apalagi dikasari. Buatnya, lelaki seperti itu harus ditenggelamkan ke dasar bumi. Lebih baik tidak hidup sama sekali demi membuat bumi ini damai.“Urus aja ur
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status