Semua Bab PLAYER: Bab 41 - Bab 50

85 Bab

41 Double Date (1)

“Kamu siap-siap gini sebenernya karena nggak mau kalah sama ceweknya Ervin apa karena mau bikin Ervin terpukau?”“Kalo bisa sekali tepuk dua lalat, kenapa nggak?”Arla masih ingat percakapannya dengan Risma sebelum ia berangkat double date. Oh sungguh, Arla pikir double date hanya ada dalam drama-drama yang sering ditontonnya. Dan sekarang ia terjebak dalam keadaan itu hanya karena tidak mau harga dirinya tercoreng.“Arla.”“Hmm?”Oh ya, Arla harus mengembalikan fokusnya. Ada Galant di sampingnya yang sudah bersedia ikut dalam acara double date hari itu. Ia harus menghargai kesediaan Galant.“Aku baru tau loh ada yang beneran mau double date. Bukannya orang itu sukanya dating berdua aja.”“Tenang, nggak kamu aja kok, Lant. Aku juga baru tau ada orang ngajakin double date.”Galant terkekeh, lalu memilih melanjutkan pembicaraan seputar Putra yang sedang digosipkan menjalin hubungan dengan perawat di rumah sakit.Tiga puluh menit kemudian mereka tiba di pelataran sebuah café. Arla langsu
Baca selengkapnya

42 Double Date (2)

"Aku ke toilet dulu ya, Lant."Galant mengangguk mengiakan. "Kamu pengen minum apa? Biar kupesenin.""Hmm ... Hazelnut Latte tapi yang hot ya.""Ok. Popcorn-nya campur aja ya."Arla mengangguk kemudian bergegas pergi, sebelum akhirnya berpapasan dengan Ervin dan Linda yang baru datang. Ia bersama Galant memang sampai lebih dulu di bioskop tempat mereka janji bertemu. Kebetulan mobil Galant bisa lolos dari lampu merah sementara mobil Ervin sempat tertahan lampu merah.“Tiketnya udah dipegang Galant ya.”“Kamu mau ke mana, La?” tanya Linda yang masih setia memegangi lengan Ervin seakan Ervin akan lepas dari jangkauannya begitu ia melonggarkan pegangannya.“Mau ke toilet dulu.”“Bareng dong,” rengek Linda.“Galant di mana sekarang?” tanya Ervin.“Itu lagi pesen makanan sama minuman.”“Aku ke sana deh.” Ervin hampir saja melangkah pergi, tapi Linda berhasil menariknya.“Aku mau honey lemon dong, Vin.”“Ok. Kamu nggak, Ra?”“Aku udah dipesenin sama Galant.”Ervin mengangguk namun mengumpat
Baca selengkapnya

43 End of the Day

“Sekarang bisa nilai kan siapa yang perhatian sama kamu?”Arla melengos, kembali memusatkan perhatiannya pada layar bioskop yang kini masih menampilkan iklan film-film yang akan segera tayang. Tapi pikirannya sedang tidak di sana. Ia memperhatikan jaket yang menutupi badannya, jaket itu memang milik Galant, tapi Ervin yang sebenarnya memperhatikan detail kecil tentang dirinya. Arla buru-buru menggeleng dan menghalau pikirannya.‘Ervin sudah punya pacar. Inget, La! Jangan make perasaan kalau kamu nggak mau terjebak!’Dari ekor matanya, Ervin bisa melihat Arla yang terdiam menatap layar di hadapannya. Tidak ada lagi yang bisa dilakukannya, sementara di sampingnya Linda terus mengajaknya bicara.Ervin melakukan hal yang sama seperti Galant—memberikan jaketnya kepada Linda yang sejak tadi merasa iri kepada Arla yang mendapat perhatian dari Galant.Jangan bayangkan ada kejadian tidak sengaja saling bersentuhan tangan ketika mengambil popcorn dari wadah yang sama, karena perhatian Ervin ha
Baca selengkapnya

44 Juste Amie

“La, nggak lupa kan?”“Nggak, Al. Ini aku lagi siap-siap. Kamu sama Mom udah jalan?”“Udah, tiga puluh menitan lagi sampe apartemenmu.”Pagi itu Alice mengatur janji temu dengan dokter mamanya yang praktik di salah satu rumah sakit swasta. Mamanya memang tidak mengalami penyakit serius selain tensi darah yang sering lebih rendah daripada orang pada umumnya, tapi keluarga mereka memang meminta mamanya untuk rutin check up sejak mamanya menginjak usia enam puluh tahun.Arla meraih sweater yang ada di lemari sebelum keluar dari kamarnya. Ia berencana sarapan di minimarket yang berada di bawah apartemen sekalian menunggu Alice dan mamanya tiba.Seperti biasa, ia memesan secangkir flat white dan dua onigiri begitu tiba di minimarket yang juga menyediakan kursi-kursi bagi pelanggan yang ingin menghabiskan makanan mereka di sana.Arla baru menggigit onigiri tuna mayo di tangannya saat melihat Ervin masuk ke dalam minimarket tempatnya sedang sarapan. ‘Ngapain dia di sini sepagi ini?’Ervin—y
Baca selengkapnya

45 Panggil Mom Juga Boleh

“Vin, rileks.”Bukan Arla yang duduk di depan yang menegur Ervin, melainkan Alice yang duduk di kursi penumpang tengah. Dari tempatnya duduk, Alice bisa melihat punggung Ervin yang tegak dan kaku, lalu cara menyetirnya yang terlihat agak aneh, walaupun mobil tetap berjalan dengan mulus. Hanya saja sikap Ervin mengingatkannya ketika kantornya sedang melakukan tes driving untuk supir kantor.Arla yang semula menoleh ke arah jendela sekarang berganti menatap Ervin karena penasaran dengan ucapan Alice.‘Ya Tuhan, dia bener-bener setegang itu.’ Mau tidak mau Arla berusaha menahan tawanya.“Mau aku yang nyetir?” tanya Arla.“Nggak, nggak.” Ervin mencoba merilekskan punggungnya daripada para wanita itu terus merongrongnya. “Tante, kalau saya nyetirnya terlalu ngebut, atau Tante nggak nyaman, kasih tau ya, Tante.”Esther tergelak mendapati perhatian yang disampaikan Ervin padanya—perhatian yang agak berlebihan karena teman Arla yang lain tidak ada yang seperti itu padanya.“La, aku bener ngga
Baca selengkapnya

46 Stalker

“Kamu anak Esther kan?” Senyum meremehkan keluar darinya. “Sebegitu sempitnya kah Jakarta, sampai kamu harus ada di sini selagi suami saya sakit? Udah ngincer harta warisan?”Arla mengernyitkan dahi. “Anda siapa ya?”Sebenarnya Arla bukannya tidak ingat dengan wanita itu. Ia masih ingat dengan jelas, wanita itu pernah menyambangi rumahnya dan dengan membabi buta memaki-maki mamanya. Arla tidak akan pernah melupakannya meskipun saat itu ia masih kecil.“Jangan pura-pura nggak tau ya.”Arla mengabaikan keberadaan perempuan itu dan melanjutkan menghabiskan beberapa potongan siomay terakhir di piringnya.“La,” tegur Ervin pelan. “Mau pergi aja?”“Why? Makananku belum abis.” Arla tidak akan gentar hanya karena kehadiran perempuan itu. Ia tidak bersalah, perempuan itulah yang mengganggu acara makan siangnya.“Mama sama anak semua sama. Murahan!”Arla refleks berdiri dan menghadap perempuan itu. Ia masih bisa terima ketika dirinya yang dijelek-jelekkan, tapi ia tidak bisa terima kalau mamany
Baca selengkapnya

47 You Will Enjoy It, I Swear

“Loh, Ervin kok tau jalan? Udah dimasukin ke GPS ya, La?” tanya Alice yang baru sadar kalau Arla sama sekali tidak memberi tahu kepada Ervin ke mana arah rumah mereka.“Aku udah pernah nganter Arla pulang ke rumah, Al.”“Kapan?” Ganti Esther yang bertanya dengan raut penuh penasaran.Arla menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Waktu terakhir aku pulang nggak bawa mobil itu, Mom.”“Kok nggak kamu ajak mampir?”Arla terdiam. Kalau dipikir-pikir, jahat juga dirinya. Sudah diantar sampai Depok, tapi langsung menyuruh Ervin pulang.“Saya ada janji waktu itu, Tante,” bela Ervin.Arla mungkin akan mendapatkan satu sesi ceramah dari sang mama kalau dilihat dari ekspresi mamanya yang merasa tidak enak kepada Ervin.“Oooh.” Esther percaya saja dan mengangguk-angguk.Arla menghela napas lega. Siang itu, ia memang sukses mengelabui mama dan kakaknya, seakan-akan tidak ada yang terjadi saat makan siang. Ia mengaku hanya ingin duduk dengan nyaman, karena itu meminta Ervin untuk ke mobil. Dan untung
Baca selengkapnya

48 I'm Not Sure I Can Handle This Anymore

“Ayo,” ajak Ervin saat Arla masih terlihat enggan mengikutinya. “Nggak bawa pepper spray kan?”“Ya nggak lah, tadi pagi kan cuma mau nganter Mom medical check up. Ngapain juga aku bawa pepper spray.”Ervin tergelak mendengar alasan Arla. “Sebenernya kamu nggak butuh pepper spray selama kamu bareng aku, La.”“Justru karena bareng kamu.”Ervin berdecak kesal, berbalik, lalu menarik pergelangan tangan Arla. Kalau diizinkan sebenarnya Ervin lebih ingin menggenggam tangan itu, tapi daripada Arla berteriak histeris, lebih baik Ervin cari aman untuk saat ini.“Malem, Beum,” sapa Ervin begitu melihat laki-laki paruh baya yang dikenalnya keluar dari salah satu ruangan di lantai 2.“Heh, Vin. Akhirnya dateng juga. Udah ditungguin dari tadi. Pake aja, tapi inget jangan macem-macem,” ucapnya saat melihat Ervin menggandeng seorang wanita. “Nanti kalo udah kelar, kuncinya titipin ke Bapak warung samping ya.”“Siap, Beum. Makasih ya, Beum.”“Kalo butuh dobok baru, ada di rak, kamu tau kan tempatnya?
Baca selengkapnya

49 Backstreet

Hening.Awkward.Entah istilah apa lagi yang bisa menggambarkan keadaan di dalam mobil yang dikendarai Ervin. Harusnya tidak seperti itu. Tapi pikiran dua anak manusia itu entah berada di mana sampai-sampai bingung membuka topik pembicaraan.“Udah sampe, La.”“Ah? Iya.” Arla menghembuskan napas panjang. ‘Please deh, La. Kayak pertama kali jadian,’ hardiknya pada diri sendiri yang sejak tadi merasa salah tingkah berada di dekat Ervin—pacar barunya.“Kuanter sampe depan unit?” Ervin memang baru masuk ke dalam area apartemen, jadi ia masih memiliki opsi mengantar Arla sampai area drop off atau mengantarnya hingga depan unit, yang artinya ia harus memarkirkan mobilnya lebih dulu.“Nggak usah—”“Anter aja deh.”Arla mencebik. “Ngapain nanya kalo gitu?”“Mau denger suara kamu aja.”Bukan tersipu malu respon Arla, melainkan bergidik ngeri mendengar betapa cringe-nya pemuda aneh yang mengajaknya jadian setelah menciumnya lebih dulu. Kalau dipikir-pikir, berani juga tindakan Ervin. Apa Ervin t
Baca selengkapnya

50 I'm Not Buying Your Bullshit!

“Mbak Arla, ada yang nyari di bawah.”Arla menatap bingung pada Winda—salah satu pramusaji di coffee shop—yang sampai naik ke lantai 3 demi mencarinya. Kalau sampai yang mencarinya adalah Ervin, Arla pastikan ia akan mengomelinya sepanjang hari.Tapi belum sampai 24 jam mereka jadian, harusnya Ervin tidak seiseng itu untuk membuka hubungan mereka di depan umum, sementara mereka sepakat untuk merahasiakan hubungan mereka.“Siapa?”“Namanya Alan.”Kening Arla mengernyit. Ok, dia memang sering berganti pacar, tapi seingatnya tidak ada yang bernama Alan.“Mau ditemui nggak, Mbak? Kalo nggak, biar saya bilang kalo Mbak Arla lagi meeting. Soalnya udah dari tadi di sini, cuma baru bilang kalo nyariin Mbak.”“Lima menit lagi ya, Win. Saya izin dulu ke Bu Rhea.”“Ok, Mbak.” Winda berlalu pergi setelah mendapatkan kepastian dari asisten bos besar itu. Sudah sekitar satu jam ia memperhatikan lelaki berkacamata yang duduk sendirian dengan gelisah di lantai 2 coffee shop. Saat ia membersihkan mej
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status